Tampilkan postingan dengan label Bahasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahasa. Tampilkan semua postingan

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENULIS LANJUT

 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan                  : SDN Percontohan

Kelas / Semester                     : VI (Enam) / I (Satu)

Tema 2                                    : Persatuan dalam Perbedaaan

Subtema 1                               : Rukun dalam Perbedaan

Muatan Terpadu                      : Bahasa Indonesia, IPA & IPS

Pembelajaran                          : 1

 

A.    Tujuan Pembelelajaran

1.     Setelah membaca teks tentang Proklamasi Kemerdekaan, siswa mampu menyebutkan informasi penting menggunakan aspek apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana pada peta pikiran dengan tepat.

2.     Setelah berdiskusi, siswa mampu mengembangkan informasi pada peta pikiran melalui tulisan dengan detail.

3.     Setelah membaca teks, siswa mampu menyebutkan makna Proklamasi Kemerdekaan.

4.     Setelah berdiskusi, siswa mampu melaporkan dan mempresentasikan makna Proklamasi Kemerdekaan dalam kehidupan sehari-hari dengan tepat.

5.     Setelah mengamati tumbuhan dan habitatnya, siswa mampu menyebutkan ciri-ciri tumbuhan terkait habitatnya.

6.     Setelah berdiskusi, siswa mampu menulis laporan hasil pengamatan terhadap ciri-ciri satu jenis tumbuhan terkait habitatnya.

B.    Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Alokasi

Waktu

Pendahuluan

§  Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing.

§  Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.

§  Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang ”Rukun dalam Perbedaan”.

§  Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan.

15 menit

Inti

·       Siswa diminta untuk mengamati gambar tulisan asli dari teks proklamasi selama satu menit.

·       Kemudian, setiap siswa menjawab pertanyaan dan menukarkannya dengan teman di sebelahnya dan mendiskusikan jawabannya.

·       Guru mengajak satu atau dua siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya. Kemudian, memberi penguatan kepada seluruh siswa mengenai jawaban yang diharapkan.

·       Siswa kemudian membaca teks tentang Proklamasi Kemerdekaan dan mengisi peta pikiran.

·       Bersama temannya, siswa mendiskusikan peta pikiran masing-masing.

·       Guru meminta satu atau dua siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya.

·       Siswa mengembangkan informasi pada peta pikiran dalam bentuk tulisan. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikannya di kelompok masing-masing.

·       Siswa melanjutkan kegiatan dengan membaca ulang teks tentang Proklamasi Kemerdekaan dan menuliskan maknanya bagi bangsa Indonesia.

·       Siswa menuliskan paling sedikit tiga makna Proklamasi Kemerdekaan dalam kehidupan sehari-hari.

·       Guru mengajak siswa untuk mendiskusikannya dan memberikan saran apabila dibutuhkan.

·       Setiap siswa membaca teks tentang Bunga Teratai.

·       Siswa secara berkelompok akan berpetualang di lingkungan sekolah.

·       Guru telah menyiapkan beberapa pos. Pada setiap pos sudah tersedia berbagai jenis tumbuhan atau gambar tumbuhan beserta informasi tentang cara tumbuhan tersebut beradaptasi.

·       Tugas setiap kelompok adalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, mencatatnya, dan mendiskusikannya dalam kelompok.

·       Guru meminta siswa memilih satu jenis tanaman dan membuat catatan tentang ciri tanaman tersebut serta bagaimana tanaman tersebut beradaptasi.

·       Siswa kemudian menulis laporan berdasarkan informasi pada peta pikiran.

·       Siswa mempresentasikan hasil temuan mereka di depan kelas.

180 menit

Penutup

§  Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari.

§  Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)

§  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti.

§  Melakukan penilaian hasil belajar

§  Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran).

 

15 menit



 

C.    Penilaian

1.     Diskusi. Guru menilai siswa saat diskusi dengan menggunakan rubrik.

2.     Tulisan siswa dinilai dengan menggunakan daftar periksa. (Bahasa Indonesia KD 3.4 & 4.4).

3.     Tugas dinilai dengan daftar periksa. (IPS KD 3.4 & 4.4) d. Laporan IPA dinilai dengan daftar periksa (IPA KD 3.3 & 4.3)

 

Refleksi Guru : ........................................................................................................................

........................................................................................................................................................................................................................................................................................................

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS LANJUT

 A.    PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang

Interaksi merupakan jembatan krusial untuk kelangsungan hidup setiap individu dalam kehidupan sosial, dalam menjalankan proses interaksi memerlukan alat yang dapat menjembatani pengiriman pikiran atau informasi antar individu. Alat ini merupakan bahasa yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dengan individu lain. Bahasa menjelma menjadi bagian penting bahkan pondasi sosial bagi seluruh individu. Hal ini tidak hanya membantu dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tetapi juga membantu manusia dalam berkontribusi di lingkungan masyarakat. Adanya pemanfaatan dan penggunaan bahasa, seseorang dapat mengemukakan pikiran, pendapat, ataupun temuan di mana pun dan kapan pun.

Upaya pengarustamaan bahasa sebagai bagian krusial dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dalam berbagai cara, utamanya melalui proses pembelajaran di setiap jenjang pendidikan. Secara fundamen, sekolah dasar berkontribusi dengan masif dalam membelajarkan bahasa kepada siswa yakni melalui pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa sekolah dasar perlu mengembangkan beragam potensi pribadi untuk bekal pada jenjang lebih tinggi. Hal ini membuktikan bahwa bahasa tidak hanya berdampak secara mikro dalam lingkup pendidikan, tetapi juga secara makro berkelanjutan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pelbagai keterampilan berbahasa dibelajarkan di sekolah dasar, secara umum terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan erat dan tidak dapat terpisah satu sama lainnya. Perolehan keterampilan berbahasa tersebut melalui tingkatan paling sederhana atau paling mudah sampai dengan paling kompleks, misalnya siswa belajar menulis per simbol, per huruf, per kata, per kalimat, sampai dengan per paragraf. Hal tersebut perlu melalui praktik yang persisten dilakukan karena “keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktik dan pelatihan” (Tarigan, 2013, hlm. 1). Melalui pembelajaran di kelas, khususnya terjadi aktivitas bimbingan dan pelatihan antara guru dan siswa terkait keterampilan menulis. Dewi, Kristiantari, dan Ganing (2019) mengungkapkan bahwa menulis merupakan kecakapan individu dalam mengomunikasikan pesan dalam bentuk tulisan. Lebih lanjut, secara spesifik di sekolah dasar keterampilan menulis dibedakan menjadi dua jenis yakni menulis permulaan dan keterampilan menulis lanjut. Menulis permulaan ditandai dengan kegiatan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, menyalin, dan melengkapi cerita. Sementara itu, keterampilan menulis lanjut berupa aktivitas mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk percakapan, petunjuk, dan cerita.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa minat siswa terhadap menulis masih rendah. Terlebih pada kemampuan menulis lanjut, siswa kerap masih merasa bingung untuk menuangkan pemikiran atau pandangan dalam sebuah tulisan. Beragam faktor menjadi alasan tersebut, seperti pembelajaran bahasa Indonesia masih dianggap tidak terlalu krusial dibandingkan dengan mata pelajaran lain dan pembelajaran lebih banyak diarahkan pada teori, tidak pada pengembangan menulis untuk komunikasi. Sementara itu, pembelajaran setidaknya menghasilkan luaran berupa siswa yang mampu mencapai tujuan pembelajaran. Bertolak dari hal tersebut, untuk mencapai luaran tersebut diperlukan pembelajaran yang mampu membuat siswa lebih aktif, efektif, dan kreatif sekaligus pembelajaran yang menyenangkan.

Pembelajaran akan menyenangkan dan bermakna bagi siswa jika dilaksanakan dengan melibatkan seluruh indra dan bagian siswa untuk berpartisipasi di kelas melalui bimbingan guru. Persiapan komponen pembelajaran, rancangan atau alur pembelajaran, bahkan alat dan bahan yang diperlukan oleh guru. Persiapan yang matang selaras dengan alur pembelajaran yang lancar sehingga siswa dapat memahami dan mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada keterampilan menulis lanjut. Adapun harapan-harapan tersebut dapat dicapai, salah satunya dengan cara mengimplementasikan model pembelajaran bahasa Indonesia menulis lanjut untuk menjembatani pemahaman guru dan siswa.


 

b.     Fokus Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu model-model pembelajaran menulis lanjut.

B.    KAJIAN TEORI

a.     Model Pembelajaran Menulis Lanjut

Dalam kegiatan belajar mengajar seorang pendidik harus bisa memilih dan menerapkan strategi, model maupun metode pembelajaran yang tepat guna. Adapun macam-macam model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran menulis lanjut:

1.     Teknik Metode RCG (Reka Cerita Gambar)

Pada umumnya metode dan teknik dipakai dalam pengertian yang sama yaitu cara menyampaikan pelajaran. Sebenarnya pengertian metode dan teknik pembelajaran tidak sama. Menurut Solchan T.W. metode mengacu kepada suatu prosedur untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi a) pemilihan bahan, b) urutan bahan, c) penyajian bahan, dan d) pengulangan bahan. Sedangkan teknik mengandung makna upaya guru, usaha guru atau cara-cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran didalam kelas pada saat itu. lebih lanjut dijelaskan; oleh karena dalam metode mengandung makana penyajian bahan dan teknik mengandung makan cara-cara yang digunakan guru maka penggunaan kata metode dan teknik disamakan. Jadi berdasarkan pengertian tersebut diatas metode bersifat prosedur dalam penyajian bahan pelajaran sedangkan teknik merupakan cara operasional, langkah-langkah praktis yang ditepuh guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.

Menurut Henry Guntur Tarigan (1986); ada beberapa teknik dalam pembelajaran menulis, 1) Menyusun Kalimat, 2) Memperkenalkan Karangan, 3) Meniru Model,4) Karangan besama, 5) Mengisi, 6) menyusun kembali, 7) Menyelesaikan cerita, 8) menjawab pertanyaan , 9) meringkas bacaan, 10) Parafrase, 11) Memerikan, 12) Mengembangkan kata kunci, 13 mengembangkan kalimat topik, 14) Mengembangkan judul, 15) Mengembangkan pribahasa, 16) Menulis surat, 17) Menyusun dialog, 18) Menyusun Wacana, 19) Reka Cerita Gambar Yang dimaksud dengan Reka cerita gambar adalah pengembanagan karangan dengan melihat gambar tunggal atau gambar berseri, ( Solchan T, W, 9.29). dengan teknik ini peserta didik dilatih untuk mengembangkan imajinasi , daya khayalnya untuk menuliskan sebuah cerita yang ada hubungannya dengan gambar yang diamati. Dalam pembelajaran menulis dengan teknik reka cerita gambar khususnya gambar seri hendaknya guru menyusun gambar satu dengan gambar lainya ada hubungan logis, sehingga karangan peserta didikpun akantertuntun dengan gambar tersebut. Sehingga terbentuklah karangan yang runtun dan terpadu (Mahmud, 2019).

2.     Model Pembelajaran Round Table

Terdapat banyak model pembelajaran inovatif yang dikembangkan dalam membantu siswa berpikir kreatif dan produktif. Salah santunya adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table. Menurut Mccafferty (dalam Mukrimah, 2014:108) model pembelajaran kooperatif tipe Round Table merupakan model pembelajaran yang memiliki suatu pembelajaran dengan membentuk meja bundar atau duduk yang melingkar. Dalam pelaksanaanya, model pembelajaran ini mengharuskan masing-masing siswa dalam kelompok untuk ikut serta menyumbangkan idenya dengan cara bergiliran. Dengan banyaknya ide yang didapatkan maka masing-masing anggota kelompok dapat membantu mempercepat penyelesaian tugas. Model pembelajaran kooperatif tipe Round Table ini dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas serta dapat digunakan dalam pelatihan menulis siswa sekolah dasar, salah satunya untuk menulis deskripsi. Model pembelajaran kooperatif tipe Round Table diharapkan menjadi salah satu cara untuk mengaktifkan peran setiap anggota kelompok di dalam pembelajaran serta diharapka membantu melatih keterampilan menulis siswa secara individu sekaligus menghasilkan sebuah karya karangan deskripsi yang utuh bagi kelompok.

Menurut Nurulhayati (dalam Rusman, 2012:203), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengedepankan partisipasi tiap masing-masing siswa dengan cara membentuk suatu kelompok yang di dalamnya terjadi adanya suatu interaksi yang terjalin antara siswa satu dengan siswa lainnya atau antara kelompok satu dengan kelompok lainnya sehingga . Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Round Table. Menurut Mcccafferty (2006:196) Round Table merupakan model pembelajaran yang menerapkan pembelajaran dengan menunjuk tiap-tiap siswa dalam satu kelompok untuk menyumbangkan idenya secara bergiliran dengan berkelompok membentuk meja bundar atau duduk yang melingkar. Menurut Barkley (2012:357) model pembelajaran Round Table memiliki beberapa kelebihan antara lain yaitu membantu siswa memfokuskan gagasan yang disampaikan oleh teman lainnya, mendapatkan berbagai informasi baru dari gagasan yang diutarakan oleh teman lainnya, dan meningkatkan kesetaraan partisipasi di dalam kelompok.

 

C.    SIMPULAN

Pembelajaran menulis merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Pembelajaran menulis terbagi menjadi dua yaitu pembelajaran menulis permulaan dan pembelajaran menulis lanjut. Menulis permulaan berlangsung pada kelas rendah yaitu kelas 1 sampai kelas 3, sedangkan pembelajaran menulis lanjut dilaksanakan pada siswa kelas tinggi yaitu pada kelas 4 dan kelas 6. Proses pembelajaran di ruang kelas memerlukan sebuah model atau strategi yang tepat guna mempermudah anak dalam memahami sebuah materi. Pentingnya model pembelajaran dalam proses pendidikan menjadikan keharusan bagi guru untuk menguasai berbagai model untuk memberikan kemudahan pada siswa memahami materi. Dalam pembelajaran menulis lanjut ada berbagai model pembelajaran yang bisa digunakan diantaranya teknik metode RCG (Reka Cerita Gambar) dan model pembelajaran round table. Kedua model tersebut bisa digunakan dalam menulis lanjut.

 

D.    DAFTAR PUSTAKA

Agustin, L. F., & Damayanti, M. I. (2018). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Round Table Dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi Di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar6(7). https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/23987

Barkley, Elizabeth E,dkk. (2012). Collaborative Learning Techniques: Teknik-Teknik Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Nusa Media.

Dewi, N.N.K., Kristiantari, M.G., & Ganing, N.N. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Picture and Picture Berbantuan Media Visual terhadap Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Journal of Education Technology, 3(4), 278-285. https://doi.org/10.23887/jet.v3i4.22364

Mahmud, H. (2019). Upaya Meningkatakan Keterampilan Menulis Dengan Teknik RCG (Reka Cerita Gambar) Pada Siswa Kelas VI SDN Rengkak Kecamatan Kopang, Kabupaten. Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan)1(2). DOI: http://dx.doi.org/10.36312/jisip.v1i2.178

McCafferty, Steven. (2006). Cooperative Learning and Second Languange Teaching. New York: Cambrige University.

Mukrimah, Siti Sifa. (2014). Lima puluh tiga Metode Belajar dan Pembelajaran Plus Aplikasinya. Bandung: Indonesian University of Education.

Rusman. (2015). Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta: Raja Grafinde Persada

Solchan T.W, dkk. (2014). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Banten – Indonesia, Universitas Terbuka

Tarigan, dkk. (1986). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, H.G. (2013). Ketrampilan Menulis. CV Angkasa.

HAKIKAT MENULIS PERMULAAN DAN TUJUAN MENULIS PERMULAAN

 A.    PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang

Dewasa ini, “kegiatan menulis merupakan suatu media yang memiliki potensi massif untuk mengejawantahkan ide dan pikiran dalam lingkup lebih luas” (Yarmi, 2017, hlm. 1). Mobilitas informasi melalui jaringan internet ataupun melalui media cetak membutuhkan keterampilan menulis supaya bentuk ide atau gagasan dapat ditransmisikan kepada pembaca dengan tepat. Kecakapan menulis ini dapat diperoleh setiap individu di sekolah melalui latihan sehari-hari, perbaikan bentuk tulisan, dan pengembangan potensi menulis. Sekolah dan guru turut andil dalam mengakomodasi siswa dalam meraih kemampuan menulis. Sejalan dengan itu, selama mempelajari pembelajaran bahasa terdapat kecakapan sebagai bekal dan pengiring supaya pembelajaran bahasa dapat dilaksanakan secara maksimal. Adapun empat kecakapan tersebut antara lain berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keempatnya memiliki koherensi dan berkesinambungan satu sama lain. Mengingat bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, pembelajaran bahasa diharapkan diajarkan secara konkret dan kontekstual. Lebih dari itu, pembelajaran menulis diterapkan tidak mengacu pada teori, melainkan praktik yang bertahap.

Istilah menulis permulaan dikenal sebagai MMP atau membaca menulis permulaan yang merupakan program pembelajaran menitikberatkan pada kecakapan membaca dan menulis permulaan di kelas awal tingkat sekolah dasar. Mulyati (2011, hlm. 6) mengemukakan bahwa “MMP merupakan program pembelajaran utama yang diberikan pada tahap awal siswa di sekolah dasar atau ketika berada di kelas 1.” Pada makalah ini akan menitikberatkan pembahasan tentang menulis permulaan. Sebagaimana menurut Sari dkk. (2020) menulis permulaan merupakan manifestasi materi pengajaran menulis di kelas I dan kelas II karena hal ini menitiberatkan pada pengenal penulisan huruf dan kedudukan atau fungsinya dalam suatu kata dan kalimat. Lebih lanjut, “secara bertahap siswa diajarkan menulis yang bersifat mekanik, selanjutnya siswa diarahkan menyuratkan ide atau pikiran atau perasaan ke dalam tulisan melalui lambang tulisan yang telah dikuasai” (Sari dkk, 2020, hlm. 1126). Sejalan dengan itu, Mustikowati, Wijayanti, & Darmanto (2016) berpandangan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar yang paling fundamental ialah kecakapan membaca dan menulis karena hal ini merupakan nilai dasar untuk berdaya saing di tingkat selanjutnya. Selama berlangsungnya kegiatan menulis permulaan, “siswa dilatih untuk menuliskan kembali lambang-lambang tulis yang terstruktur dan bermakna, selanjutnya digiring untuk menumpahkan ide sampai ke dalam tahap kecakapan menulis yang sesungguhnya” (Halimah, 2014, hlm. 191). Namun, dari pelbagai pandangan yang positif tersebut masih terdapat tantangan dan kesulitan untuk mencapai titik temu keberhasilan menulis permulaan. Fauziah (2018) mengungkapkan bahwa beragam macam faktor, utamanya ialah rendahnya afeksi dari orang tua kepada siswa selama bimbingan belajar di rumah. Lebih rincinya, pembelajaran yang maksimal dapat dicapai jika ada keberlanjutan antara pembelajaran di rumah dan di sekolah. Latae (2014) menyatakan bahwa menulis permulaan merupakan bekal bagi peserta didik untuk mempelajari kompetensi dasar yang lain dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain.

Berdasarkan pemaparan tersebut, pada kesempatan ini dapat disimpulkan bahwa menulis permulaan merupakan subjek krusial dalam menghantarkan siswa ke dalam kesuksesan belajar. Sebagai langkah untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan substansi menulis permulaan yang dapat dijadikan titik tolak di lapangan. Oleh karena itu, penulis menitikberatkan makalah ini terhadap Hakikat Menulis Permulaan dan Tujuan Menulis Permulaan. 

b.     Fokus Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu :

1.     Hakikat menulis permulaan

2.     Tujuan menulis permulaan 

B.    KAJIAN TEORI

a.     Hakikat Menulis Permulaan

Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993, hlm. 968). Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Melalui menulis, siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, menulis juga dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Melalui menulis, siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, menulis juga dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa (Widiastuti, M. A. C., 2021, hlm. 192).

Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan ke dalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan. penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986, hlm. 21). Dari pengertian menulis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari pengenalan lambang–lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan tersebut, akan menjadi dasar peningkatan dan pengembangan kurikulum siswa selanjutnya (Ali, M., 2021, hlm. 46). Apabila dasar tersebut baik dan kuat maka dapat diharapkan hasil pengembangannya pun akan baik pula, dan apabila dasar itu kurang baik atau lemah, maka dapat diperkirakan hasil pengembangannya kurang baik juga. Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain: (1) Motorik, (2) Perilaku, (3) Persepsi, (4) Memori, (5) Kemampuan melaksanakan cross modal, (6) Penggunaan tangan yang dominan, (7) Kemampuan memahami insting.

Menurut Lestari (2017) menulis merupakan suatu kegiatan kompleks, yang melibatkan gerakan jari, tangan, lengan, dan mata secara integrasi. Dalam pembelajaran menulis permulaan, siswa juga dilatih untuk menguasai motorik menulis halus. Siswa yang baru belajar menulis akan kasar motorik menulisnya, dibuktikan dengan buruknya bentuk huruf atau tulisan siswa. Kompetensi menulis pada kelas awal dalam kurikulum 2013 dimuat dalam beberapa kompetensi dasar, diantaranya sikap menulis yang benar (memegang dan menggunakan alat tulis), menjiplak atau meniru dan menebalkan, menyalin, menulis permulaan, menulis beberapa kalimat dengan huruf sambung, menulis kalimat yang didiktekan oleh guru (Halimah, 2014). Ketujuh kompetensi ini tidak bisa dikuasai dalam satu atau dua hari saja. Orang tua di rumah dapat membimbing anaknya untuk mulai belajar sebelum masuk ke jenjang sekolah dasar. Guru dan orang tua pun bisa memberikan tontonan terkait pengenalan pembelajaran menulis permulaan. 

b.     Tujuan Menulis Permulaan

Tujuan dimanifestasikannya keterampilan berbahasa pada siswa secara sederhana, diungkapkan oleh Kostelnik, Sodarman, dan Whiren (2007) bahwa supaya siswa mampu mengkomunikasikan ide dan menginterpretasikan pesan yang diterima. Sari dkk. (2020) mengungkapkan kegunaan kemampuan menulis permulaan bagi siswa yakni untuk menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin. Sebagaimana diketahui pembelajaran di sekolah erat kaitannya dengan menulis. Akhir dari kegiatan pembelajaran ialah mencapai tujuan dan mencetak hasil belajar yang maksimal. Adapun tanpa kecakapan menulis permulaan, siswa dapat menghadapi beragam tantangan lebih berat dalam merampungkan tugas belajar.

Istilah menulis permulaan sampai saat ini dikenal sebagai MMP (membaca menulis permulaan), kedua elemen bahasa tersebut saling menyatu dan berkaitan. Sebagaimana tujuan menulis permulaan yang hendak dibahas berikut ini berkaitan erat dengan tujuan membaca permulaan. Sebagaimana, Slamet (2008) merincikan beberapa poin terkait urgensi membaca dan menulis permulaan yang memiliki beberapa tujuan, antara lain:

(1)  Memupuk dan mengembangkan kecakapan siswa untuk memahami dan mengenalkan tata cara membaca dan menulis yang benar;

(2)  Melatih dan mengembangkan kecakapan siswa untuk menuliskan dan mengenal huruf;

(3)  Melatih dan mengembangkan kecakapan siswa untuk mengubah tulisan menjadi bunyi bahasa;

(4)  Melatih dan mengembangkan kecakapan siswa untuk menuliskan bunyi-bunyi yang didengarnya;

(5)  Melatih keterampilan siswa untuk memahami kata-kata yang dibaca, didengar, dan mengingatnya dengan baik;

(6)  Melatih keterampilan siswa untuk menetapkan makna tertentu dari sebuah kata dalam suatu konteks. (hlm. 77) 

Sementara itu, tujuan penyelenggaraan menulis permulaan di kelas rendah dalam pandangan Mustikowati, Wijayanti, & Darmanto (2016) bahwa supaya siswa mengerti tata cara menulis permulaan secara bertahap. Lebih rincinya sebagaimana berikut ini.

Siswa diharapkan menggunakan ejaan yang tepat, misalnya e, d, f, k, j. Selanjutnya, siswa mengkomunikasikan ide atau pesan yang tertulis. Pemberian materi menulis permulaan diberikan secara bertingkat dari mulai pendekatan huruf, suku kata (misalnya su-ka, ma-ta, ha-rus, lu-ka), kata-kata atau kalimat sederhana. Dimulai dengan aktivitas menjiplak, menirukan tulisan dari buku, menirukan tulisan guru, dan menulis dari kegiatan dikte. (hlm. 40-41) 

Menulis permulaan kerap dikolaborasikan dengan membaca permulaan antara keduanya tidak dapat terpisah, melainkan saling melengkapi satu sama lain. Hal ini karena “siswa yang biasa membaca akan menulis sesuai pengetahuan kosakata pribadi lebih bersemangat dan merasa tertantang” (Mustikowati, Wijayanti, & Darmanto, 2016, hlm. 39). 

C.    SIMPULAN

Menulis adalah cara untuk mengungkapkan sebuah gagasan, pikiran, dan perasaan dalam bentuk tulisan. Sedangkan menulis permulaan merupakan bekal bagi siswa untuk mempelajri kompetensi dasar yang lain daalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain.  Kegiatan menulis permulaan yaitu bisa dilaksanakan dengan siswa dilatih untuk menuliskan kembali lambang-lambang tulis yang terstruktur dan bermakna, selanjutnya digiring untuk menumpahkan ide sampai ke dalam tahap kecakapan menulis yang sesungguhnya. Adapun tujuan untuk dilaksanakan menulis permulaan yaitu agar siswa mampu mengungkapkan gagasan kemudian juga siswa mampu mengkomunikasikan ide dan mengimplementasikan pesan yang diterima. 

D.    DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2021). Peningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Dengan Media Gambar Untuk Kelas 2 Pada SDN 93 Palembang. Pernik. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini4(1), 43-51. http://dx.doi.org/10.31851/pernik.v4i1.6796

Fauziah, H. (2018). Upaya Guru dalam Mengembangkan Kemampuan Membaca Menulis Permulaan Siswa Kelas I MI. Elementary, 4(2), 173-184. https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/elementary/article/view/1241

Halimah, A. (2014). Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di SD/MI. Auladuna, 1(2), 190-200. https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/view/550

Halimah, A. (2014). Metode Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan Di Sd/Mi. Auladuna: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 1(2), 190–200. Http://Journal.UinAlauddin.Ac.Id/Index.Php/Auladuna/Article/View/550/551

Kostelnik, M.J., Sodarman, A.K., & Whiren, A.P. (2007). Developmentally Appropriate Curriculum: Best Practice in Early Childhood Education. Pearson Education.

Latae, A, dkk. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Melalui Metode SAS Siswa Kelas 1 SDN Tondo Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali. Jurnal Kreatif Tadulako. Online Vol. 2 No. 4 Hal. 199—213. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3987

Lestari, S. (2017). Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan Siswa Kelas Rendah Sd 01 Ngemplak Tahun Pelajaran 2014/2015 Ditinjau Dari Aspek Fonologis. Stilistika, 3(2), 105–114.

Mulyati, Y. (2011). Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan. [Online]. Diakses dari https://scholar.google.co.id/scholar?q=Mulyati,+Yeti.+%E2%80%9CPembelajaran+Membaca+dan+Menulis+Permulaan%E2%80%9D.+B&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart

Mustikowati, D., Wijayanti, E., & Darmanto, J. (2016). Meningkatkan Semangat Membaca dan Menulis Siswa Sekolah Dasar dengan Permainan Kata Bersambut. Jurnal Riset dan Konseptual, 1(1), 39-42. http://dx.doi.org/10.28926/briliant.vli1.5

Sari, Y. dkk. (2016). Pengaruh Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sintetik terhadap Kemampuan Menulis Permulaan di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 1124-1133. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i4.515

Slamet, St. Y. (2008). Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. UNS Press.

Widiastuti, M. A. C. (2021). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas II SD Negeri 5 Karangasem. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan4(2), 191-205. http://dx.doi.org/10.31851/pernik.v4i1.6796

Yarmi, G. (2017). Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar. Perspektif Ilmu Pendidikan, 31(1), 1-6. https://doi.org/10.21009/PIP.311.1

PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dal...