diklasifikasikan ke dalam
kelompok tertentu, menguasai atau tidak menguasai suatu materi konsep mata
pelajaran yang diberikan. Diagnosis adalah penilaian kemajuan belajar siswa
yang dihubungkan dengan tujuan pembelajaran dan dilakukan sebelum tes sumatif
untuk pengukuran pencapaian tujuan tersebut, untuk mencapai pengukuran dengan
pencapaian tujuan yang dituju, diperlukan suatu instrument untuk mengukur
permasalahan yang terjadi yaitu melalui tes dignostik. Tes diagnostik merupakan
instrument untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh
siswa dalam bidang pelajaran tertentu. Misalnya untuk mata pelajaran berhitung
/ matematika apakah dijumpai kesalahan-kesalahan dalam penerapan tata bahasa
dan pemakaian ejaan. Melalui tes diagnostik dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan siswa. Makin sedikit siswa membuat kesalahan pada tes diagnostik,
makin kuatlah siswa pada materi pelajaran yang bersangkutan dan sebaliknya,
siswa-siswa yang ternyata sudah cukup kuat dalam mata pelajaran yang dimaksud
dianjurkan untuk terus memupuk kekuatan mereka, sedangkan siswa yang masih
mengalami banyak kesalahan berarti memerlukan bantuan khusus.
2).
Pengertian Kesulitan Belajar
Kesuliatn
belajar adalah rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan
kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut. Kesulitan
belajar secara informal dapat dikenali dari keterlambatan dalam perkembangan
kemampuan seorang anak. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh
peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan
lingkungan belajar. Djamarah (2002:202) menyatakan bahwa kesulitan belajar
dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok :
1). Kesulitan belajar yang terkait dengan perkembangan 2). Kesulitan
belajar akademik. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mental
mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi
dan kesulitan belajar dalam menyesuaikan perilaku sosial. Kesulitan belajar
akademik ditunjukan adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik
yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut
mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan menghitung.
b. Jenis dan Ciri-ciri
Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Pengetahuan
tentang ciri-ciri siswa lamban belajar dan berprestasi rendah sangat penting
dikuasai guru. Pengetahuan itu memberi dasar keterampilan dalam menangani siswa
yang sedang menghadapi kesulitan belajar disekolah. Siswa lamban belajar dan
berprestasi rendah adalah siswa yang kurang mampu menguasai pengetahuan dalam
batas waktu yang telah ditentukan karena ada faktor tertentu yang
mempengaruhinya. Faktor itu antara lain disebabkan lemahnya kemampuan siswa
menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar tertentu pada sebagian materi
pelajaran yang harus dikuasai sebelumnya. Pengetahuan dan keterampilan dasar
itu pada umumnya berkisar pada pelajaran membaca, menulis, dan berhitung.
Akibat kelemahan itu, siswa akan selalu menghadapi kesulitan mempelajari pengetahuan
lainnya, sehingga prestasi yang diperolehnya menjadi rendah bahkan gagal meraih
sukses di sekolah, jika tidak ada usaha untuk memperbaikinya. Ciri-ciri umum
siswa lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa,
perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan
proses-proses belajar yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu
dianalisis agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab
kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah. Rincian analisisnya mencakup
hal-hal sebagai berikut: fisik, perkembangan mental, sosial, perkembangan
kepribadian, proses-proses belajar yang dilakukannya. Ketidaksanggupan siswa
lamban belajar dalam menguasai pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilakunya
menjadi tidak cocok dengan lingkungan sekelilingnya sehingga mengundang masalah
orang-orang di sekitarnya. Ketidaksanggupan belajar disebabkan
kerusakan-kerusakan tertentu pada diri seseorang yang membuat seseorang itu
lamban belajar. Jenis-jenis kesulitan belajar :
1)
Disleksia
Disleksia
adalah kombinasi dari kemampuan dan kesulitan, kesulitan mempengaruhi proses
belajar dalam aspek bahasa dan berhitung. Ditandai dari kelemahan yang
terus-menerus dapat diidentifikasi dalam memori jangka pendek, kecepatan pemrosesan,
urutan keterampilan, pendengaran dan persepsi visual, bahasa lisan, dan
keterampilan motorik, termasuk masalah membaca, menulis, ejaan, berbicara.
Kemampuan berupa kemampuan visuo-spasial yang baik, berpikir kreatif dan
pemahaman intuitif.
2)
Dyspraxia (Gangguan Integrasi
Sensory)
Siswa dengan
dyspraxia dipengaruhi oleh penurunan nilai dan sering canggung. Keterampilan
motorik halus (berkaitan dengan keseimbangan dan koordinasi) dan keterampilan
motorik halus (yang berkaitan dengan manipulasi
objek) sulit untuk
belajar dan sulit untuk mempertahankan belajar.
Pengucapan juga terpengaruh dan orang-orang dengan dyspraxia sensitif terhadap
suara, cahaya, dan sentuhan. Masalah dengan koordinasi tangan-mata,
keseimbangan, dan ketangkasan manual.
3)
Dyscalculia
Dyscalculia
adalah kesulitan belajar yang melibatkan aspek paling dasar dari keterampilan
aritmatika. Kesulitannya terletak pada pemahaman, penerimaan, atau produksi
informasi kuantitatif dan spasial. Siswa dengan
dyscalculia mungkin mengalami
kesulitan dalam memahami konsep angka sederhana, kurangnya pemahaman
intuitif sebuah angka dan memiliki masalah belajar dalam penjumlahan dan
prosedur. Ini dapat berhubungan dengan konsep- konsep dasar seperti mengatakan
waktu, menghitung harga, dan mengukur hal-hal seperti suhu dan kecepatan.
Jenis
Dyscalculia menurut Kosc (1974) ada enam, yaitu:
a)
Verbal dyscalculia,
yaitu kesulitan menggunakan
konsep matematika dalam bahasa lisan. Kosc mencatat dua aspek jenis
dyscalculia ini: (1) kesulitan mengidentifikasi pengucapan angka (meskipun
individu dapat membaca angka), dan (2) kesulitan mengingat nama suatu besaran
(walaupun mereka bisa membaca dan menulis nomor).
b)
Practognostic dyscalculia, yaitu kesulitan memanipulasi atau pencacahan kuantitas. Kesulitan di sini
melibatkan mengkonversi aritmatika atau prosedur sehubungan dengan jumlah.
c)
Lexical dyscalculia, yaitu kesulitan
membaca simbol matematika seperti angka. Siswa dengan kesulitan ini dapat
berbicara tentang ide-ide matematika dan memahami diskusi lisan mereka namun
mengalami kesulitan membaca simbol dan nomor kalimat.
d)
Grafis dyscalculia,yaitu kesulitan
menulis simbol matematika. Siswa dapat memahami ide-ide
matematika secara diskusi lisan dan
dapat membaca informasi
numerik tetapi mengalami kesulitan menulis pemahaman
simbolisme matematika.
e)
Ideognostic dyscalculia, yaitu
kesulitan untuk memahami ide-ide yang berhubungan dengan matematika.
f)
Operasional dyscalculia, yaitu
kesulitan melakukan operasi matematika.
4)
Dysgraphia
Dysgraphia
merupakan kesulitan dengan menulis. Masalah dengan tulisan tangan, ejaan,
mengorganisasi ide-ide.
5)
Auditory Processing Disorder
Auditory
Processing Disorder merupakan kesulitan mendengar perbedaan antara
suara. Masalah dengan
membaca, dan pemahaman bahasa.
6)
Visual Processing Disorder
Visual
Processing Disorder merupakan kesulitan menafsirkan informasi visual.
Masalah dengan membaca,
matematika, peta, grafik, simbol,
dan gambar.
7)
Attention Deficit Disorder (ADD)
Attention Deficit
Disorder (ADD) ada dengan atau tanpa hiperaktivitas. Gangguan
ini terjadi pada
orang yang sering
pergi tugas, mengalami kesulitan tertentu dimulai dan beralih tugas
bersama-sama dengan rentang perhatian yang sangat pendek dan tingkat tinggi. Mereka
gagal menggunakan umpan balik yang yang mereka terima dengan efektif dan mereka
memiliki kemampuan mendengarkan yang lemah. Mereka yang hiperaktif dapat
bertindak impulsif dan tak menentu, mengalami kesulitan meramalkan hasil, gagal
untuk merencanakan ke depan dan menjadi gelisah. Mereka yang tidak memiliki
sifat hiperaktif cenderung melamun berlebihan, kehilangan jejak
dari apa yang
mereka lakukan dan
gagal untuk terlibat dalam
belajar mereka kecuali mereka sangat termotivasi. Perilaku orang dengan AD (H)
D dapat tidak tepat dan tak terduga, sehingga menjadi penghalang untuk belajar
lebih lanjut.
c. Faktor
yang Menyebabkan Kesulitan Belajar
1). Faktor
Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul
dari dalam diri peserta didik itu sendiri, baik fisik maupun mental. Faktor
internal meliputi :
a). Faktor
fisiologis/fisik
Faktor-faktor fisik/jasmaniyah siswa yang
dapat mempengaruhi proses belajarnya meliputi faktor kesehatan (memilki
penyakit) dan bawaan (buta warna, kidal dan cacat tubuh). Siswa yang kondisi
fisik yang kurang mendukung seperti kondisi penglihatan yang kurang maka akan
berdampak pada kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar sehingga informasi
yang didapat dalam pembelajaran terlewat begitu saja tanpa ditangkap dengan baik
dan akibatnya siswa tidak dapat memahami konsep yang diajarkan.
b).
Faktor Psikologis
1). Intelegensi
Intelegensi berasal dari kata intelligere
berarti mengorganisasikan, menghubungkan, atau menyatukan satu dengan yang
lain.13 Intelegensi adalah salah satu factor penting yang ikut menentukan
berhasil tidaknya pesrta didik
2). Motivasi
Motivasi adalah keinginan atau dorongan
untuk belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai proses
belajarnya. Proses pembelajaran dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi
telah memungkinkan potensi-potensi jasmani atau rohaninya matang.
3). Minat
Minat diekspresikan melalui pernyataan
yang menunjukkan bahwa eserta didik lebih menyukai sesuatu kemudian
dimanifestasikan mlalui partisipasi dalam suatuaktivitas.
4). Situasi pribadi (emosi)
Prilaku siswa yang mengalami gangguan emosional
ditandai dengan hal (1) siswa menolak untuk belajar dan hanya ingin melakukan
yang dia senangi, (2) siswa menjadi nakal, agresif, dan menyerang siswa lain
secara terbuka, (3) siswa berprestasi negatif terhadap kegiatan belajar, (4)
siswa memindahkan kekerasan dari rumah ke sekolah apabila ia menjadi
korban kekerasan orang tuanya ataupun saudaranya, dan (5) siswa menolak
perintah belajar atau tekanan lain dari orang tua.
2). Faktor
Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang
dari luar diri seseorang yang berasal dari lingkungan mereka. Menurut Sumadi
Suryabrata (dalam Rochman, 2017, hlm 8), faktor eksternal yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar siswa meliputi faktor-faktor non-sosial dan
faktor-faktor sosial, yaitu:
a). Faktor
nonsosial
Faktor-faktor tersebut meliputi segala
sesuatu yang ada di sekeliling siswa selain faktor-faktor sosial. faktor-faktor
tersebut antara lain cuaca, suhu udara, waktu belajar, tempat pembelajaran,
peralatan dalam belajar.
b). Faktor sosial
1). Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang
utama dan pertama. Faktor lingkungan keluarga sangat memengaruhi proses belajar
siswa diantaranya sikap orang tua, pola asuh orang tua, cara orang tua
mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, pengertian dari orang
tua, kebudayaan orang tua, keadaan ekonomi keluarga,
2) Sekolah
Dalam lingkungan sekolah terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi balajar peserta didik diantaranya, pemilihan
metode mengajar yang tepat, kurikulum, hubungan yang harmonis antara guru dan
peserta didik, alat pendidikan, kondisi gedung dan lain sebagainya yang ikut
mempengaruhi proses belajar peserta didik
3) Masyarakat
Faktor-faktor dari lingkungan masyarakat
yang dapat memengaruhi proses belajar siswa antara lain jenis kegiatan yang
diikuti siswa di masyarakat, teman bergaul siswa, media massa yang dikonsumsi
siswa, bentuk kehidupan masyarakat sekitar siswa, dsb.
d. Diagnostik Kesulitaan
Belajar
Diagnosis adalah proses yang kompleks
dalam suatu usaha untuk menarik kesimpulan dari hasil-hasil pemeriksaan
gejala-gejala, perkiraan penyebab, pengamatan dan penyesuaian dengan kategori
secara baik (Suwarto, 2013, hlm 90). Diagnosis dalam pendidikan merupakan
konsep yang luas, meliputi identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa.
Identifikasi kekuatan berguna untuk diberikan pengayaan, atau melanjutkan ke
konsepp selanjutnya, sedangkanidentifikasi kelemahan berguna untuk diberikan
pengajaran remidi.
Diagnosis
juga berguna bagi guru dalam menentukan proses belajar mengajar yng telah
berhasil memenuhi ketentuan yang ada di dalam kurikulum atau proses belajar
mengajar yang belumberhasil sesuai
dengan ketentuan yang ada dalam kurikulum. Menurut Haris (dalam Suwarto,
2013, hlm 91) yang penting dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan belajar
adalah menemukan letak kesuliatan dan jenis kesulitan yang dhadapi siswa agar
pengajaran perbaikannya (learning
corective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif.
Menurut
Syah (dalam Suwarto, 2013, hlm 92) diagnostik kesulitan belajar adalah
langkah-langkah dalam upaya penetuan secara ilmiah jenis-jenis gangguan yang
menyebabkan siswa gagal mencapai tujuan yang dipersyaratkan dalam proses pembelajaran,
ditinjau dari tujuan pendidikan, kedudukan kelompok, perbandingan antara
potensi dengan prestasi, dan kepribadiannya, agar perbaikannya dapat dilakukan
secara efektif. Sedangkan Entang (dalam Suwarto, 2013, hlm 92) mengemukakan
gejala untuk mengetahui keseulitan belajar pada siswa melalui pretasi belajar
yang rendah, tidak bergairah mengikuti pelajaran, dan kurang motivasi dalam
mengerjakan tugas.
e. Prosedur Diagnostik
Kesulitan Belajar
Menurut Rusmana (2010, hlm 5) “Dalam melakukan
diagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa ada tiga langkah umum yang
harus ditempuh oleh seorang guru, yaitu : 1). Diagnosa 2). Prognosa 3).
Treatment”
Berikut Penjelasannya:
1). Diagnosa
Diagnosa adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh
guru untuk memahami secara mendalam tentang hubungan antara kasus, masalah, dan
faktor penyebab sebagai rangkaian kegiatan dalam rangka memahami fenomena
masalah siswa.
Diagnosa dapat dilakukan melalui proses identifikasi
kasus, identifikasi masalah dan dan identifikasi faktor penyebab.
a).
Identifikasi Kasus
Upaya Sistematis yang dilakukan oleh guru untuk
menentukan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Penentuan siswa yang
mengalami kesulitan bisa dilakukan melalui pemahaman kondisi sosial pribadi siswa
dan prestasi belajarnya.
b). Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah upaya sistematis untuk
memahami secara mendalam tentang hakikat dan esensi masalah yang dihadapi siswa. Identifikasi masalah dapat dilakukan
oleh guru dengan mengkaji secara mendalam tentang jenis dan hakikat masalah
yang menjadi faktor penyebab kesulitan belajar siswa. Identifikasi tentang
jenis dan hakikat masalah bisa dilakukan melalui pemahaman kisi - kisi soal
pada setiap mata pelajaran.
c). Identifikasi Faktor Penyebab
Identifikasi faktor penyebab adalah upaya sistematis
yang dilakukan oleh guru untuk memahami hubungan antara kasus, masalah, dan
faktor -faktor penyebab munculnya masalah. Identifikasi faktor penyebab dapat
dilakukan dengan memahami secara mendalam tentang kondisi objektif siswa baik
yang menyangkut faktor dalam dan faktor luar siswa. Faktor dalam siswa bisa
dipahami melalui pengenalan terhadap kecerdasan, bakat, minat, sikap, aspirasi,
kebiasaan, kepribadian, dll. Faktor luar siswa bisa dipahami melalui pengenalan
terhadap kondisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan siswa baik secara
khusus maupun umum.
2). Prognosa
Prognosa adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh
guru untuk mengidentifikasi berbagai alternatif bantuan yang dapat diberikan
kepada siswa dalam rangka membantu kesulitan belajar siswa. Prognosa dapat
dilakukan oleh guru dengan mempertimbangkan kesiapan sarana dan prasarana yang
tersedia dan dapat dilaksanakan.
3). Treatment
Treatment adalah
upaya bantuan yang dipilih sebagai alternatif untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa. Treatment yang dipilih
didasarkan atas karakteristik utama kesulitan belajar siswa. Treatment bisa bersifat langsung dan
tidak langsung. Treatmen langsung
bisa berupa pengayaan, pemantapan, remedi, dan peningkatan. Treatment tidak langsung bisa berupa
konseling dan psikoterapi oleh ahlinya melalui proses referal.
2. Konsep Dasar Pengajaran Remedial
a. Pengertian Pembelajaran Remedial
Pembelajaran
remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang
ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan pembelajaran remedial.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan
Permendiknas 22,23,24 Tahun 2006 dan Permendiknas No.6 Tahun 2007 menerapkan
sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem
pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem
dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasi peserta didik. Jika seorang peserta
didik telah menguasai standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) maka
peserta didik tersebut dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Apabila ada
peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan
maka tindakan yang harus dilakukan oleh pendidik adalah pemberian program
pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan demikian pembelajaran remedial
diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang
ditetapkan dalam rencana pembelajaran.
b. Tujuan
Pembelajaran Remedial
Tujuan pembelajaran remedial adalah agar siswa dapat:
1)
Memahami dirinya, khususnya yang
menyangkut prestasi dan kesulitannya.
2)
Mengubah dan memperbaiki cara
belajar yang lebih baik sesuai dengan jenis kesulitannya.
3)
Mengatasi hambatan belajar yang
menjadi latar belakang kesulitannya.
4)
Mengembangkan sikap dan kebiasaan
baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang baik.
c. Fungsi
Pembelajaran Remedial
Adapun fungsi pengajaran remedial adalah:
1)
Fungsi korektif yakni mengadakan
perbaikan atau pembetulan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
2)
Fungsi penyesuaian yakni membuat
siswa mampu memahami diri dalam kemampuan dan keterampilannya.
3)
Fungsi percepatan yakni perbaikan
diharapkan akan dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran.
d.
Faktor Diadakannya Pembelajaran Remedial
Kegagalan
mencapai hasil belajar mungkin disebabkan beberapa faktor, maka dilakukan
pembelajaran remedial, faktor tersebut yaitu:
1). Faktor internal
a). Kesehatan
Kondisi fisik
siswa secara umum dapat mempengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Kurang
sehatnya fisik seorang siswa dapat menyebabkan stamina cepat menurun, cepat
lelah sehingga usaha menguasai materi pembelajaran tidak tercapai secara
maksimal. Fisik siswa yang kurang sehat dapat dimungkinkan karena beberapa
penyebab seperti gizi buruk, kurang istirahat, terlalu tegang dan stres dan
bekerja terlalu keras. Kesehatan yang buruk dapat berpengaruh pada tingginya
ketidakhadiran siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dapat
menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar.
b). Problem penyesuaian diri
Sebagai
contoh, siswa yang memiliki gangguan emosi, pada awalnya menghambur-hamburkan
energi mereka sebelum digunakan untuk kegiatan belajar. Biehler (1971)
menunjukakan bahwa siswa yang memiliki permasalahan belajar biasanya ditandai
dengan beberapa indikator a) kesiapan belajar yang buruk, b) kesulitan
menghadapi tes, c) kemampuan bahasa yang buruk, d)penguasaan materi belajar
yang lambat, dan e) kurang perhatian dalam mengikuti kegiatan sekolah.
Perilaku
siswa yang mengalami gangguan emosional ditandai dengan hal-hal berikut:
1.
Siswa menolak untuk
belajar dan hanya ingin melihat atau melakukan yang ia senangi, misalnya
melihat acara televisi, dan bermain dengan temannya.
2.
Siswa menjadi nakal,
agresif dan menyerang siswa lain secara terbuka
3.
Menolak perintah dari
orang tua untuk belajar dengan baik.
2). Faktor eksternal
a)
Lingkungan
Masalah
lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap
keluarga dan lingkungannya, misalnya kondisi orang tua yang tidak harmonis.
Penolakan terhadap diri siswa pun dapat menjadi masalah kesulitan belajar.
b)
Cara guru mengajar yang
tidak baik
Cara
guru mengajar yang tidak baik dikategorikan faktor eksternal karena dapat menimbulkan kesulitan belajar
pada siswa. Agar hal tersebut tidak terjadi maka guru harus melakukan perbaikan
secara berkala baik dalam penguasaan metode mengajar maupun dalam penguasaan
materi yang hendak diberikan.
c)
Orang tua
Orang
tua yang tidak mau menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai atau
mereka yang tidak mau mengawasi anaknya dalam belajar dapat menyebabkan
kesulitan belajar pada anak. Dengan adanya pengawasan, minimal mereka bisa
mengetahui ketika anak mempunyai kesulitan belajar. Orang tua yang peduli
terhadap pengawasan belajar anak di rumah dapat membantu mengatasi kesulitan
belajarnya.
d)
Masyarakat sekitar
Siswa
akan merasa berhasil atau bermanfaat, jika ia dapat merasakan manfaat yang
nyata dari hasil belajar di sekolah dengan keadaan di masyarakat.
e. Prinsip Pembelajaran Remedial
1)
Adaptif
Setiap
peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran
remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan
kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain,
pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
2)
Interaktif
Pembelajaran
remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif
berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat
perbaikan perlu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan
belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera
diberikan bantuan.
3)
Fleksibilitas dalam
Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan
dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda,
maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan
metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4)
Pemberian Umpan Balik
Sesegera Mungkin
Umpan
balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan
belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat
korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik
dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta
didik.
5)
Kesinambungan dan
Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program
pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan,
dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus
berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik
dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
f.
Bentuk Kegiatan Remedial
Suatu pembelajaran remedial dapat
dilakukan dengan berbagai kegiatan, diantaranya:
1) Memberikan
tambahan penjelasan atau memberikan contoh.
Terkadang
beberapa peserta didik tidak memahami penjelasan dari seorang pendidik, karena
kurangnya contoh. Karena ketika diadakannya contoh dapat mudah memahami materi
pembelajaran.
2) Menggunakan
strategi yang berbeda dengan sebelumya.
Beberapa
pendidik terkadang memakai cara yang sama, namun dengan menggunakan strategi
alternatif dapat membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran.
3) Menkaji
ulang pembelajaran yang lalu.
Menkaji
ulang pembelajaran yang telahdipelajari maksudnya adalah suatu strategi yang
dapat membuat peserta didik memahami materi, karena dengan mengulanginya, maka
peserta didik dapat menangkap pesan pembelajaran.
4) Menggunakan
berbagai jenis media.
Dengan
menggunakan berbagai jenis media, maka dapat menarik perhatian peserta didik,
karena ketika peserta didik dapat tertarik dengan materi maka dapat mempermudah
peserta didik dalam memahami suatu materi.
Terkadang kebanyakan dari peserta
didik, sulit dalam berkonsentrasi maka pendidik harus membuat cara agar peserta
didik konsentrasi.
g.
Pelaksanaa Remedial
Pembelajaran
remedial merupakan suatu cara pemberian bantuan terhadap siswa yang mengalami
kesulitan belajar, maka dari itu langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi
dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua
memberikan perlakuan (treatment)
pembelajaran remedial.
Mendiagnosis
kesulitan belajar, dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana kesulitan
belajar yang dihadapi siswa. Karena kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi
dua yaitu ringan, biasanya terdapat pada siswa yang kurang memperhatikan
pembelajaran karena dapat terpengaruh oleh faktor keluarga, lingkungan tempat
tinggal, pergaulan dan lain sebagainya. Dan yang kedua yaitu berat, dimana bisa
dilihat dari kondisi siswa seperti ketunaan(tunarungu, tunanetra,tunadaksa, dan
lain sebagainya). Teknis yang dapat mendiagnosis kesulitan belajar pada anak
yaitu : tes prasyarat, tes diagnostik, wawancara, pengamatan dan lain
sebagainya.
h.
Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Terdapat
beberapa alternatif yang berkenaan dengan waktu untuk pembelajaran remedial.
Terkadang siswa akan menanyakan waktu untuk perbaikan. Apakah pembelajaran
remedial dilakukan setelah ulangan harian atau mingguan ataupun tengah semester?
Ternyata suatu pembelajaran remedial dilakukan setelah peserta didik
mempelajari KD tertentu. Dikarenakan dalam setiap SK terdapat beberapa KD maka
akan sulit untuk pendidik dalam melaksanakan pembelajaran ini. Mengingat
indikator keberhasilan siswa merupakan tingkat ketuntasan dalam mencapai SK,
maka pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik menempuh tes
SK yang terdiri dari beberapa KD, maka
ketika siswa belum mencapai penguasaan SK tertentu, harus mengikuti
pembelajaran remedial.
Komentar
Posting Komentar