Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS LANJUT

 A.    PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang

Interaksi merupakan jembatan krusial untuk kelangsungan hidup setiap individu dalam kehidupan sosial, dalam menjalankan proses interaksi memerlukan alat yang dapat menjembatani pengiriman pikiran atau informasi antar individu. Alat ini merupakan bahasa yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dengan individu lain. Bahasa menjelma menjadi bagian penting bahkan pondasi sosial bagi seluruh individu. Hal ini tidak hanya membantu dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tetapi juga membantu manusia dalam berkontribusi di lingkungan masyarakat. Adanya pemanfaatan dan penggunaan bahasa, seseorang dapat mengemukakan pikiran, pendapat, ataupun temuan di mana pun dan kapan pun.

Upaya pengarustamaan bahasa sebagai bagian krusial dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dalam berbagai cara, utamanya melalui proses pembelajaran di setiap jenjang pendidikan. Secara fundamen, sekolah dasar berkontribusi dengan masif dalam membelajarkan bahasa kepada siswa yakni melalui pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa sekolah dasar perlu mengembangkan beragam potensi pribadi untuk bekal pada jenjang lebih tinggi. Hal ini membuktikan bahwa bahasa tidak hanya berdampak secara mikro dalam lingkup pendidikan, tetapi juga secara makro berkelanjutan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pelbagai keterampilan berbahasa dibelajarkan di sekolah dasar, secara umum terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan erat dan tidak dapat terpisah satu sama lainnya. Perolehan keterampilan berbahasa tersebut melalui tingkatan paling sederhana atau paling mudah sampai dengan paling kompleks, misalnya siswa belajar menulis per simbol, per huruf, per kata, per kalimat, sampai dengan per paragraf. Hal tersebut perlu melalui praktik yang persisten dilakukan karena “keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktik dan pelatihan” (Tarigan, 2013, hlm. 1). Melalui pembelajaran di kelas, khususnya terjadi aktivitas bimbingan dan pelatihan antara guru dan siswa terkait keterampilan menulis. Dewi, Kristiantari, dan Ganing (2019) mengungkapkan bahwa menulis merupakan kecakapan individu dalam mengomunikasikan pesan dalam bentuk tulisan. Lebih lanjut, secara spesifik di sekolah dasar keterampilan menulis dibedakan menjadi dua jenis yakni menulis permulaan dan keterampilan menulis lanjut. Menulis permulaan ditandai dengan kegiatan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, menyalin, dan melengkapi cerita. Sementara itu, keterampilan menulis lanjut berupa aktivitas mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk percakapan, petunjuk, dan cerita.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa minat siswa terhadap menulis masih rendah. Terlebih pada kemampuan menulis lanjut, siswa kerap masih merasa bingung untuk menuangkan pemikiran atau pandangan dalam sebuah tulisan. Beragam faktor menjadi alasan tersebut, seperti pembelajaran bahasa Indonesia masih dianggap tidak terlalu krusial dibandingkan dengan mata pelajaran lain dan pembelajaran lebih banyak diarahkan pada teori, tidak pada pengembangan menulis untuk komunikasi. Sementara itu, pembelajaran setidaknya menghasilkan luaran berupa siswa yang mampu mencapai tujuan pembelajaran. Bertolak dari hal tersebut, untuk mencapai luaran tersebut diperlukan pembelajaran yang mampu membuat siswa lebih aktif, efektif, dan kreatif sekaligus pembelajaran yang menyenangkan.

Pembelajaran akan menyenangkan dan bermakna bagi siswa jika dilaksanakan dengan melibatkan seluruh indra dan bagian siswa untuk berpartisipasi di kelas melalui bimbingan guru. Persiapan komponen pembelajaran, rancangan atau alur pembelajaran, bahkan alat dan bahan yang diperlukan oleh guru. Persiapan yang matang selaras dengan alur pembelajaran yang lancar sehingga siswa dapat memahami dan mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada keterampilan menulis lanjut. Adapun harapan-harapan tersebut dapat dicapai, salah satunya dengan cara mengimplementasikan model pembelajaran bahasa Indonesia menulis lanjut untuk menjembatani pemahaman guru dan siswa.


 

b.     Fokus Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu model-model pembelajaran menulis lanjut.

B.    KAJIAN TEORI

a.     Model Pembelajaran Menulis Lanjut

Dalam kegiatan belajar mengajar seorang pendidik harus bisa memilih dan menerapkan strategi, model maupun metode pembelajaran yang tepat guna. Adapun macam-macam model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran menulis lanjut:

1.     Teknik Metode RCG (Reka Cerita Gambar)

Pada umumnya metode dan teknik dipakai dalam pengertian yang sama yaitu cara menyampaikan pelajaran. Sebenarnya pengertian metode dan teknik pembelajaran tidak sama. Menurut Solchan T.W. metode mengacu kepada suatu prosedur untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi a) pemilihan bahan, b) urutan bahan, c) penyajian bahan, dan d) pengulangan bahan. Sedangkan teknik mengandung makna upaya guru, usaha guru atau cara-cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran didalam kelas pada saat itu. lebih lanjut dijelaskan; oleh karena dalam metode mengandung makana penyajian bahan dan teknik mengandung makan cara-cara yang digunakan guru maka penggunaan kata metode dan teknik disamakan. Jadi berdasarkan pengertian tersebut diatas metode bersifat prosedur dalam penyajian bahan pelajaran sedangkan teknik merupakan cara operasional, langkah-langkah praktis yang ditepuh guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.

Menurut Henry Guntur Tarigan (1986); ada beberapa teknik dalam pembelajaran menulis, 1) Menyusun Kalimat, 2) Memperkenalkan Karangan, 3) Meniru Model,4) Karangan besama, 5) Mengisi, 6) menyusun kembali, 7) Menyelesaikan cerita, 8) menjawab pertanyaan , 9) meringkas bacaan, 10) Parafrase, 11) Memerikan, 12) Mengembangkan kata kunci, 13 mengembangkan kalimat topik, 14) Mengembangkan judul, 15) Mengembangkan pribahasa, 16) Menulis surat, 17) Menyusun dialog, 18) Menyusun Wacana, 19) Reka Cerita Gambar Yang dimaksud dengan Reka cerita gambar adalah pengembanagan karangan dengan melihat gambar tunggal atau gambar berseri, ( Solchan T, W, 9.29). dengan teknik ini peserta didik dilatih untuk mengembangkan imajinasi , daya khayalnya untuk menuliskan sebuah cerita yang ada hubungannya dengan gambar yang diamati. Dalam pembelajaran menulis dengan teknik reka cerita gambar khususnya gambar seri hendaknya guru menyusun gambar satu dengan gambar lainya ada hubungan logis, sehingga karangan peserta didikpun akantertuntun dengan gambar tersebut. Sehingga terbentuklah karangan yang runtun dan terpadu (Mahmud, 2019).

2.     Model Pembelajaran Round Table

Terdapat banyak model pembelajaran inovatif yang dikembangkan dalam membantu siswa berpikir kreatif dan produktif. Salah santunya adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table. Menurut Mccafferty (dalam Mukrimah, 2014:108) model pembelajaran kooperatif tipe Round Table merupakan model pembelajaran yang memiliki suatu pembelajaran dengan membentuk meja bundar atau duduk yang melingkar. Dalam pelaksanaanya, model pembelajaran ini mengharuskan masing-masing siswa dalam kelompok untuk ikut serta menyumbangkan idenya dengan cara bergiliran. Dengan banyaknya ide yang didapatkan maka masing-masing anggota kelompok dapat membantu mempercepat penyelesaian tugas. Model pembelajaran kooperatif tipe Round Table ini dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas serta dapat digunakan dalam pelatihan menulis siswa sekolah dasar, salah satunya untuk menulis deskripsi. Model pembelajaran kooperatif tipe Round Table diharapkan menjadi salah satu cara untuk mengaktifkan peran setiap anggota kelompok di dalam pembelajaran serta diharapka membantu melatih keterampilan menulis siswa secara individu sekaligus menghasilkan sebuah karya karangan deskripsi yang utuh bagi kelompok.

Menurut Nurulhayati (dalam Rusman, 2012:203), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengedepankan partisipasi tiap masing-masing siswa dengan cara membentuk suatu kelompok yang di dalamnya terjadi adanya suatu interaksi yang terjalin antara siswa satu dengan siswa lainnya atau antara kelompok satu dengan kelompok lainnya sehingga . Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Round Table. Menurut Mcccafferty (2006:196) Round Table merupakan model pembelajaran yang menerapkan pembelajaran dengan menunjuk tiap-tiap siswa dalam satu kelompok untuk menyumbangkan idenya secara bergiliran dengan berkelompok membentuk meja bundar atau duduk yang melingkar. Menurut Barkley (2012:357) model pembelajaran Round Table memiliki beberapa kelebihan antara lain yaitu membantu siswa memfokuskan gagasan yang disampaikan oleh teman lainnya, mendapatkan berbagai informasi baru dari gagasan yang diutarakan oleh teman lainnya, dan meningkatkan kesetaraan partisipasi di dalam kelompok.

 

C.    SIMPULAN

Pembelajaran menulis merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Pembelajaran menulis terbagi menjadi dua yaitu pembelajaran menulis permulaan dan pembelajaran menulis lanjut. Menulis permulaan berlangsung pada kelas rendah yaitu kelas 1 sampai kelas 3, sedangkan pembelajaran menulis lanjut dilaksanakan pada siswa kelas tinggi yaitu pada kelas 4 dan kelas 6. Proses pembelajaran di ruang kelas memerlukan sebuah model atau strategi yang tepat guna mempermudah anak dalam memahami sebuah materi. Pentingnya model pembelajaran dalam proses pendidikan menjadikan keharusan bagi guru untuk menguasai berbagai model untuk memberikan kemudahan pada siswa memahami materi. Dalam pembelajaran menulis lanjut ada berbagai model pembelajaran yang bisa digunakan diantaranya teknik metode RCG (Reka Cerita Gambar) dan model pembelajaran round table. Kedua model tersebut bisa digunakan dalam menulis lanjut.

 

D.    DAFTAR PUSTAKA

Agustin, L. F., & Damayanti, M. I. (2018). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Round Table Dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi Di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar6(7). https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/23987

Barkley, Elizabeth E,dkk. (2012). Collaborative Learning Techniques: Teknik-Teknik Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Nusa Media.

Dewi, N.N.K., Kristiantari, M.G., & Ganing, N.N. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Picture and Picture Berbantuan Media Visual terhadap Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Journal of Education Technology, 3(4), 278-285. https://doi.org/10.23887/jet.v3i4.22364

Mahmud, H. (2019). Upaya Meningkatakan Keterampilan Menulis Dengan Teknik RCG (Reka Cerita Gambar) Pada Siswa Kelas VI SDN Rengkak Kecamatan Kopang, Kabupaten. Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan)1(2). DOI: http://dx.doi.org/10.36312/jisip.v1i2.178

McCafferty, Steven. (2006). Cooperative Learning and Second Languange Teaching. New York: Cambrige University.

Mukrimah, Siti Sifa. (2014). Lima puluh tiga Metode Belajar dan Pembelajaran Plus Aplikasinya. Bandung: Indonesian University of Education.

Rusman. (2015). Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta: Raja Grafinde Persada

Solchan T.W, dkk. (2014). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Banten – Indonesia, Universitas Terbuka

Tarigan, dkk. (1986). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, H.G. (2013). Ketrampilan Menulis. CV Angkasa.

HAKIKAT MENULIS LANJUT, TUJUAN MENULIS LANJUT DAN JENIS MENULIS LANJUT

 A. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Manusia sebagai mahluk sosial cenderung hidup berkelompok, sehingga dalam hidup berkelompok itu manusia satu dengan yang lain saling berkomunikasi. Alat komunikasi yang paling efektif adalah bahasa. Mulai dari lingkup sosial yang paling kecil, yaitu keluarga sampai organisasi kemasyarakatan yang paling besar menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Di dalam dunia pendidikan, bahasa juga memegang peranan sangat penting. Hampir pada setiap lembaga pendidikan di negara mana saja bahasa menjadi salah satu inti kurikulum. Demikian halnya kurikulum pendidikan di Indonesia juga menempatkan bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran utama. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD meliputi empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu mengembangkan perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. Menurut Bloom dan Krathwohl dalam Pribadi, (2009: 15) mengemukakan bahwa tiga domain atau ranah yang dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, dalam mengajar pada bidang studi apapun guru harus berupaya mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap anak didik sebab ketiga aspek tersebut merupakan pembentuk kepribadian individu.

Keterampilan menulis sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa merupakan tahapan akhir yang dikuasai siswa, karena siswa dapat menulis dengan baik apabila serangkaian tahapan aspek keterampilan berbahasa telah dikuasai siswa. Sehingga diharapkan pada akhirnya siswa dapat memenuhi standar kompetensi kemampuan berbahasa dalam aspek menulis yaitu menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks. Untuk dapat menulis secara efektif dan efisien bukanlah hal yang mudah, sebab diperlukan serangkaian proses yang panjang. Proses tersebut akan dijalani oleh siswa melalui tahapan-tahapan dalam pembelajaran bahasa. 

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia anak akan dapat menulis dengan baik jika ia telah memiliki keterampilan membaca (Hayon, 2003). Jika siswa belum memiliki keterampilan membaca, siswa belum mampu mengungkapkan isi pikiran secara tertulis. Sejak masa balita anak sudah mulai pandai bercerita atau berbicara, seperti berbicara tentang peristiwa yang dialami sehari-hari. Hal itu mengindikasikan bahwa anak telah mempunyai kemampuan mengungkapkan isi pikirannya dengan bahasa secara lisan. Jika siswa telah mampu bercerita secara lisan maka untuk mengarang tidak sulit, karena tinggal menuangkan ke dalam bahasa tulisan. Karena pada hakikatnya bahasa tulis merupakan suatu jenis perekaman bahasa lisan (Hayon, 2003:93). Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa SD dalam berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tertulis (Depdiknas, 2006). Komunikasi lisan mencakup keterampilan menyimak dan berbicara, sedangkan komunikasi tertulis mencakup keterampilan membaca dan menulis. Keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis.

Bentuk-bentuk tulisan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, mencakup argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi. Dari keempat bentuk tulisan tersebut, tulisan narasi merupakan bentuk tulisan yang mampu membantu siswa mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan pengalamannya. Menulis narasi merupakan kegiatan menulis bahasa bagaimana cara merangkai bahasa sebagai suatu karangan. Karangan berisi ide atau gagasan selengkap-lengkapnya. Menurut MacMahan, Day, Funk, & Coleman (2010) mengarang adalah menyusun buah pikiran yang melibatkan proses berbahasa. Pada pembelajaran menulis pengetahuan tetang proses mengarang harus dikuasai siswa agar dapat menulis dengan baik. Guru perlu melatih atau memberikan pengetahuan tentang mengarang narasi pada siswa sekolah dasar, agar siswa dapat mengembangkan isi hatinya ke dalam bentuk tulisan.

Dewasa ini pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan dasar dan menengah menghadapi sejmlah masalah, seperti pencapaian nilai rata-rata hasil ujian akhir nasional sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), dan sekolah menengah umum (SMU) yang rendah untuk semua mata pelajaran, termasuk hasil pembelajaran bahasa Indonesia yang secara implisit mengajarkan pembelajaran menulis pada salah satu aspek keterampilan berbahasa di SD masih rendah. Rendahnya keterampilan menulis siswa SD menurut Tompkins dan Hoskisson (2010) tidak disebabkan oleh keterbatasan siswa tetapi disebabkan oleh pendekatan yang dipergunakan oleh guru yang tidak mengarahkan siswa agar dapat menulis dengan baik. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia pendekatan rangkaian gambar dapat digunakan sebagai strategi untuk diimplementasikan ke dalam pembelajaran menulis narasi di SD.


b. Fokus Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Hakikat menulis lanjut

2. Tujuan menulis lanjut

3. Jenis menulis lanjut


B. KAJIAN TEORI

a. Hakikat Menulis Lanjut

Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993, hlm. 968). Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Melalui menulis, siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, menulis juga dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Melalui menulis, siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, menulis juga dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa (Widiastuti, M. A. C., 2021, hlm. 192).

Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan ke dalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan. penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986, hlm. 21). Dari pengertian menulis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari pengenalan lambang–lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan tersebut, akan menjadi dasar peningkatan dan pengembangan kurikulum siswa selanjutnya (Ali, M., 2021, hlm. 46).


b. Tujuan Menulis Lanjut

Beberapa tujuan menulis adalah sebagai berikut.

1. Untuk memberikan suatu informasi

2. Untuk meyakinkan atau mendesak

3. Untuk menghibur atau menyenangkan

4. Untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat

Hugo Hartig dalam tarigan (1986: 24-25) merumuskan tujuan menulis :

a. Tujuan penugasan, sebenarnya tidak memilki tujuan karena orang yang menulis melakukan nya karena tugas yang diberikan kepadanya.

b. Tujuan altruistik, penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca,menghindarkan kedudukan pembaca,ingin menolong pembaca memahami,menghargai perasaan dan penalaranya,ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c. Tujuan persuasif bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Tujuan informasional penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca.

e. Tujuan pernyataan diri penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada pembaca.

f. Tujuan kreatif penulis bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik,nilai-nilai kesenian.

g. Tujuan pemecahan masalah penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

c. Jenis Menulis Lanjut

Ragam tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan, isi tulisan mempengaruhi jenis informasi, pengorganisasian dan tata sajian tulisan. Berdasarkan ragam tersebut tata tulisan dibedakan menjadi empat: deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi (Syafi’ie, 1993). Nurudin ( 2010) menyebutkan lima bentuk atau jenis tulisan yaitu: 1) deskripsi; 2) eksposisi; 3) narasi; 4) persuasi; dan 5) argumentasi. Menurut Keraf (2007) ragam tulisan didasarkan pada tujuan umum, berdasarkan hal tersebut menulis dapat dibedakan menjadi lima : Deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, persuasi.

1. Deskripsi (perian)

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan sesuatuhal. Dari segi istilah,deskrpsi adalah suatu bentuk karangan yanng melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat,mendengar,mencim dan merasakan)apa yang dilikiskan itu sesuai dengan citra penulisannya.

2. Eksposisi (paparan)

Eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka.dapat pula diartikan sebagai tulisan yang bertujuan untuk memberitahu ,mengupas,menguraikan, atau menerangkan sesuatu.

3. Argumentasi (bahasan)

Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan.Karangan ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak sesuatu pendapat, pendirian , gagasan.

4. Narasi (kisahan)

Narasi atau naratif adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

5. Persuasi

Tulisan yang bermaksud mempengaruhi orang lain dalam persuasi selain logika perasaan juga memegang peranan penting.


C. SIMPULAN

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca langsung lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Tujuan menulis adalah untuk memeberikan suatu informasi, untuk meyakinkan atau mendesak,untuk menghibur atau menyenangkan,untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat. Jenis tulisan: Deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, persuasif.

D. DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2021). Peningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Dengan Media Gambar Untuk Kelas 2 Pada SDN 93 Palembang. Pernik. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 43-51. http://dx.doi.org/10.31851/pernik.v4i1.6796

Hayon, Yosep. (2003). Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta: Storia Grafika.

Keraf, G. (2007). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

MacMahan, E., Day, S.E., Funk, R., & Coleman, L. (2010). Literature and Writing Process. New York: Pratice Hall PTR

Nurudin. (2010). Dasar - Dasar Penulisan. Malang: UMM Press.

Pribadi, B. A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Syafi’ie. (1993). Terampilan Berbahasa Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tarigan. (1986). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tompkins, G.E., & Hoskisson, K. (2010). Languange Art Ciontent and Teaching Strategies. New York : Macmillan.

Widiastuti, M. A. C. (2021). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas II SD Negeri 5 Karangasem. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 191-205. http://dx.doi.org/10.31851/pernik.v4i1.6796


HAKIKAT MENULIS PERMULAAN DAN TUJUAN MENULIS PERMULAAN

 A.    PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang

Dewasa ini, “kegiatan menulis merupakan suatu media yang memiliki potensi massif untuk mengejawantahkan ide dan pikiran dalam lingkup lebih luas” (Yarmi, 2017, hlm. 1). Mobilitas informasi melalui jaringan internet ataupun melalui media cetak membutuhkan keterampilan menulis supaya bentuk ide atau gagasan dapat ditransmisikan kepada pembaca dengan tepat. Kecakapan menulis ini dapat diperoleh setiap individu di sekolah melalui latihan sehari-hari, perbaikan bentuk tulisan, dan pengembangan potensi menulis. Sekolah dan guru turut andil dalam mengakomodasi siswa dalam meraih kemampuan menulis. Sejalan dengan itu, selama mempelajari pembelajaran bahasa terdapat kecakapan sebagai bekal dan pengiring supaya pembelajaran bahasa dapat dilaksanakan secara maksimal. Adapun empat kecakapan tersebut antara lain berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keempatnya memiliki koherensi dan berkesinambungan satu sama lain. Mengingat bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, pembelajaran bahasa diharapkan diajarkan secara konkret dan kontekstual. Lebih dari itu, pembelajaran menulis diterapkan tidak mengacu pada teori, melainkan praktik yang bertahap.

Istilah menulis permulaan dikenal sebagai MMP atau membaca menulis permulaan yang merupakan program pembelajaran menitikberatkan pada kecakapan membaca dan menulis permulaan di kelas awal tingkat sekolah dasar. Mulyati (2011, hlm. 6) mengemukakan bahwa “MMP merupakan program pembelajaran utama yang diberikan pada tahap awal siswa di sekolah dasar atau ketika berada di kelas 1.” Pada makalah ini akan menitikberatkan pembahasan tentang menulis permulaan. Sebagaimana menurut Sari dkk. (2020) menulis permulaan merupakan manifestasi materi pengajaran menulis di kelas I dan kelas II karena hal ini menitiberatkan pada pengenal penulisan huruf dan kedudukan atau fungsinya dalam suatu kata dan kalimat. Lebih lanjut, “secara bertahap siswa diajarkan menulis yang bersifat mekanik, selanjutnya siswa diarahkan menyuratkan ide atau pikiran atau perasaan ke dalam tulisan melalui lambang tulisan yang telah dikuasai” (Sari dkk, 2020, hlm. 1126). Sejalan dengan itu, Mustikowati, Wijayanti, & Darmanto (2016) berpandangan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar yang paling fundamental ialah kecakapan membaca dan menulis karena hal ini merupakan nilai dasar untuk berdaya saing di tingkat selanjutnya. Selama berlangsungnya kegiatan menulis permulaan, “siswa dilatih untuk menuliskan kembali lambang-lambang tulis yang terstruktur dan bermakna, selanjutnya digiring untuk menumpahkan ide sampai ke dalam tahap kecakapan menulis yang sesungguhnya” (Halimah, 2014, hlm. 191). Namun, dari pelbagai pandangan yang positif tersebut masih terdapat tantangan dan kesulitan untuk mencapai titik temu keberhasilan menulis permulaan. Fauziah (2018) mengungkapkan bahwa beragam macam faktor, utamanya ialah rendahnya afeksi dari orang tua kepada siswa selama bimbingan belajar di rumah. Lebih rincinya, pembelajaran yang maksimal dapat dicapai jika ada keberlanjutan antara pembelajaran di rumah dan di sekolah. Latae (2014) menyatakan bahwa menulis permulaan merupakan bekal bagi peserta didik untuk mempelajari kompetensi dasar yang lain dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain.

Berdasarkan pemaparan tersebut, pada kesempatan ini dapat disimpulkan bahwa menulis permulaan merupakan subjek krusial dalam menghantarkan siswa ke dalam kesuksesan belajar. Sebagai langkah untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan substansi menulis permulaan yang dapat dijadikan titik tolak di lapangan. Oleh karena itu, penulis menitikberatkan makalah ini terhadap Hakikat Menulis Permulaan dan Tujuan Menulis Permulaan. 

b.     Fokus Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu :

1.     Hakikat menulis permulaan

2.     Tujuan menulis permulaan 

B.    KAJIAN TEORI

a.     Hakikat Menulis Permulaan

Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993, hlm. 968). Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Melalui menulis, siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, menulis juga dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Melalui menulis, siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, menulis juga dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa (Widiastuti, M. A. C., 2021, hlm. 192).

Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan ke dalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan. penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986, hlm. 21). Dari pengertian menulis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari pengenalan lambang–lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan tersebut, akan menjadi dasar peningkatan dan pengembangan kurikulum siswa selanjutnya (Ali, M., 2021, hlm. 46). Apabila dasar tersebut baik dan kuat maka dapat diharapkan hasil pengembangannya pun akan baik pula, dan apabila dasar itu kurang baik atau lemah, maka dapat diperkirakan hasil pengembangannya kurang baik juga. Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain: (1) Motorik, (2) Perilaku, (3) Persepsi, (4) Memori, (5) Kemampuan melaksanakan cross modal, (6) Penggunaan tangan yang dominan, (7) Kemampuan memahami insting.

Menurut Lestari (2017) menulis merupakan suatu kegiatan kompleks, yang melibatkan gerakan jari, tangan, lengan, dan mata secara integrasi. Dalam pembelajaran menulis permulaan, siswa juga dilatih untuk menguasai motorik menulis halus. Siswa yang baru belajar menulis akan kasar motorik menulisnya, dibuktikan dengan buruknya bentuk huruf atau tulisan siswa. Kompetensi menulis pada kelas awal dalam kurikulum 2013 dimuat dalam beberapa kompetensi dasar, diantaranya sikap menulis yang benar (memegang dan menggunakan alat tulis), menjiplak atau meniru dan menebalkan, menyalin, menulis permulaan, menulis beberapa kalimat dengan huruf sambung, menulis kalimat yang didiktekan oleh guru (Halimah, 2014). Ketujuh kompetensi ini tidak bisa dikuasai dalam satu atau dua hari saja. Orang tua di rumah dapat membimbing anaknya untuk mulai belajar sebelum masuk ke jenjang sekolah dasar. Guru dan orang tua pun bisa memberikan tontonan terkait pengenalan pembelajaran menulis permulaan. 

b.     Tujuan Menulis Permulaan

Tujuan dimanifestasikannya keterampilan berbahasa pada siswa secara sederhana, diungkapkan oleh Kostelnik, Sodarman, dan Whiren (2007) bahwa supaya siswa mampu mengkomunikasikan ide dan menginterpretasikan pesan yang diterima. Sari dkk. (2020) mengungkapkan kegunaan kemampuan menulis permulaan bagi siswa yakni untuk menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin. Sebagaimana diketahui pembelajaran di sekolah erat kaitannya dengan menulis. Akhir dari kegiatan pembelajaran ialah mencapai tujuan dan mencetak hasil belajar yang maksimal. Adapun tanpa kecakapan menulis permulaan, siswa dapat menghadapi beragam tantangan lebih berat dalam merampungkan tugas belajar.

Istilah menulis permulaan sampai saat ini dikenal sebagai MMP (membaca menulis permulaan), kedua elemen bahasa tersebut saling menyatu dan berkaitan. Sebagaimana tujuan menulis permulaan yang hendak dibahas berikut ini berkaitan erat dengan tujuan membaca permulaan. Sebagaimana, Slamet (2008) merincikan beberapa poin terkait urgensi membaca dan menulis permulaan yang memiliki beberapa tujuan, antara lain:

(1)  Memupuk dan mengembangkan kecakapan siswa untuk memahami dan mengenalkan tata cara membaca dan menulis yang benar;

(2)  Melatih dan mengembangkan kecakapan siswa untuk menuliskan dan mengenal huruf;

(3)  Melatih dan mengembangkan kecakapan siswa untuk mengubah tulisan menjadi bunyi bahasa;

(4)  Melatih dan mengembangkan kecakapan siswa untuk menuliskan bunyi-bunyi yang didengarnya;

(5)  Melatih keterampilan siswa untuk memahami kata-kata yang dibaca, didengar, dan mengingatnya dengan baik;

(6)  Melatih keterampilan siswa untuk menetapkan makna tertentu dari sebuah kata dalam suatu konteks. (hlm. 77) 

Sementara itu, tujuan penyelenggaraan menulis permulaan di kelas rendah dalam pandangan Mustikowati, Wijayanti, & Darmanto (2016) bahwa supaya siswa mengerti tata cara menulis permulaan secara bertahap. Lebih rincinya sebagaimana berikut ini.

Siswa diharapkan menggunakan ejaan yang tepat, misalnya e, d, f, k, j. Selanjutnya, siswa mengkomunikasikan ide atau pesan yang tertulis. Pemberian materi menulis permulaan diberikan secara bertingkat dari mulai pendekatan huruf, suku kata (misalnya su-ka, ma-ta, ha-rus, lu-ka), kata-kata atau kalimat sederhana. Dimulai dengan aktivitas menjiplak, menirukan tulisan dari buku, menirukan tulisan guru, dan menulis dari kegiatan dikte. (hlm. 40-41) 

Menulis permulaan kerap dikolaborasikan dengan membaca permulaan antara keduanya tidak dapat terpisah, melainkan saling melengkapi satu sama lain. Hal ini karena “siswa yang biasa membaca akan menulis sesuai pengetahuan kosakata pribadi lebih bersemangat dan merasa tertantang” (Mustikowati, Wijayanti, & Darmanto, 2016, hlm. 39). 

C.    SIMPULAN

Menulis adalah cara untuk mengungkapkan sebuah gagasan, pikiran, dan perasaan dalam bentuk tulisan. Sedangkan menulis permulaan merupakan bekal bagi siswa untuk mempelajri kompetensi dasar yang lain daalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain.  Kegiatan menulis permulaan yaitu bisa dilaksanakan dengan siswa dilatih untuk menuliskan kembali lambang-lambang tulis yang terstruktur dan bermakna, selanjutnya digiring untuk menumpahkan ide sampai ke dalam tahap kecakapan menulis yang sesungguhnya. Adapun tujuan untuk dilaksanakan menulis permulaan yaitu agar siswa mampu mengungkapkan gagasan kemudian juga siswa mampu mengkomunikasikan ide dan mengimplementasikan pesan yang diterima. 

D.    DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2021). Peningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Dengan Media Gambar Untuk Kelas 2 Pada SDN 93 Palembang. Pernik. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini4(1), 43-51. http://dx.doi.org/10.31851/pernik.v4i1.6796

Fauziah, H. (2018). Upaya Guru dalam Mengembangkan Kemampuan Membaca Menulis Permulaan Siswa Kelas I MI. Elementary, 4(2), 173-184. https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/elementary/article/view/1241

Halimah, A. (2014). Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di SD/MI. Auladuna, 1(2), 190-200. https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/view/550

Halimah, A. (2014). Metode Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan Di Sd/Mi. Auladuna: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 1(2), 190–200. Http://Journal.UinAlauddin.Ac.Id/Index.Php/Auladuna/Article/View/550/551

Kostelnik, M.J., Sodarman, A.K., & Whiren, A.P. (2007). Developmentally Appropriate Curriculum: Best Practice in Early Childhood Education. Pearson Education.

Latae, A, dkk. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Melalui Metode SAS Siswa Kelas 1 SDN Tondo Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali. Jurnal Kreatif Tadulako. Online Vol. 2 No. 4 Hal. 199—213. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3987

Lestari, S. (2017). Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan Siswa Kelas Rendah Sd 01 Ngemplak Tahun Pelajaran 2014/2015 Ditinjau Dari Aspek Fonologis. Stilistika, 3(2), 105–114.

Mulyati, Y. (2011). Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan. [Online]. Diakses dari https://scholar.google.co.id/scholar?q=Mulyati,+Yeti.+%E2%80%9CPembelajaran+Membaca+dan+Menulis+Permulaan%E2%80%9D.+B&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart

Mustikowati, D., Wijayanti, E., & Darmanto, J. (2016). Meningkatkan Semangat Membaca dan Menulis Siswa Sekolah Dasar dengan Permainan Kata Bersambut. Jurnal Riset dan Konseptual, 1(1), 39-42. http://dx.doi.org/10.28926/briliant.vli1.5

Sari, Y. dkk. (2016). Pengaruh Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sintetik terhadap Kemampuan Menulis Permulaan di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 1124-1133. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i4.515

Slamet, St. Y. (2008). Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. UNS Press.

Widiastuti, M. A. C. (2021). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas II SD Negeri 5 Karangasem. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan4(2), 191-205. http://dx.doi.org/10.31851/pernik.v4i1.6796

Yarmi, G. (2017). Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar. Perspektif Ilmu Pendidikan, 31(1), 1-6. https://doi.org/10.21009/PIP.311.1

PRAKTIK PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN DAN KESULITAN MENULIS PERMULAAN

 A.    PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang

Mempelajari ilmu bahasa ialah suatu usaha yang menjadi hal utama dalam kehidupan. Anak-anak mulai belajar bahasa dari hari pertama mereka dilahirkan. Mereka belajar memahami dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan ide, pemikiran, dan perasaan serta berkomunikasi dengan orang lain. Selama perkembangan bahasa awal, anak belajar keterampilan yang penting untuk pengembangan literasi (membaca dan menulis). Tahap ini, dikenal sebagai emergent literacy, dimulai sejak lahir dan berlanjut hingga tahun-tahun prasekolah (Roth dan Paul, 2006). Pada tingkat permulaan, siswa sekolah dasar diberi pengetahuan dan pemahaman mengenai membaca, menulis, dan menghitung (calistung). Begitu pun, implementasi Kurikulum 2013 di sekolah dianggap sesuai oleh pemerintah dan masyarakat karena berdasarkan kondisi dan situasi siswa dalam belajar. Kaitannya dengan penguasaan dan pemahaman kebahasaan, difokuskan pada membaca dan menulis tanpa mengesampingkan kemampuan berhitung. Hal dasar inilah yang diajarkan kepada anak di sekolah. Bagi Rukiati dan Sumayana (2014), kedua kemampuan ini menjadi landasan dalam pemerolehan bidang-bidang ilmu yang lainnya di sekolah.

Mengintegrasian keterampilan membaca dan menulis dapat meningkatkan pembelajaran siswa di semua disiplin ilmu karena mengharuskan siswa untuk lebih aktif terlibat dalam hal yang dipelajari. Dengan keterlibatan ini, keberhasilan akademik menjadi lebih besar, pada gilirannya meningkatkan motivasi siswa. Meski begitu, kegiatan membaca dan menulis perlu dikelola dengan hati-hati, tidak cukup dengan memantapkan membaca atau membiarkan anak (siswa) membaca begitu saja. Siswa perlu dibimbing dalam “Bagaimana membaca?”, panduan yang tidak selalu diberikan oleh instruktur tingkat perguruan tinggi. Demikian pula, tugas menulis perlu dibangun dengan cermat agar efektif. Pertimbangan utama yang disorot adalah pentingnya memotivasi siswa untuk membaca dan menulis (Nolen, 2007). Metode pembelajaran yang digunakan hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengatasi kesulitan belajar. Siswa yang mengalami kesulitan membaca dan menulis permulaan harus mendapatkan perhatian yang cukup karena belum mencapai tujuan yang diharapkan.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar menulis permulaan harus memperoleh perhatian yang cukup, karena banyak siswa yang belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum tuntas dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan (Masrup, 2012). Kemampuan menulis permulaan sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dengan kemampuan membaca permulaan. Pada pembelajarannya siswa diajarkan untuk bisa menuliskan lambang-lambang tulis yang kemudian dirangkaikan menjadi sebuah struktur lambanglambang maka bisa menjadi sebuah yang berarti. Dengan perlahan-lahan anak akan dibimbing pada sebuah kemampuan menuangkan sebuah pendapat, pikiran, perasanan yang dibuat dalam wujud bahasa tulis menggunakan lambang-lambang yang telah dimilikinya. Inilah yang disebut dengan kemampuan menulis yang sebetulnya. Akan tetapi pada kenyataanya yang ada di lapangan masih banyak permasalahan yang merujuk pada ketidakmampuan siswa menulis, ditemukan beberapa siswa yang pandai menulis. 

b.     Fokus Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu:

1.     Praktik pembelajaran menulis permulaan

2.     Kesulitan menulis permulaan 

B.    KAJIAN TEORI

a.     Praktik Pembelajaran Menulis Permulaan

Menurut Pramestuti (2010) menulis permulaan dilaksanakan secara bertahap, mulai dari mengajarkan sikap dan cara memegang pensil dengan benar dan dilanjutkan dengan berbagai latihan menulis lainnya. Latihan menulis permulaan juga bisa dilakukan dengan menggoreskan pensil secara miring, tegak, datar, dan membentuk lingkaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kelas 1 SD merupakan suatu pelatihan awal dalam menulis permulaan, oleh karena itu dalam proses pembelajaran, keterampilan menulis sangat diperlukan, dikarenakan keterampilan menulis tidak diperoleh secara instan, tetapi melalui latihan dan praktek (Rahmadani, 2019, hlm. 34). Keterampilan menulis permulaan ada enam aspek, menjiplak berbagai bentuk gambar, menebalkan berbagai bentuk gambar, menebalkan lingkaran dan menebalkan bentuk huruf, menulis kata yang dilihatnya ataupun dari diktean guru, menyalin kalimat sederhana serta melengkapi kalimat sederhana yang belum selesai (Simamora dkk, 2020, hlm. 11).

Dalam pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan, ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu tidak memaksa anak atau siswa, karena akan membuat anak atau siswa merasa di bawah tekanan dan akhirnya kegiatan menulis dianggap sebagai kegiatan yang membosankan. Dunia anak adalah bermain, sehingga belajar dapat disiasati dengan pembelajaran edukatif (Aeni, 2011). Kemampuan menulis pada kelas awal (kelas I dan II) disebut dengan menulis permulaan (Ningsih, 2019). Membaca dan menulis permulaan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa untuk membuka cakralawa pengetahuan agar mampu menjadi generasi yang literat atau melek literasi. Kemampuan menulis dianggap sebagai kegiatan lebih mengarah pada kinestetik serta tingkat kognitif yang lebih rumit yang harus dipertimbangkan dalam perpaduaannya dengan kemampuan membaca. Selanjutnya, seseorang membaca dan menulis untuk berbagai alasan, di antaranya adalah untuk kesenangan dan hobi, untuk tetap menjalin hubungan dengan keluarga dan teman, mendapatkan informasi, membantu memecahkan masalah, membuat pilihan dan keputusan, belajar tentang dunia dan mengkomunikasikan pemikiran, dan untuk tujuan kerja.

Djuanda dkk (2006, hlm. 297) menjelaskan bahwa menulis berhubungan dengan keterampilan bahasa yang lainnya yaitu membaca, berbicara dan menyimak. Menulis, membaca, berbicara, maupun menyimak memiliki fungsi yang sama yaitu mengkomunikasikan pesan melalui bahasa. menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi yang menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis dan dilakukan untuk keperluan mencatat dan mengkomunikasikan pesan melalui bahasa. Kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar secara terus menerus. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang bunyi, anak harus berlatih dari cara memegang alat tulis serta menggerakan tanganya dengan memperhalikan apa yang harus dituliskan. Anak harus dilatih mengamati lambang bunyi tertentu, belajar mengenal menulis permulaan ini dilaksanakan setelah anak mampu mengenal huruf-huruf.

Kemampuan menulis diajarkan di sekolah dasar sejak kelas awal sampai dengan kelas VI. Kemampuan menulis di kelas I dan II merupakan kemampuan awal atau tahap permulaan. Oleh karena itu pembelajaran menulis di kelas dan II disebut pembelajaran menulis permulaan, Zuhdi & Budiasih (2001). Lebih lanjut ditegaskan keberhasilan pengajaran menulis permulaan sangat ditentukan oleh proses pengenalan menulis permulaan itu sendiri. Seperti kita ketahui, kemampuan menulis dapat dicapai dengan latihan berkali-kali melalui proses bimbingan yang intensif. Dalam hal ini peranan guru sangat menentukan. Guru perlu memiliki kemampuan menulis yang baik, disamping itu guru juga harus mampu mengajarkanya. Tompkins (1990, hlm. 23) menjelaskan pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di sekolah dasar tidak bisa dipisahkan dengan pembelajaran membaca permulaan, walaupun keduanya merupakan dua kemampuan yang berbeda. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif.

Praktik dalam menulis permulaan di sekolah dasar mempunyai beberapa metode, antara sebagai berikut:

1.     Metode Abjad

Metode abjad disebut juga metode sintetis karena mempelajari aksara dengan cara merangkai huruf- huruf yang dilafalkan dalam abjad. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis permulaan dengan metode abjad sebagai berikut:1) guru mengenalkan bentuk huruf dari a sampai z satu persatu; 2) guru secara berulang-ulang menuliskan abjad secara berurutan sampai siswa mengenal abjad demi abjad; dan 3) setelah siswa mengenal semua abjad tersebut, kemudian guru merangkaikannya menjadi suku kata (Muhyidin dkk, 2018).

2.     Metode SAS

Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pembelajarannya dimulai dengan menampilkan struktur kalimat secara utuh dahulu. Hal inilah yang menjadi landasan utama metode ini, kalimat utuh itu kemudian dianalisis menjadi kata. Kata dianalisis menjadi suku kata. Selanjutnya suku kata dianalisis menjadi huruf atau bunyi. Bunyi disintesiskan menjadi suku kata. Suku kata disintesiskan menjadi kata. Kata disintesiskan menjadi kalimat kembali bentuk semula.

3.     Metode Global

Metode global bisa juga dikatakan sebagai metode kalimat. Hal ini dikarenakan alur proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat global. Penggunaan gambar pada metode ini akan sangat membantu. Seperti contoh ketika dituliskan kalimat yang diperkenankan “ini gita”, maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah gambar seorang anak perempuan. Berbeda dengan metode SAS, metode global melalui proses deglobalisasi (proses penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yaitu kata, suku kata dan huruf). Artinya huruf-huruf yang telah terurai itu tidak dikembalikan lagi pada satuan di atasnya. Demikian juga dengan suku-suku kata, tidak dirangkaikan lagi menjadi kata, kata-kata menjadi kalimat (Halimah, 2014).

Adapun langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan di sekolah dasar yaitu sebaga berikut:

1.     Menentukan pilihan pokok bahasan yang telah tercantum dalam silabus

Sebagai contoh kita mengambil kompetensi dasar yang berkaitan dengan menulis permulaan. Indikator yang ingin dicapai yaitu siswa siswi dapat menulis huruf a, i, n, dan m.

2.     Menyiapkan contoh-contoh kalimat yang mengandung huruf a, i, n, dan m. baik berupa suku kata, aaupun huruf-huruf yang dibuat pada kertas karton yang diberi warna, dalam bentuk huruf cetak atau huruf tegak bersambung.

3.     Merencanakan strategi penyampaian agar siswa-siswi menjadi senang.

4.     Siswa dilatih dalam cara memegang alat tulis, cara meletakkan buku, cara menggunakan penghapus, cara menggerakkan tangan ke atas, ke bawah, kesamping kiri, ke samping kanan, melengkung, diagonal, patah-patah, lurus dan sebagainya.

5.     Menulis pola kalimat sederhana.

Contoh:

Ini nini                           i = i

ini nini

Ini nini                           n = n

ini nini

6.     Mengulang kalimat tadi menjadi beberapa baris.

Contoh:

ini nini

ini nini

ini nini

ini nini

7.     Pisahkan huruf tegak bersambung itu dan tunjukkan kepada siswa-siswi cara menulisnya, kemudian rekatkan kembali seperti semula.

Contoh:

i          n       i                n       i       n       i

i          n       i                n       i       n       i

ini nini                           ini nini

8.     Siswa-siswi dilatih menuliskan pola kalimat sederhana.

Ini nia                = ini nia

Ini mini              = ini mini

Ini mina             = ini mina

Ini nina              = ini nina

Ini nani              = ini nani

Ini nana              = ini nana

Ini mama            = ini mama

Ini mama ina      = ini mama ina

Ini mama ani      = ini mama ani

Ini mama aini    = ini mama aini 

b.     Kesulitan Menulis Permulaan

Pada dasarnya setiap siswa mempunyai beberapa kesulitan dalam belajar. Pada tingkat dasar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia dalam hal ini keterampilan berbahasa, siswa tidak sedikit yang mengalami kesulitan belajar baik dalam menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Menurut Abdurrahman (2003) menuturkan bahwa proses belajar menulis pada hakikatnya suatu proses neurofisiologis. Pada saat menulis akan terjadi peningkatan aktivitas pada susunan saraf pusat dan bagian-bagian organ tubuh.

Kesulitan dalam menulis disebut juga dengan disgrafia. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suhartono (2016) mengatakan disgrafia adalah anak yang mengalami kesulitan dalam belajar terutama dalam kegiatan menulis. Menurut Dinata dkk (2015) menuturkan bahwa anak yang memiliki disgrafia adalah anak yang mengalami gangguan menulis. Ciri-ciri siswa yang mengalami disgrafia menurut Gunadi (2011) yaitu sebagai berikut:

1)    Tidak konsisten dalam menulis huruf

2)    Mencampurkan huruf kecil dan huruf besar dalam menulis

3)    Menulis dengan ukuran huruf yang tidak seimbang

4)    Tampak berusaha keras saat mengkomunikasikan tulisan

5)    Susah memegang pena ataupun pensil

Timotius (2018) mengatakan bahwa disgrafia dikenal dengan tiga macam yaitu disgrafia visual, disgrafia auditoris, dan afasia. Disgrafia auditoris merupakan gejala disgrafia visual antara lain huruf ditulis terbali, ada yang tidak ditulis, salah tulis menjadi bentuk cerminannya, huruf tidak sama besar, tidak mengikuti garis, jarak antar huruf tidak teratur. Disgrafia visual disebabkan karena adanya gangguan di lobus parietalis kiri. Kerusakan pada broca ditandai dengan kesalahan penamaan benda, kalimatnya tidak sesuai dengan tata bahasa, kesulitan mengeja. Gangguan mennulis juga dipengaruhi oleh gangguan wicara. Disgrafia auditoris ialah gejala disgrafia auditoris yaitu bunyi-bunyi yang hampir sama pengucapannya dikacaukan seperti t dan d; c dan j; p dan b. afasia adalah keadaan kehilangan daya berbahasa. Kerusakan dapat terjadi di pusat broca dan Wernicke. Pusat broca adalah pusat perbendaharaan kata-kata.

Strategi menangani kesulitan menulis (disgrafia) melalui pembelajaran partisipatif di sekolah yang digunakan oleh guru yaitu 1) berikan motivasi kepada siswa; 2) gunakan media pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran menulis; 3) gunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi kesulitan dalam menulis dan 4) sumber belajar yang tepat. Teori Learner dalam Abdurrahman (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis yaitu (1) perilaku, yaitu anak yang memiliki konsentrasi yang lemah atau perhatiannya mudah teralihkan; (2) persepsi, yaitu anak yang sulit membedakan bentuk huruf. Dari teori tersebut, terlihat bahwa faktor penyebab kesulitan membaca menulis permulaan dari dalam diri siswa khususnya dalam perilaku siswa.

Menurut widiyaningrum & Hasanudin (2019) menjelaskan bahwa Jenis kesulitan Membaca Menulis Permulaan siswa yaitu 1) siswa saat membaca tidak lancar dan masih mengeja, 2) kedua pelafalan kurang jelas, 3) sering lupa huruf dan lupa bentuk huruf a-z, 4) siswa masih kesulitan membedakan beberapa huruf saat membaca seperti b, d, p, 5) menuliskan kata masih kurang huruf atau kurang lengkap, 6) siswa masih belum bisa merangkai sebuah kalimat. Jenis kesulitan ini termasuk kedalam masalah fonologi, morfologi dan sintaksis. Adapun faktor penyebab kesulitan membaca menulis ini adalah 1) belum matangnya umur, 2) suka bermain dari pada belajar, 3) suka ramai sendiri saat guru mengajar, 4) belajar di rumah ketika ada PR, 5) kurangnya perhatian orang-orang terdekat, 6) guru kurang memberikan perhatian, dan 7) guru kurang tegas. 

C.    SIMPULAN

Menulis merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap. Pembelajaran bahasa Indonesia yang didalam mempunyai beberapa keterampilan yaitu keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Keterampilan menulis begitu diperlukan karena menulis tidak diperoleh secara mendadak tetapi melalui latihan dan praktik. Keterampilan menulis permulaan mempunyai enam aspek yaitu 1) menjiplak 2) menebalkan bentuk gambar 3) menebalkan huruf 4) menulis kata yang dilihat 5) menyalin kalimay sederhana dan 6) melengkapi kalimat. Kemampuan menulis diajarkan  di sekolah dasar sejak dibangku kelas I sampai kelas VI. Kemamuan menulis di kelas I dan II dikatakan pembelajaran menulis permulaan.

Proses pembelajaran tidak luput dari kesulitan belajar, termasuk kesulitaan belajar dalam menulis permulaan. Kesulitan dalam menulis disebut dengan disgrafia. Disgrafia terbagi menjadi tiga yaitu disgrafia visual, disgrafia auditoris dan afasia. Strategi dalam mengatasi kesulitan menulis yaitu ada beberapa cara 1) memberikan semangat dan motivasi kepada siswa untuk beajar; 2) gunakan media pembelajaran yang unik dan menarik sehingga siswa akan tertarik untuk belajar; 3) metode pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan situasi serta kondisi di kelas; 4) sumber belajar yang diambil oleh guru diharapkan beragam tidak hanya satu. 

D.    DAFTAR PUSTAKA

Roth, Froma P. and Paul, Diane R. (2006). Early Reading and Writing Development, Artikel (Online), http://www.getreadytoread.org/early-learning-childhood-basics/early-literacy/early-reading-and-writing-development

Rukiati, Enung dan Sumayana, Yena. (2014). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas rendah MI/SD. CV. Kaka Media Network.

Nolen, S. B. (2003). The development of motivation to read and write in young children. In annual meeting of the American Educational Research Association, Chicago, IL.

Aeni, A. N. (2011). Menanamkan Disisplin Pada Anak Melalui Dairy Activity Menurut Ajaran Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam - Ta’lim, 9(1), 17–30.

Pramestuti, D. (2010). Pembelajaran Menulis Permulaan Pada Siswa Kelas Ia Rsbi Sd Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. (Skripsi). Fakultas Ilmu Keguruan Dan Pendidikan, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ningsih, I. H. (2019). Peran Guru Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan Menghadi Abad 21. Basindo : Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, Dan Pembelajarannya, 3(1), 38–43. Https://Doi.Org/10.17977/Um007v3i12019p038

Simamora, D. A., Aryaningrum, K., & Ayurachmawati, P. (2022). PENERAPAN METODE SAS (STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK) DALAM KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN PADA SISWA KELAS 1 SD. JRPD (Jurnal Riset Pendidikan Dasar)5(1), 9-16. https://doi.org/10.26618/jrpd.v5i1.6362

Rahmadani. N. (2019). Peningkatan Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Penerapan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas). Journal of Teaching and Learning Research. 1 (1) p. 33-40.

Masrup, M. (2012). Keefektifan Pembelajaran Menulis Permulaan dengan Metode Menabung Kata dan Metode Selusur (VAKT) pada Siswa Sekolah Dasar. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1(2). https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/699

Timotius, K. H. (2018). Otak dan Perilaku. Andi Ofset.

Gunadi, T. (2011). Merekapun Bisa Sukses. Penebar Swadaya Group.

Dinata, R. H., Yarmis, H., & Elsa, E. (2015). Meningkatkan Kemampuan Menulis Kata Difgraf Melalui Metode Multisensori Pada Anak Disgraphia. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khsusus, 1(3), 465–476. https://doi.org/10.24036/jupe70960.64

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta.

Djuanda, D., Noi Resmini., & Dian, Indihadi. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. UPI PRESS.

Tompkins, G.E. (1990). Teaching Writing: balancing process and product. Macmillan.

Zuhdi, D. & Budiasih. (2001). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.Yogyakarta. PAS.

Widyaningrum, H. K., & Hasanudin, C. (2019). Kajian Kesulitan Belajar Membaca Menulis Permulaan (MMP) di Sekolah Dasar. Pedagogia: Jurnal Pendidikan8(2), 189-199. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v8i2.2219

Halimah, A. (2014). Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di SD/MI. AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam1(2), 190-200. https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/view/550

Muhyidin, A., Rosidin, O., & Salpariansi, E. (2018). Metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas awal. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 4(1), 30-42. http://dx.doi.org/10.30870/jpsd.v4i1.2464

PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dal...