PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK


MAKALAH
PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Pedagogika pada semester genap tahun akademik 2017/2018
Dosen Pengampu: Aah Ahmad Syahid, M.Pd.



Disusun Oleh
Kelompok : 2
1.        Nur Kamila Yuhastuti      1700020/3
2.        Fitri Yulia                         1700205/9
3.        Selin Yuniawati                1700724/13
4.        YusiYustiani Wardani      1701001/20
5.        Fitria Putri Suryani          1701139/22
6.        Sri Ayu Pujawati              1701522/29
                                 Kelas : PGSD 1 A

PROGRAM STUDI PEDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjunan kita, Nabi Muhammad SAW. Kami panjatkan Puja dan Puji syukur kehadirat-Nya, yang atas berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidik dan Peserta Didik”, guna memenuhi tugas mata kuliah “Pedagogika”.
Makalah ini telah kami susun dengan  semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Pak Aah Ahmad Syahid, M.Pd. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan kami.
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sumedang,  Februari 2018

Penyusun



DAFTAR ISI
     KATA PENGANTAR...........................................................................................
     DAFTAR ISI..........................................................................................................
     BAB  I PENDAHULUAN
           A.    Latar Belakang Masalah..................................................................................
          B.     Rumusan Masalah........................................................................................
          C.     Tujuan pembahasan....................................................................................
    BAB II PEMBAHASAN
          A.    Pendidik.......................................................................................................
1.      Pengertian Pendidik..............................................................................
2.      Jenis-jenis Pendidik...............................................................................
3.      Ciri-ciri Pendidik...................................................................................
4.      Sifat-sifat pendidik................................................................................
5.      Syarat pendidik......................................................................................
6.      Fungsi pendidik.....................................................................................
7.      Kompetensi pendidik.............................................................................
           B.     Peserta didik................................................................................................
1.      Pengertian Peserta Didik.......................................................................
2.      Ciri-ciri Peserta Didik...........................................................................
   BAB III PENUTUP
          A.    Kesimpulan..................................................................................................
          B.     Saran............................................................................................................
  DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang didalamnya, pendidikan tidak akan ada habisnya. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Kita dididik menjadi orang yang berguna baik bagi Negara, Nusa dan Bangsa. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga (Pendidikan Informal), lingkungan sekolah (Pendidikan Formal),dan lingkungan masyarakat (Pendidikan Nonformal).Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar,sejak seseorang lahir sampai mati. Proses pendidikan ini berlangsung seumur hidup. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan karakter yang berkualitas, dengan terciptanya manusia yang berkarakter, manusia berkeinginan untuk menciptakan perubahan, tentunya untuk menciptakan keinginan tersebut harus di dapatkan melalui proses belajar.
Belajar sangat penting bagi manusia,  dan secara alamiah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal mengalami proses tahap demi tahap. Manusia tidak mampu akan mampu mencapai kesempurnaan tanpa adanya proses belajar yang disebut belajar. Belajar, sebagai usaha memupuk dan mengembangkan pribadi manusia  dari aspek rohani dan jasmani. Belajar sebagai proses mengarahkan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan mengangkat derajat manusia  sesuai fitrahnya. Belajar sangat penting untuk peserta didik, terutama dalam mengantisipasi kebodohan sebagai dampak negative dan era persaingan bebas yang melanda dunia.
Otak manusia lebih berbeda dari otak hewan lain. Ini terdiri dari miliaran neuron, dan masing-masing saling berhubungan dan dengan demikian membantu untuk membuat otak menjadi bagian dari sistem saraf. Otak manusia adalah bagian utama dari sistem saraf pusat. Hal ini tidak otak terberat di antara hewan, dan tidak memiliki berat badan yang proporsional dengan tubuh mereka (dengan berat kurang dari 1,5 kg). Hal ini hanya sedikit lebih kompleks daripada hewan. Otak manusia dikelilingi oleh tiga membran pelindung yang disebut meninges (selaput otak). Ruang yang disebut ventrikel diisi dengan cairan serebrospinal, yang memasok gas dan nutrisi ke jutaan nutrisi di otak. Ada dua daerah yang berbeda dalam otak, yaitu materi putih dan materi abu-abu. Materi putih sebagian besar terdiri dari serat saraf, dan abu-abu terdiri dari badan sel neuron. Otak manusia dapat dibagi menjadi tiga wilayah; otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
Otak hewan, pada hewan tertentu tingkat kecerdasan dapat dibandingkan dengan ukuran otak masing-masing. Namun, hal ini tidak berlaku untuk semua hewan. Pada hewan primitif seperti cnidaria tidak memiliki otak atau struktur seperti otak; sebaliknya, mereka memiliki jaring saraf, di mana semua neuron yang mirip dan terkait satu sama lain dalam sebuah jaring. Pertama, cacing pipih telah berevolusi ‘otak’ primitif, dengan membentuk massa pembesaran jaringan saraf dan sel-sel di bagian depan tubuh mereka. Ini ‘otak’ adalah sistem saraf dasar yang lebih kompleks daripada jaring saraf pada cnidaria. Ia juga memiliki kemampuan mengendalikan respon otot dengan cara yang lebih baik. Tahap awal otak vertebrata pertama kali ditemukan dari bukti fosil ikan awal seperti Agnathan. Otak mereka yang kecil tapi sudah dibagi menjadi tiga divisi dasar yang juga ditemukan di saat hidup otak vertebrata. Ketiga divisi dasar terutama, otak belakang, otak tengah dan otak depan.
Jadi manusia lebih mampu berfikir untuk mendaptkan pendidikan. Sehingga kami membuat makalah berjudul "Pendidik dan Peserta Didik”.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pendidik?
2.      Apa saja jenis-jenis pendidik?
3.      Bagaimana ciri-ciri pendidik?
4.      Bagaimana sifat-sifat pendidik?
5.      Apa saja syarat seorang pendidik?
6.      Apa fungsi pendidik?
7.      Apa saja kompetensi yang harus dimiliki pendidik?
8.      Apa pengertian peserta didik?
9.      Bagaimana ciri-ciri peserta didik?

C.       Tujuan Masalah
1.      Mengetahui pengertian pendidik.
2.      Mengetahui jenis-jenis pendidik.
3.      Mengetahui ciri-ciri pendidik.
4.      Mengetahui sifat-sifat pendidik.
5.      Mengetahui syarat pendidik.
6.      Mengetahui fungsi pendidik.
7.      Mengetahui kompetensi yang harus dimiliki pendidik.
8.      Mengetahui pengertian peserta didik.
9.      Mengetahui ciri-ciri peserta didik.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pendidik
1.         Pengertian pendidik
Pendidik didefiniskan sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dalam memberikan ilmu dan membimbing anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan dengan gambaran kedewasaan yang senatiasa dibayangkan oleh anak dalam diri pendidiknya, di dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik, dalam istilah Langeveld disebut situasi pendidikan.
2.         Jenis-jenis pendidik
Pendidik sebagai orang yang bertanggung jawab membimbing anak untuk mencapai kedewasaan, dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pertama pendidik karena keharusan atas kewajaran kehidupan, sedangkan yang kedua adalah pendidik karena diserahi tugas untuk mendidik anak.
Pendidik pertama yaitu orang tua ayah dan ibu. Pendidik kedua ialah pendidik pendidik sebagai suatu profesi yang karena jabatannya ia harus mendidik anak, misalnya guru di sekolah (TK-SMA), pembimbing pada kelompok bermain (play group), para pembimbing dilembaga pemeliharaan anak yatim piatu, dan sebagainnya.
a.    Orang tua
Orang tua secara wajar menjadi pendidik karena merasa bertanggung jawab terhadap anaknya. Sehingga dengan tanggung jawab itu mengundang para orang tua untuk membantu berkembangnya si anak, dan membantu perkembangan itulah disebut mendidik. Peran pendidik pertama ini sangat besar, karena mereka bukan saja sekedar mendidik anak agar ia menjadi besar dan pandai sagala macam, namun terutama ia membantu perkembangan anak dalam segi kemanusiannya, menjadikan anak didik menjadi manusia yang mampu hidup bersama dengan orang lain, manusia bermoral dan berhati nurani.
Orang tua memiliki pengaruh langsung dari orang tua terhadap masa depan anak kedua pada berbagai jenjang kehidupannya, baik pada periode kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Karena itu islam mengganggap tugas pendidikan anak sebagai suatu kewajiban bagi orang tua yang harus didahulukannya.
b.    Guru
Pendidik kedua adalah mereka yang diberi tugas menjadi pendidik. Mereka mendapat tugas dari orang tua, sebagai pengganti orang tua. Mereka menjadi pendidik karena profesinya sebagai pendidik, guru di sekolah mislanya.
Guru sebagai pendidik harus memenuhi beberapa syaratk husus untuk mengajar dibekali dengan berbagai ilmu kependidikan dan keguruan sebagai dasar, disertai perangkat latihan keterampilan keguruan (Praktek Pengalaman Lapangan), disitulah ia belajar mempersonalisasikan beberapa sikap keguruan dan kependidikan yang diperlukan.

3.         Ciri-ciri pendidik
a.    Adanya kewibawaan
Kewibawaan yang terpancar daripada dirinya terhadap anak didik. Kewibawaan adalah suatu pengaruh yang diakui suatu kebenaran dan kebesarannya, bukan sesuatu yang memaksa. Kewibawaan harus berbanding dengan ketidakberdayaan anak didik, jika pendidik kemampuannya tidak berbeda dengan anak didik, maka kewibawaan tersebut sukar ditegakan.
Dengan demikian kewibawaan seorang pendidik akan diakui apabila pendidik mempunyai kelebihan dari anak didiknya baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan.
b.    Mengenal Anak Didik
Seorang pendidik harus mengenal anak didik secara khusus agar pendidikannya dapat sesuai dengan setiap anak secara perorangan, hal tersebut dapat dipelajari dari psikologi perkembangan.
Setiap anak dalam satu kelas memiliki usia yang tidak jauh berbeda, sifatnya secara khusus juga berbeda. Untuk itu seorang pendidik harus mengenal anak didiknya.
c.    Membantu Anak Didik
Ciri ketiga seorang pendidik adalah mau membantu anak didiknya, dan bantuan yang diberikan harus sesuai dengan yang diharapkan anak didiknya. Setiap anak didik mau menjadi dirinya sendiri, ingin berdiri sendiri, mau bertanggung jawab sendiri dan ingin menentukan sendiri, untuk itu pendidik tidak boleh terlalu memaksakan kehendak tapi ingat pada keinginan anak didiknya tersebut.

4.         Sifat-sifat Pendidik
Mahmud Yunus dengan memberikan gambaran tentang sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru, agar guru tersebut berhasil dalam tugasnya sebagai tenaga pengajar dan juga sebagai seorang figur yang akan selalu diingat dan dicontoh oleh anak didiknya. Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru adalah sebagai berikut:
a.    Guru harus mengasihi muridnya seperti ia mengasihi anaknya sendiri.
Sudah menjadi suatu tugas bagi guru  untuk mengasihi dan menyayangi anak didiknya seperti ia mengasihi dan menyayangi anaknya sendiri dan memikirkan keadaan mereka seperti memikirkan keadaan anaknya sendiri. Rasa kasih sayang wajib dan harus ada pada tiap individu seorang guru. Rasa kasih sayang tersebut lebih-lebih harus dicurahkan kepada anak didik yang kurang mampu, bajunya kotor, kelakuannya buruk, perkataannya kasar, mukanya masam, hatinya keras seperti batu.
Menurut Mahmud Yunus anak yang seperti inilah yang menjadi kesempatan bagi seorang guru untuk beruasaha membangkitkan semangat mereka yang telah padam dan menghidupkan jiwa mereka yang telah mati. Maka salah satu jalan untuk menghidupkan jiwa anak-anak tadi, guru haruslah mengetahui hal ikhwal dan kecendrungan hati anak tersebut, serta berusaha menolong dan membantuya dan juga memberi  petunjuk  serta pengertian kepada anak tersebut dengan penuh kejujuran dan kasih sayang.
b.         Guru juga harus mempunyai sifat rasa kesadaran akan kewajibannya terhadap masyarakat.
Dan seorang gurupun harus tahu bahwa tiap pelajaran yang diajarkannya adalah untuk dan demi kepentingan masyarakat. Guru juga harus berusaha menanamkan akhlaq dan cinta tanah air dalam jiwa muridnya. Menurut Mahmud Yunus dasar pendidikan agama yang praktis dan cinta tanah air  serta teladan yang baik, guru akan dapat membentuk generasi baru dan umat yang sempurna dalam segala segi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Maka di tangan gurulah dididik semua generasi bangsa, kemudian mereka masuk ke dalam masyarakat, bekerja dalam lapangan masing-masing.
c.         Seorang guru harus berlaku jujur dan juga ikhlas dalam pekerjaannya.
Kejujuran dan keikhlasan seorang guru dalam pekerjaannya adalah jalan yang terbaik untuk kesuksesannya dalam mengajar sekaligus kesuksesan anak didiknya dalam belajar. Guru harus menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai suatu kewajiban yang dipikul di atas pundaknya. Guru yang terlambat datang ke kelas untuk mengajar adalah guru yang tidak jujur. Oleh sebab itu guru haruslah jujur dan menjaga waktu murid supaya jangan terbuang dengan percuma. Hendaklah guru datang ke sekolah tepat pada waktu yang telah ditentukan dan jangan sekali-kali terlambat, supaya  guru jadi contoh dan tauladan bagi  muridnya dalam menjaga waktu dan menepati janji.
d.         Guru harus berhubungan terus dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Guru harus mengetahui sedikit tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Hal tersebut berguna untuk menjawab pertanyaan dari muridnya sewaktu-waktu. Guru haruslah luas pengetahuan dan materinya, maka guru yang luas wawasan keilmuannya akan dapat menata situasi kelasnya ketika pelajaran berlangsung sekaligus akan menumbuhkan kecintaan anak didik terhadap pelajaran yang diajarkannya tersebut.
e.         Guru juga harus membiasakan muridnya untuk percaya pada diri sendiri dan bebas berfikir.
Mahmud Yunus menyarankan untuk memberantas pendidikan yang menyerahkan segala-galanya kepada guru, yang akan mengakibatkan kegagalan anak didik pada masa yang akan datang. Menurut Mahmud Yunus pembiasaan berfikir dan bekerja sendiri akan melatih kedewasaan pada anak didik dan akan menimbulkan rasa tanggung jawab pada diri anak didik tersebut.
f.          Seorang guru hendaknya berbicara dengan bahasa yang difahami dan dimengerti oleh anak didik.
Guru yang berbicara dengan bahasa yang tidak difahami samalah artinya dengan ibu memberikan makanan keras kepada bayinya yang baru lahir, tentu anak tersebut tidak akan dapat menelannya. Demikian pula dengan anak didik yang tidak memahami bahasa guru, maka anak didik tersebut tidak akan dapat menerima pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut.
g.         Seorang guru harus memikirkan pendidikan akhlaq.
Guru harus ingat bahwa tujuan yang utama dalam pendidikan ialah pendidikan akhlaq, baik perangai, keras kemauan, mengerjakan kebaikan dan menjauhi kejahatan. Menurut Mahmud Yunus tujuan pendidikan akhlaq bukanlah semata-mata belajar ilmu akhlaq. melainkan membentuk pemuda pemudi yang berakhlaq baik, bercita-cita tinggi, baik perkataan dan perbuatannya, bijaksana dalam segala tindakan. Menurut Mahmud Yunus bahwa tujuan pendidikan akhlaq adalah membentuk akhlaq dan mendidik ruhani, yang mana tujuan ini haruslah menjadi arah dan tujuan  yang tetap dari setiap para guru, baik guru pelajaran agama maupun guru pelajaran umum. Maka tiap pelajaran adalah pelajaran akhlaq dan tiap guru adalah  guru akhlaq.
Prof. Dr Moh Atthiyah Ap-abrasi mengemukakan  bahwa seorang guru harus  memiliki sifat-sifat tertentu agar ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Adapun sifat-sifat tersebut adalah:
a.              Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridaan allah.
b.        Ikhlas dalam pekerjaan.
c.         Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya, ia sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, banyak sabar dan jangan pemarah karena sebab-sebab yang kecil.
d.        Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti ia mencintai anak- anaknya sendiri.
e.         Seorang guru harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat kebiasaan dan pemikiran murid-muridnya.
f.          Seorang guru harus menguasai materi mata pelajaran yang akan diberikannya, serta memperdalam pengetahuannya sehingga meteri mata pelajaran yang diajarkannya tidak akan bersifat dangkal.
Imam Al-Ghazali menasehati kepada para pendidik Islam agar memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.         Seorang guru harus menaruh kasih sayang terhadap murid-muridnya dan memperlakukan mereka seperti perlakuan mereka terhadap anaknya sendiri.
b.        Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi dengan mengajar itu ia bermaksud mencari keridoan Allah dan mendekatkan diri kepadanya.
c.         Memperhatikan tingkat akal anak-anak dan berbicara menurut kadar akalnya dan jangan membicarakan sesuatu melebihi daya tangkap siswanya.
d.        Jangan menimbulkan rasa benci pada diri murid mengenai cabang ilmu yang lain, tetapi seyogyanya membukakan jalan bagi mereka untuk belajar mempelajari ilmu tersebut.
e.         Seorang guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan perbuatannya.
Abdurrahman  An Nahlawi juga menyarankan kepada guru untuk memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.         Tingkah laku dan pola pikir guru bersifat Rabbani.
b.        Guru seorang yang ikhlas.
c.         Guru harus bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada anak-anak.
d.        Guru jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya kepada anak didiknya.
e.         Guru harus mampu mengelola siswa, tegas dalam bertindak  serta meletakkan berbagai perkara secara proporsional.
f.          Guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras dengan masa perkembangannya ketika ia mengajar sehingga ia dapat memperlakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan kesiapan psikis mereka. Guru tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa, keyakinan, dan pola berpikir angkatan muda.

5.         Syarat-syarat Pendidik
Setiap pekerjaan memerlukan syarat tertentu agar seseorang yang memiliki pekerjaan tersebut bisa berperan secara efektif dan efisien. Bagi seorang pendidik yang bergaul dengan peserta didik yang berbeda karakter dan harus berubah ke arah yang lebih baik, maka syarat tersebut harus dipenuhi. Menurut Edi Suardi (1984) pendidik harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni :
a.         Seorang pendidik harus mengetahui tujuan pendidikan.
Sudah pasti tujuan akhir pendidikan harus ia sadari benar. Pendidik harus mempunyai banyak pengetahuan tentang apa yang disebut manusia dewasa, sesuai dengan tempat dan waktu. Apabila di suatu negara terdapat suatu lembaga pendidikan, maka seorang pendidik harus mengenal tujuan pendidikan nasional atau cita-cita  nasional negara tersebut.
b.        Seorang pendidik harus mengenal peserta didiknya.
c.         Seorang pendidik harus tahu  prinsip dan penggunaan alat pendidikan.
Ia harus tahu pula memilih yang mana yang cocok untuk seorang anak pada situasi tertentu. Ia harus menentukan jalan atau prosedur mendidik yang bagaimana yang harus ia gunakan atau tempuh.
d.        Seorang pendidik harus menyatu dengan anak didiknya.
Seorang pendidik harus bisa menyatu dengan anak didiknya, tetapi bukan berarti ia lupa akan dirinya sendiri. Ia tetap orang dewasa tetapi harus menyesuaikan cara mendidik anak yang sesuai dengan dunia anak-anak.
6.         Fungsi Pendidik
Menurut Ahmad Farid mengutip CeceWijayadan A. Tabrani Rusyan, menjelaskan beberapa peranan dan fungsi pendidik tersebut sebagai berikut:
a.         Guru sebagai pengajar dan pendidik
b.        Guru sebagai anggota masyarakat
c.         Guru sebagai pemimpin
d.        Guru sebagai pelaksana administrasi
e.         Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar.
Fungsi guru juga dapat diuraikan sebagai berikut :
a.    Korektor, guru harus bias membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah.
b.    Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari teori-teori belajar, dari penaglaman pun bias dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.
c.    Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengeahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan bahan yang akan diberikan kepada anak didik.
d.    Organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatana kademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efesiensi belajar pada diri anak didik.
e.    Motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun perestasinya di sekolah. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam intrkasiedukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan pendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.
f.     Inisiator, dalam perannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan pengajaran. Proses intraksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.
g.    Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang memadai akan menyebabkan anak didik malas belajar.
h.    Pembimbing, peranan guru yang tak kalah pentingnya dari semua peranan yang telah disebutkan di atasa dalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan. Karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.
i.      Demonstrator, dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik. Guru harus berusaha membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
j.      Pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal.
k.    Mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalarn berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun materil. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan pengajaran.
l.      Supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervise harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. Atau karena memiliki sifat-sifat kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang disupervisinya. Dengan sernua kelebihan yang dimiliki, ia dapat melihat, menilai atau mengadakan pengawasant erhadap orang ataus esuatu yang disupervisi.
m.  Evaluator, guru dituntut untuk menjadis eorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik.
7.         Kompetensi Pendidik
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pendidik/guru atau dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan. Drs. Akmal Hawi mengemukakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Kompetensi tersebut dapat dinilai dan sangat penting dalam hubungannnya dengan kegiatan belajar-mengajar dan hasil belajar siswa, demikian pula dapat digunakan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik. Untuk menjadi pendidik yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi keguruan.
Dalam pasal pasal 28 ayat 3 PP RI  No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pendidik sebagai agen pembelajaran harus memiliki empat jenis kompetensi yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial.
a.              Kompetensi paedagogik.
Kompetensi paedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya.
b.             Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian, berupa kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa arif, berwibawa dan berakhlak mulia, sehingga dapat menjadi teladan. Bagi seorang guru hal ini merupakan modal dasar untuk menjalankan tugasnya secara professional.
c.              Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional, menurut ahli pendidikan, sebuah pekerjaan dikatakan profesi jika dilakukan untuk mencari nafkah, sekaligus dilakukan dengan tingkat keahlian yang tinggi. Dalam konteks profesionalisme mengajar, menurut  J.B. Situmorang dan Winarno mengemukakan secara umum seorang guru dikatakan professional paling tidak harus menguasai dua hal yaitu: Pertama, menguasai materi dan ilmu pengetahuan yang diajarkan atau yang menjadi tanggung jawabnya. Kedua, menguasai cara mengajar dengan baik.
d.             Kompetensi sosial.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi, menjalin kerjasama dan berinteraksi secara efektif dan efisien, baik itu dengan anak didik, sesama pendidik, orang tua/wali, maupun dengan masyarakat sekitar.
Dari keempat kompetensi yang telah diuraikan tersebut, tentunya pendidik akan berhasil menjalankan tugasnya apabila memiliki kompetensi tersebut dan akan menciptakan kualitas yang baik. 
B.       Peserta didik
Dalam kegiatan pendidikan, peserta didik menjadi tumpuan harapan agar menjadi manusia yang utuh, manusia berasusila dan bermoral, bertanggung jawab bagi kehidupan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Peserta didik menunjukkan seorang manusia yang belum dewasa, yang akan dibimbing oleh pendidiknya untuk menuju kedewasaannya. Dewasa disini bukan dewasa dalam bentuk jasmani kecil, akan tetapi peserta didik memang manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Kemampuan berpikir, merasa, menganalisa, mengemukakan pendapat, berbahasa, social memang masih belum berkembang, masih memerlukan bantuan dari luar dirinya untuk mewujudkannya. Karena itu pendidikan harus dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlib ataktif dan kreatif.
Peserta didik harus merasakan suasana yang menyenangkan yang dilandasi rasa kasih sayang yang penuh dengan tantangan atau motivasi sehingga peserta didik dapat mengembangkan segala potensi dan bakat yang dimiliki. Disamping itu, perlu disadari dalam pelaksanaan proses pendidikan bahwa masing-masing peserta didik memiliki pribadi-pribadi yang membedakan dirinya satu dengan yang lainnya, tidak ada dua individu yang sama. Pembinaan yang dilakukan terhadap peserta didik dalam pendidikan harus memperhatikan masing-masing individu peserta didik.
      1.    Pengertian Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik  dalam bahasa arab disebut Tilmidz jamaknya Talamid yang artinya murid. Menurut Abu Ahmadi peserta didik merupakan anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, supaya dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan.
Peserta didik adalah individu yang belum dewasa yang mempunyai suatu potensi yang harus di berkembangkan, yang memiliki kepribadian dan ciri khas yang berbeda dan berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui pembelajaran. Peserta didik merupakan objek dari pendidikan. Suatu individu yang sangat membutuhkan orang dewasa untuk membimbingnya, salah satunya adalah guru (pengajar), untuk membimbing mereka menjadi dewasa.   
      2.      Ciri-ciri Peserta Didik
a.       Individu yang memiliki potensi atau bakat yang berbeda-beda.
Sejak lahir, anak telah dianugrahi bakat atau potensi yang berbeda-beda. Tidak ada anak yang lahir tanpa memiliki potensi, namun hanya saja karena kurang dikembangkan. Oleh sebab itu untuk mengembangkan potensi yang dimilki maka diperlukan suatu bimbingan, baik itu dari orang tua ataupun lingkungan tempat tinggalnya.
b.      Individu yang sedang berkembang
Dapat diartikan bahwa individu akan terus berkembang, dan sedang berkembang baik itu berkembang tentang pola pikirnya atau pun dalam fisiknya. Individu tidak akan tetap begitu saja, dia akan terus berkembang khususnya sesuai dengan usianya. Ia akan berkembang dengan sendirinya. Ketika individu sedang berkembang maka peran orang tua atau guru pun sangat diperlukan. Atas dasar itu pendidik harus dapat mengatur kondisi dan strategi yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.
c.       Individu yang mebutuhkkan bimbingan secara manusiawi
Dalam proses berkembang, peserta didik membutuhkan bimbingan, seperti halnya bayi yang baru lahir ia sangat membutuhkan seorang ibu untuk berkembang dan untuk hidup. Namun disini berbeda, peserta didik memang bukan lagi bayi. Namun mereka membutukan bimbingan, dan tentunya masih tergantung  kepada yang ia anggap dewasa.
d.      Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
Dalam perkembangnya, peserta didik mempunyai kemampuan yang akan membawanya kepada kedewasaan.  Dimana orang tua ataupun pendidik dapat membebaskannya, namun tidak membebaskan begitu saja melainkan sedikit demi sedikit. Dimana peserta didik suah bisa menjalani kehidupannya sendiri, agar dia dapat memperoleh kesempatan untuk bertanggung jawab dengan apa yang dia perbuat.
  
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidik dan peserta didik adalah komponen utama dalam penyelenggaran pendidikan.
Pendidik didefiniskan sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dalam memberikan ilmu dan membimbing anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan sedangkan peserta didik adalah individu yang belum dewasa yang mempunyai suatu potensi yang harus di berkembangkan, yang memiliki kepribadian dan ciri khas yang berbeda dan berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui pembelajaran.
Pendidik bukan hanya guru di sekolah saja, tetapi orangtua juga merupakan pendidik yang utama. Pendidik dalam mendidik anak didiknya harus memenuhi syarat dan juga memiliki empat kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik. Peserta didik merupakan individu yang berbeda-beda baik dalam kepribadiannya maupun potensi yang dimilik masing-masing peserta didik. Untuk mencapai tujuan pendidikan, seorang pendidik harus mampu memahami ciri-ciri peserta didik.

B.     Saran
Pada dasarnya, pendidik dan peserta didik merupakan dwi tunggal yang kokoh bersatu. Keduanya, memiliki hubungan yang erat. Untuk itu pendidik harus bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan para peserta didiknya dengan senantiasa bersikap profesional sehingga harapan tercapainya tujuan pendidikan bisa dengan mudah terwujudkan.

DAFTAR PUSTAKA

Sadulloh, U. dkk. (2011). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta cv.
Kurniawan, A. dkk. (2011). Jurnal Hakikat Peserta Didik (Kelompok 4).[Online].
peserta-didik-kelompok-4.html. (20 Februari 2018).
Firdaus. (2011). Sifat-sifat Guru dalam Pandangan Mahmud Yunus. (Tesis).
Sekolah Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau.
di:https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinsuska.ac.id/1488/1/2011_201140.pdf&ved=2ahUKEwip_ICqmr3ZAhWCe7wKHZjlC1sQFjAAegQIBxAB&usg=AOvVaw2s67qe7e7A2zNUtD6Sfvum. (24 Februari 2018).
Mukroji. (2014). Hakikat Pendidikan dalam Pandangan Islam. Jurnal:
Kependidikan, 2, 15-29. di: https://www.google.co.id/url?sa=t& source=web&rct=j&url=http://ejournal.iainpurwekerto.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/view/55o&ved=2ahUKEwiUjKTImr3ZAhUHiLwKHQhEDjUQFjAAegQICBAB&usg=AOvVaw3fdTIRi9mTDNWoSoMj8Bme. (24 Februari 2018).
Jakarimba, Wardono. (2012). Peserta Didik. [Online]. Tersedia di:
http://wardonojakarimba.blogspot.co.id/2012/05/aku-cinta-indonesia.html?m=1. Diakses pada 24 Februari 2018 pada pukul 14:26.
M.Ramli.(2015). Hakikat Pendidik dan Peserta Didik. Volume 5. Nomor1.
http://idr.uin-antasari.ac.id/4626/1/M%20Ramli_Hakikat%20Pendidik.pdf. .          Diakses pada 24 Februari 2018 pada pukul 14:35.
_[online].tersedia di : https://artikelpe.blogspot.co.id/2016/03/ciri-khas-peserta-didik.html. Diakses pada 24 Februari 2018 pada pukul 15:23.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN