PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

BATASAN, TUJUAN DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN


MAKALAH
BATASAN, TUJUAN DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pedagogik Pada Semester Genap Akademik 2017/2018
Dosen Pengampu:
Aah Ahmad Syahid, M. Pd




Disusun Oleh:
Kelompok 2
Gita Dian Nurisma                              (1701778/34)
Mila Alawiah                                      (1702483/41)
Nurazizah                                            (1700968/19)
Novera Winanjar Nurfitria                 (1702263/38)
Willy Mahendra                                  (1700514/11)
Yani Fatmawati                                  (1700054/04)

Kelas: 1 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena berkat karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata kuliah Pedagogik.
            Tidak lupa penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini, baik dukungan moril maupun material.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini guna menghasilkan makalah yang lebih baik.
            Akhirnya besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.


Sumedang,   Februari 2018


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 
1.1.      Latar Belakang..........................................................................................
1.2.      Rumusan Masalah.................................................................................... 
1.3.      Tujuan Pembahasan.................................................................................. 
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 
2.1.      Pengertian Pendidikan.............................................................................. 
2.2.      Tujuan dari Pendidikan............................................................................. 
2.3.      Batas-Batas Dalam Pendidikan................................................................ 
2.4.      Keharusan dan Kemungkian Pendidikan..................................................
2.5.     Prinsip yang Melandasi Kemungkinan Manusia dapat Di Didik............
BAB III PENUTUP............................................................................................. 
3.1.      Simpulan.................................................................................................
3.2.      Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Manusia hidup berbeda dengan hewan, karena manusia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia dalam hidupnya mempunyai peran sejarah dan menciptakan sejarah baru, serta senantiasa berupaya menciptakan dunia kehidupan dan mengatasi realitasnya sendiri. Sedangkan pada kehidupan hewan yang hanya mengandalkan instink, maka hidupnya akan banyak tergantung dengan alam, berorientasi pada kekinian dan tidak punya kemampuan untuk masa depan.
Di negara Indonesia diadakannya pendidikan, dengan tujuan untuk menjadikan seseorang yang cerdas dan berperilaku baik. Dengan tujuan ini sudah seharusnya seseorang yang telah memasuki dunia pendidikan, pasti akan berbeda dengan orang yang belum pernah mengenyam pendidikan.  Perbedaan itu tentu akan terlihat dari ketaqwaan, kecerdasan dan keterampilannya.
Akan tetapi faktanya di zaman sekarang antara orang yang berpendidikan dengan orang yang tidak berpendidikan memiliki akhlak yang sama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sekolah-sekolah telah gagal dalam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peserta didik. Hal tersebut timbul karena tujuan pendidikan yang simpang siur dan tidak sedikit sekolah-sekolah yang mengerti akan hal tujuan dari pendidikan.

1.2.      Rumusan Masalah
1.2.1.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
1.2.2.      Apa saja tujuan dari pendidikan?
1.2.3.      Bagaimana batas-batas dalam pendidikan?
1.2.4.      Bagaimana keharusan dan kemungkinan pendidikan?

1.3.      Tujuan Pembahasan
1.3.1.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan.
1.3.2.      Untuk mengetahui tujuan pendidian.
1.3.3.      Untuk mengetahui batas-batas dalam pendidikan.
1.3.4.      Untuk mengetahui keharusan dan kemungkian pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian Pendidikan
Pendidikan dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Namun pendidikan dalam arti sempit sering diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah atau lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
Pendidikan dalam arti makro (luas) adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu/pribadi dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya. Pendidikan dalam arti luas juga dapat diartikan hidup (segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir).
Jadi pendidikan dalam arti luas, hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education and education is life). Maksudnya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu.
2.2.      Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar (fundamental), karena dari tujuan itulah akan menentukan ke arah mana anak didik akan dibawa. Tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak untuk mencapai kedewasaan.
Menurut Langeleved (1980) ada beberapa jenis tujuan pendidikan, yaitu:
a.      Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan sesuatu yang akhirnya akan dicapai oleh pendidikan. Kedewasaan merupakan tujuan pendidikan, maka berarti semua aktivitas pendidikan harus diarahkan kesana untuk mencapai tujuan umum tersebut. Semua manusia di sunia ingin mencapai tujuan itu, yaitu manusia dewasa. Jadi, jelasnya bahwa yang menjadi tujuan umum pendidikan adalah “kedewasaan”.
b.      Tujuan Khusus (Pengkhususan Tujuan Umum)
Tujuan khusus diartikan sebagai suatu pengkhususan dari tujuan umum. Seperti disebutkan bahwa tujuan umum kedewasaan adalah univeral. Manusia dewasa yang universal itu diberi bentuk yang nyata berhubungan dengan kebangsaan, kebudayaan, agama, sistem politik, dan sebagainya.
Dalam usaha membantu anak menjadi dewasa, selalu harus diperhitungkan keadaan-keadaan yang khas, yang khusus dalam situasi pendidikan. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan tujuan khusus diantaranya, ialah :
1.      Jenis kelamin anak didik.
2.      Pembawaan anak didik.
3.      Usia/taraf perkembangan anak didik.
4.      Tugas lembaga yang mendidik anak seperti keluarga, sekolah, masyarakat, mesjid, dsb.
5.      Falsafah negara.
6.      Kesanggupan pendidik.

c.       Tujuan Insidental
Tujuan insidental ialah tujuan yang menyangkut suatu Peristiwa khusus. Boleh dikatakan sedikit sukar untuk mencari hubu ngan antara tujuan insidental dengan tujuan umum (kedewasaan), namun sebernarnya tujuan indensial tersebut terarah kepada pencapaian, tujuan umum. Contoh ibu melarang anaknya bermain di depan pintu terbuka, karena dapat menyebabkan kecelakaan terjepit pintu misalnya atau mengganggu lalu lintas orang yang lewat di pintu. Jelaslah tujuan insidental sangat jauh dari tujuan umum pendidikan yaitu kedewasaan.
d.      Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang terdapat pada langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum. Tujuan sementara ini merupakan titik perhatian sementara, yang merupakan persiapan untuk menuju kepada tujuan umum. Tujuan sementara memberi kesempatan kepada pendidik untuk menguji nilai yang ingin dicapainya dengan perbuatan nyata.
Misalnya tujuan agar anak biasa bersih,  kita membiasakan anak suka bersih, tidak buang air kecil di sembarang tempat, membiasakan anak berbicara sopan, melatih anak mengerjakan sesuatu yang bermanfaat.
e.       Tujuan Tak Lengkap
Tujuan tak lengkap ialah tujuan yang berkenaan dengan salah satu aspek pendidikan. Disebut tidak lengkap karena setiap tujuan yang dihubungkan dengan salah satu aspek pendidikan berarti tidak lengkap. Perlu diketahui, bahwa kita tidak boleh mementingkan hanya pada salah satu aspek saja, sehingga mengabaikan aspek lainnya. Contoh dari tujuan tidak lengkap ini, misalnya kita hanya mengutamakan ranah pengetahuan saja, tujuan pendidikan hanya mengembangkan kemampuan intelektual saja dan tidak mengembangkan ranah afektif dan psikomotor.
f.        Tujuan Perantara (Intermedier)
Tujuan perantara ialah tujuan yang melayani tujuan pendidikan lainnya. Tujuan perantara merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan yang lain, khususnya tujuan sementara. Misalnya, anak dapat menulis merupakan pencapaian tujuan sementara, sedangkan anak menguasai menulis seperti cara memegang pensil dan bagaimana menulis huruf-hurufnya merupakan tujuan intermedier. Atau tujuan lainnya, anak dapat berjalan merupakan pencapaian tujuan sementara, sedangkan penguasaan koordinasi gerakan – gerakan otot kaki merupakan tujuan intermedier.
2.3.      Batas-batas Pendidikan
Dalam melaksanakan pendidikan terdapat batas-batas yang perlu diperhatikan, diantaranya:
1.      Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang memiliki tanggung jawab untuk membimbing seorang anak agar dapat  mencapai kedewasaannya. Pendidik disini adalah orang tua dan guru. Orang tua tentu saja memegang peran utama dalam proses ini, karena orang tua merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak untuk bertinteraksi dengan pendidikan. Ketika anak berada di sekolah, orang tua memiliki keterbatasan dalam melakukan pendidikan terhadap anak. Untuk itulah guru melakukan peran pengganti sebagai orang tua yang akan melaksanakan pendidikan bagi anak, di sekolah.
2.      Aspek Pribadi Anak Didik
Anak didik adalah sosok manusia/individu. Menurut Abu Ahmadi “Individu adalah orang yang tidak tergantung pada orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dapat dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri”. Kondisi inilah yang membatasi sebuah pendidikan.Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan, sangat tergantung pada seberapa jauh anak didik mampu menerima pendidikan yang diberikan.Anak didik harus diakui keberadaannya. Mereka tidak bisa begitu saja diperintah untuk mengikuti keinginan kita. Kita harus dapat memasuki dunia mereka, sehingga kita dapat mengetahui apa yang mereka inginkan dan mereka sukai. Dengan demikian, proses pendidikan akan bisa berlangsung dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
3.      Alat pendidikan
Alat pendidikan merupakan suatu perbuatan atau situasi yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.Alat pendidikan digunakan untuk mendidik anak secara pedagogis. Misalnya jika seorang ibu membersihkan dan merapikan rumah setiap hari dalam rangka memberikan kenyamanan bagi keluarganya, maka ia telah menyediakan lingkungan pendidikan (keluarga). Jika ibu ini menggunakan kegiatan membersihkan rumah ini untuk menasehati anaknya agar menjaga kebersihan karena merupakan bagian dari keimanan, maka memberikan nasehat merupakan alat pendidikan, dan kondisi rumah yang bersih merupakan alat bantu pendidikan. Alat pendidikan menurut langeveld dipilih atas empat aspek, yaitu:
a.       Berhubung dengan tujuan pendidikan.
b.      Orang tua yang akan menggunakan alat tersebut.
c.       Bahan perantara (medium) tempat pemakaian alat itu ditunjukkan, berhubungan dengan jenis bahan objek, yang hendak diolah untuk mencapai tujuan.
d.      Berhubungan dengan pertanyaan, apakah akibat dari penggunaan alat tersebut.
Selanjutnya langeveld (1980) pengelompokan lima jenis alat pendidikan yaitu:
a.      Perlindungan
Perlindungan merupakan aspek pertama dalam melakukan pendidikan. Sebagai pendidik tentu saja kita harusa mampu memberikan perlindungan pada anak didik kita, karna tanpa semua itu anak tidak akan mau diajak dalam proses pendidikan. Perlindungan tersebut tidak hanya bersaifat fisik akan tetapi secara fsikisnya juga. Namun karena anak itu paling tidak bisa dilarang oleh karena itu sebagai pendidik kita harus memberikan perlindungan dalam bentuk pengawasan yang baik.
b.      Kesepahaman
Kesepahaman ini terjadi saat guru menjadi contoh untuk anak didiknya dengan memperhatikan secara tidak langsung, anak akan meniru apa yang gurunya lakukan. Tapi tetap saja kesepahaman ini bisa terjadi jika anak sudah merasa aman jika sedang bersama gurunya. Dari sinilah kita bisa melihat bahwa alat pendidikan ini berhasil membawa anak untuk mengikuti apa yang gurunya lakukan, tentu saja peniruan untuk melakukan kesepahaman ini haruslah bersifat positif.
c.       Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan
Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan ini ialah berupa tanggung jawab.Misalnya saat sedang bermain seorang guru hendaknya memberikan kepercayaan pada anak didiknya agar anak didiknya mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan semua tugasnya.

d.      Perasaan Bersatu
Perasaan bersatu ini akan timbul karena interaksi yang berlangsung antara pendidik dan anak didik yang terus menerus. Misalnya karena kebiasaan pendidik dan anak didik yang selalu bersama-sama setiap hari disekolah dalam melewati pelajaran itu akan membentuk kenyamanan pada diri anak yang membuat perasaan bersatu itu muncul pada diri keduanya.
e.       Pendidikan Karena Kepentingan Diri Sendiri
Pedidikan karena kepentingan diri sendiri, berarti pada saat itu si anak sudah menyadari bahwa dirinya mempunyai kesadaran dan mampu membentuk karakternya sendiri. Tugas seorang pendidik disini ialah memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada anak didik untuk melaksanakan tugas sesuai keinginan hatinya.
4.      Waktu pelaksanaan
Pada saat anak usia dini, hubungan anak dengan pendidik belum disebut sebagai kegiatan pendidikan melainkan baru dalam proses/taraf pembiasaan. Karena anak usia dini masih bersifat serba menerima, mereka belum memahami apa itu perintah, aturan, norma dan lain sebagainya. Kegiatan pembiasaan tersebut merupakan langkah awal yang dilakukan oleh pendidik untuk mencapai kedewasaan seorang anak atau disebut juga dengan pendidikan pendahuluan.Perbedaan pendidikan pendahuluan dengan pendidikan sebenarnya adalah ketika terjadi hubungan wibawa antara pendidik dan anak didik.
Jadi pendidikan yang sebenarnya bukan merupakan kebiasaan melainkan terjadi ketika hubungan wibawa itu ada, ketika anak telah mampu menerima petunjuk dan perintah bukan hanya atas dasar ikut-ikutan atau meniru orang lain.
5.      Aspek tujuan
Tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak untuk mencapai kedewasaan. Tujuan pendidikan dibagi kedalam 2 tujuan, secara mikro dan makro.Tujuan pendidikan secara mikro adalah untuk menjadikan anak didik menjadi dewasa.Sedangkan secara makro yaitu menyiapkan manusia supaya lebih bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan bangsanya. Anak dikatakan mencapai kedewasaannya apabila dia sudah bisa dan mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik secara biologis, psikologis, ekonomi dan sosial.
6.      Aspek lingkungan
Lingkungan tempat dimana kita bertempat tinggal dan mendapatkan pendidikan merupakan lingkungan pendidikan. Lingkungan disekitar anak dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a.       Lingkungan alam fisik
Lingkungan ini merupakan lingkungan berupa alam disekitar kita seperti tumbuhan, hewan, udara, rumah dan lain-lain.

b.      Lingkungan budaya,
Lingkungan ini berupa kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, adat istiadat, bahasa, seni dan lain-lain.

c.       Lingkungan sosial,
Lingkungan ini berupa hubungan interaksi antar individu yang hidup bermasyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain, tyermasuk didalamnya tentang sikap, perilaku, norma antar setiap individu.

d.      Lingkungan spiritual.
Lingkungan ini berupa lingkungan agama, keyakinan yang dianut masyarakat yang ada disekitar kehidupan dia.
Manakala dari faktor-faktor tersebut ada yang tidak mendukung, maka disitulah sering terjadi kendala bagi diberlangsungkannya proses pendidikan. Sebagai contoh bakat dan minat anak yang tidak ada pada suatu bidang ajar atau intelejensi anak yang rendah untuk materi ajar yang memerlukan kecerdasan, atau kondisi fisik anak yang tidak mendukung untuk mata ajar yang memerlukan kesempurnaan fisik atau psikis anak yang labil. maka semuanya itu menjadi pembatas bagi dilangsungkannya pendidikan bagi anak tersebut.
2.4.      Keharusan dan Kemungkinan Pendidikan
Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua orang tuanya. Dapat dibayangkan seandainya anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu saja oleh ibunya, tanpa sentuhan apapun. Dengan mengabaikan kekuasaan Tuhan, kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang ditelantarkan tersebut. Keharusan mendidik anak telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada saat lahir dalam keadaan tidak berdaya dan anak tidak langsung dewasa, sehingga anak memerlukan perhatian dan bantuan orang lain.
Dengan keterbatasan kemampuan anak menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan. Keterbatasan anak tersebut dikarenakan, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya dan ia tidak langsung dewasa.
Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan dapat kita lihat dari uraian di bawah ini:
a.      Anak Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu keharusan. Pada waktu lahir bayi belum bisa berbuat apa-apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan orang tua. Begitu anak lahir ke dunia, ia masih memerlukan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dalam kehidupannya dan berdiri sendiri. Berbeda dengan binatang yang begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk mempertahankan hidupnya. Misalnya anak harimau begitu lahir sudah dilengkapi dengan bulu yang dapat melindungi tubuhnya dari kedinginan. Begitu lahir setelah dibersihkan oleh induknya anak harimau tersebut sudah bisa bergerak untuk mencari susu kepada induknya, walaupun belum memiliki kemampuan melihat secara normal.
Hal tersebut tidak demikian pada manusia. Manusia perlu mendapat bantuan orang lain untuk dapat menolong dirinya agar sampai kepada dewasa. Masa pendidikan manusia memerlukan waktu yang lama karena di samping manusia harus dapat mempertahankan hidupnya dalam arti lahir, ia juga harus memiliki bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki pengetahuan dan keterampilan lainnya yang diperlukan untuk hidup. Makin tinggi peradaban manusia, makin banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.
b.      Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa
Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan waktu lama. Pada manusia primitif proses pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa. Pada manusia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan secara konvensional, khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, bercocok tanam, mengenal nilai-nilai hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa. Pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makin kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga semakin kompleksnya sistem nilai.
Untuk mengarungi kehidupan yang dewasa, manusia perlu diperlu dipersiapkan, lebih-lebih  pada masyarakat modern. Bekal tersebut dapat diperoleh dengan pendidikan, dimana orang tua akan mewariskan pengetahuan, nilai-nilai, serta keterampilannya kepada anak-anaknya. Manusia merupakan makhluk yang dapat didik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang harus dididik, karena manusia lahir dalam keadaan tidak langsung dewasa dan dalam keadaan tidak berdaya.
c.       Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Mereka menentukan berbagai perjanjian hidup agar hidup bersama itu dapat menguntungkan kedua belah pihak. Menguntungkan bagi masyarakat dan bagi kehidupan individu masing-masing.
Seorang manusia perlu mencapai suatu taraf  kedewasaan tertentu agar ia dapat hidup bersama dengan orang lain. Jika tidak, dia akan berbuat di luar perjanjian (kebiasaan, adat, aturan) yang berlaku. Hal itu menunjukan bahwa seseorang tersebut tidak dewasa secara sosial. Walaupun secara biologis ia sudah matang, tetapi untuk hidup bersama dengan orang lain, ia perlu mendapatkan pendidikan.
d.      Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Bertanggung Jawab
Seorang manusia harus mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Setiap tindakan manusia membawa akibat, dan seringkali akibat itu menimpa orang lain, karena kita hidup bersama-sama dengan orang lain. Manusia akan dapat memperhitungkan akibat tindakannya, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Karena itulah manusia patut diminta pertanggung jawaban atas segala perbuatannya, karena kita pradugakan ia akan mengerti apa akibatnya.
Pendidikan disamping mengajar orang agar menjadi tahu dan terampil, pendidikan juga dapat mengembangkan sikap yang utama yaitu bertanggung jawab, karena makhluk sosial manapun memang harus bertanggung jawab. Bertanggung  jawab adalah sikap yang perlu dimilki oleh makhluk sosial. Jika sikap bertanggung jawab tersebut tidak dimiliki oleh setiap insan, maka kehidupan akan kacau karena manusia akan bertindak semaunya dan hanya mementingkan kehendaknya sendiri. Pendidikan itu sendiri merupakan tindakan yang bertanggung jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap generasi selanjutnya. Karena kita tahu bahwa setiap anak membutuhkan bantuan. Kalau tidak bertanggung jawab terhadap generasi berikutnya, mereka akan terlentar. Disinilah pendidikan bertanggung jawab bagi kelanjutan kehidupan generasi berikutnya.
2.5.      Prinsip yang Melandasi Kemungkinan Manusia dapat Di Didik
1.      Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia ideal. Di pihak lain, manusia memiliki berbagai potensi, yaitu: potensi untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, potensi untuk mampu berbuat baik, potensi cipta, rasa, karsa, dan potensi karya. Sebab itu, manusia akan dapat dididik karena ia memiliki potensi untuk menjadi manusia ideal.

2.      Prinsip Dinamika
Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan diupayakan dalam rangka membantu peserta didik agar menjadi manusia ideal. Dipihak lain, manusia itu sendiri memiliki dinamika unruk menjadi manusia yang ideal. Ia selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang dicapainya.

3.      Prinsip Individualitas.
Pendidikan merupakan upaya membantu membantu mengarahkan manusia agar menjadi dirinya sendiri.

4.      Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Melalui interaksi tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta didik. Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, ia hidup berama dengan sesamanya. Dalam hal ini akan terjadi timbal balik dimana individu akan menerima pengaruh dari individu lainnya.

5.      Prinsip Moralitas.
Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan sistem norma dan nilai tertetu. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia berakhlak mulia. Di pihak lain, manusia berdimensi moralitas, manusia mampu membedakan yang baik dan yang buruk.



BAB III
PENUTUP

3.1.      Simpulan
Pendidikan dalam arti luas, hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup (life is education, and education is life). Maksudnya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu.
Tujuan pendidikan ada beberapa jenis yaitu, tujuan umun,, tujuan khusus (pengkhususan dari tujuan umum), tujuan incidental atau tujuan sesewaktu, tujuan sementara, tujuan tak lengkap, tujuanintermedier.
Batas-batas Pendidikan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan atau ketidakberdayaan pendidikan dalam melakukan tugas-tugas pendidikan. Batas-batas yang mempengaruhi pendidikan tersebut adalah pendidik, aspek pribadi anak didik, alat pendidikan, waktu pelaksanaan, aspek tujuan, serta aspek lingkungan.
Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan adalah karena anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, manusia lahir tidak langsung dewasa, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk yang dapat bertanggung jawab, sehingga kemungkinan manusia jika tidak mendapat pendidikan adalah manusia tidak akan bisa mencapai perubahan dan tidak akan mendapat kedewasaannya, untuk itu manusia diharuskan untuk mendapat pendidikan.
3.2.      Saran
Dalam pendidikan sudah seharusnya memperhatikan batas-batas pendidikan agar tujuan pendidikan bisa tercapai, serta kemungkinan dan keharusan pendidikan juga diperlukan agar membantu manusia untuk mengetahui betapa pentingnya pendidikan untuk kelangsungan hidup.

                                                                                            
DAFTAR PUSTAKA


Asriny. (2016). Pengertian Pendidikan. [Online].
Tersedia:https://asriny.wordpress.com/2016/12/22/pengertian-pendidikan-dalam-arti-sempit-arti-luas-dan-ilmu-pendidikan. Diakses pada 20 Februari 2018.
Elvianna. (2014). Tujuan, Keharusan dan Kemungkinan Pendidikan. [Online] Tersedia:https://www.google.co.id/amp/s/elviana09.wordpress.com/2014/03/26/tujuankeharusan-dan-kemungkinan-pendidikan/amp/. Diakses pada 20 Februari 2018.
Sadulloh, Uyoh. 2011. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung:Alfabeta.cv.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN