PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

BIMBINGAN BELAJAR


BIMBINGAN BELAJAR (KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN KONSEP DASAR PENGAJARAN REMEDIAL)
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling  pada semester genap tahun akademik 2017/2018 dengan dosen pembimbing Dr. Isrok’atun, M.pd.




Disusun Oleh
Kelompok : 12
Kelas : PGSD 1 A
1.         Nur Kamila Yuhastuti        1700020/3
2.         Fitri Yulia                           1700205/9
3.         Selin Yuniawati                  1700724/13
4.         Yusi Yustiani Wardani       1701001/20

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjunan kita, Nabi Muhammad SAW. Kami panjatkan Puji syukur kehadirat-Nya, yang atas berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bimbingan Belajar (Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Konsep Dasar Pengajaran Remedial)”, guna memenuhi tugas mata kuliah “Bimbingan Konseling”.
Makalah ini telah kami susun dengan  semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak terutama kepada dosen kami Ibu Dr. Isrok’atun, M.pd yang telah membimbing kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sumedang,  Mei 2018

             Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB  I PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang Masalah..............................................................................
      B.     Rumusan Masalah........................................................................................
      C.     Tujuan Penulisan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN   
      A.    Bimbingan Belajar.....................................................................................
1.      Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar.....................................
a. Pengertian Diagnostik dan Kesulitan Belajar....................................
b. Jenis dan Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar...... 
c. Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar....................................
d. Diagnostik Kesulitaan Belajar...........................................................
e. Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar..............................................
2.      Konsep Dasar Pengajaran Remedial.................................................
a. Pengertian Pembelajaran Remedial...................................................
b. Tujuan Pembelajaran Remedial.........................................................
c. Fungsi Pembelajaran Remedial.........................................................
d. Faktor Diadakannya Pembelajaran Remedial...................................
e. Prinsip Pembelajaran Remedial.........................................................
f. Bentuk Kegiatan Remedial.................................................................
g. Pelaksanaa Remedial.........................................................................
h. Waktu Pelaksanaa Pembelajaran Remedial......................................
BAB III PENUTUP
       A.    Kesimpulan..................................................................................................
       B.     Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN 
A.           Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam proses belajar mengajar tersebut yang menjadi objeknya adalah siswa atau peserta didik yang memiliki kepribadian yang berbeda, begitupun dengan kesulitan belajar yang mereka alami dalam proses pembelajaran pasti berbeda. Kesulitan belajar merupakan permasalahan yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.
Proses belajar mengajar dalam sebuah pendidikan bertujuan untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan siswanya sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut agar tercapainya tujuan pendidikan nasional. Terlepas dari itu semua, untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan tersebut maka diperlukan suatu sistem bimbingan belajar untuk mengatasi setiap permasalahan yang menjadi sebuah kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran tersebut, dan untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa tersebut yaitu dengan mendiagnostik kesulitan yang dialami siswa serta melaksanakan remedial teaching kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Maka dari itu, dalam makalah ini dibahas mengenai Bimbingan belajar (konsep dasar diagnostik kesulitan belajar, dan konsep dasar pengajaran remedial) akan memudahkan pendidik untuk mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik.

B.            Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bimbingan belajar?
2. Bagaimana konsep dasar diagnostik kesulitan belajar?
3. Bagaimana konsep dasar pengajaran remedial?
C.           Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai bimbingan belajar.
2. Untuk mengetahui konsep dasar diagnostik kesulitan belajar.
3. Untuk mengetahui konsep dasar pengajaran remedial.

BAB II
                                   PEMBAHASAN                                  

A.  Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.
1. Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
a. Pengertian Diagnostik dan Kesulitan Belajar
1). Pengertian Diagnosis
Diagnosis adalah proses yang kompleks dalam suatu usaha untuk menarik kesimpulan dari hasil-hasil pemeriksaan gejala-gejala, perkiraan penyebab, pengamatan dan penyesuaian dengan kategori secara baik. dalam Pengetahuan umum, diagnosis mengacu pada usaha untuk mengidentifikasi fenomena awal ketidaknormalan dan mengklasifikasikan individu menurut karakteristiknya. Diagnosis dalam pendidikan merupakan konsep yang luas, meliputi identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa. Identifikasi kekuatan pada suatu konsep berguna untuk diberikan atau melanjutkan ke konsep berikutnya, sedangkan identifikasi kelemahan pada suatu konsep berguna untuk diberikan pengajaran remedi. Setelah pengajaran remedy diberikan dan siswa dapat meningkatkan kepahamannya, maka siswa tersebut dapat diberikan pengajaran untuk melanjutkan ke konsep berikutnya. Diagnosis juga berguna bagi guru dalam menentukan proses belajar mengajar yang telah berhasil memenuhi ketentuan yang ada dalam kurikulum atau proses belajar mengajar yang belum berhasil sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kurikulum. Dengan demikian Diagnosis adalah usaha untuk mempelajari keadaan seseorang individu atau kelompok agar dapat

diklasifikasikan ke dalam kelompok tertentu, menguasai atau tidak menguasai suatu materi konsep mata pelajaran yang diberikan. Diagnosis adalah penilaian kemajuan belajar siswa yang dihubungkan dengan tujuan pembelajaran dan dilakukan sebelum tes sumatif untuk pengukuran pencapaian tujuan tersebut, untuk mencapai pengukuran dengan pencapaian tujuan yang dituju, diperlukan suatu instrument untuk mengukur permasalahan yang terjadi yaitu melalui tes dignostik. Tes diagnostik merupakan instrument untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu. Misalnya untuk mata pelajaran berhitung / matematika apakah dijumpai kesalahan-kesalahan dalam penerapan tata bahasa dan pemakaian ejaan. Melalui tes diagnostik dapat diketahui kekuatan dan kelemahan siswa. Makin sedikit siswa membuat kesalahan pada tes diagnostik, makin kuatlah siswa pada materi pelajaran yang bersangkutan dan sebaliknya, siswa-siswa yang ternyata sudah cukup kuat dalam mata pelajaran yang dimaksud dianjurkan untuk terus memupuk kekuatan mereka, sedangkan siswa yang masih mengalami banyak kesalahan berarti memerlukan bantuan khusus.
2).  Pengertian Kesulitan Belajar
Kesuliatn belajar adalah rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut. Kesulitan belajar secara informal dapat dikenali dari keterlambatan dalam perkembangan kemampuan seorang anak. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar. Djamarah (2002:202) menyatakan bahwa kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok :  1). Kesulitan belajar yang terkait dengan perkembangan 2). Kesulitan belajar akademik. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mental mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi dan kesulitan belajar dalam menyesuaikan perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik ditunjukan adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan menghitung.

b. Jenis dan Ciri-ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Pengetahuan tentang ciri-ciri siswa lamban belajar dan berprestasi rendah sangat penting dikuasai guru. Pengetahuan itu memberi dasar keterampilan dalam menangani siswa yang sedang menghadapi kesulitan belajar disekolah. Siswa lamban belajar dan berprestasi rendah adalah siswa yang kurang mampu menguasai pengetahuan dalam batas waktu yang telah ditentukan karena ada faktor  tertentu yang mempengaruhinya. Faktor itu antara lain disebabkan lemahnya kemampuan siswa menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar tertentu pada sebagian materi pelajaran yang harus dikuasai sebelumnya. Pengetahuan dan keterampilan dasar itu pada umumnya berkisar pada pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Akibat kelemahan itu, siswa akan selalu menghadapi kesulitan mempelajari pengetahuan lainnya, sehingga prestasi yang diperolehnya menjadi rendah bahkan gagal meraih sukses di sekolah, jika tidak ada usaha untuk memperbaikinya. Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah. Rincian analisisnya mencakup hal-hal sebagai berikut: fisik, perkembangan mental, sosial, perkembangan kepribadian, proses-proses belajar yang dilakukannya. Ketidaksanggupan siswa lamban belajar dalam menguasai pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilakunya menjadi tidak cocok dengan lingkungan sekelilingnya sehingga mengundang masalah orang-orang di sekitarnya. Ketidaksanggupan belajar disebabkan kerusakan-kerusakan tertentu pada diri seseorang yang membuat seseorang itu lamban belajar. Jenis-jenis kesulitan belajar :
1)   Disleksia
Disleksia adalah kombinasi dari kemampuan dan kesulitan, kesulitan mempengaruhi proses belajar dalam aspek bahasa dan berhitung. Ditandai dari kelemahan yang terus-menerus dapat diidentifikasi dalam memori jangka pendek, kecepatan pemrosesan, urutan keterampilan, pendengaran dan persepsi visual, bahasa lisan, dan keterampilan motorik, termasuk masalah membaca, menulis, ejaan, berbicara. Kemampuan berupa kemampuan visuo-spasial yang baik, berpikir kreatif dan pemahaman intuitif.
2)   Dyspraxia (Gangguan Integrasi Sensory)
Siswa dengan dyspraxia dipengaruhi oleh penurunan nilai dan sering canggung. Keterampilan motorik halus (berkaitan dengan keseimbangan dan koordinasi) dan keterampilan motorik halus (yang berkaitan  dengan  manipulasi  objek)  sulit  untuk  belajar  dan  sulit untuk mempertahankan belajar. Pengucapan juga terpengaruh dan orang-orang dengan dyspraxia sensitif terhadap suara, cahaya, dan sentuhan. Masalah dengan koordinasi tangan-mata, keseimbangan, dan ketangkasan manual.
3)   Dyscalculia
Dyscalculia adalah kesulitan belajar yang melibatkan aspek paling dasar dari keterampilan aritmatika. Kesulitannya terletak pada pemahaman, penerimaan, atau produksi informasi kuantitatif dan spasial.  Siswa  dengan  dyscalculia  mungkin  mengalami  kesulitan dalam memahami konsep angka sederhana, kurangnya pemahaman intuitif sebuah angka dan memiliki masalah belajar dalam penjumlahan dan prosedur. Ini dapat berhubungan dengan konsep- konsep dasar seperti mengatakan waktu, menghitung harga, dan mengukur hal-hal seperti suhu dan kecepatan. 
Jenis Dyscalculia menurut Kosc (1974) ada enam, yaitu:
a)    Verbal   dyscalculia,  yaitu   kesulitan   menggunakan   konsep matematika dalam bahasa lisan. Kosc mencatat dua aspek jenis dyscalculia ini: (1) kesulitan mengidentifikasi pengucapan angka (meskipun individu dapat membaca angka), dan (2) kesulitan mengingat nama suatu besaran (walaupun mereka bisa membaca dan menulis nomor).
b)   Practognostic dyscalculia,  yaitu kesulitan memanipulasi  atau pencacahan kuantitas. Kesulitan di sini melibatkan mengkonversi aritmatika atau prosedur sehubungan dengan jumlah.
c)    Lexical dyscalculia, yaitu kesulitan membaca simbol matematika seperti angka. Siswa dengan kesulitan ini dapat berbicara tentang ide-ide matematika dan memahami diskusi lisan mereka namun mengalami kesulitan membaca simbol dan nomor kalimat.
d)   Grafis dyscalculia,yaitu  kesulitan  menulis  simbol  matematika. Siswa dapat memahami ide-ide matematika secara diskusi lisan dan   dapat   membaca   informasi   numerik   tetapi   mengalami kesulitan menulis pemahaman simbolisme matematika.
e)    Ideognostic dyscalculia, yaitu kesulitan untuk memahami ide-ide yang berhubungan dengan matematika.
f)    Operasional   dyscalculia,   yaitu   kesulitan   melakukan   operasi matematika.
4)        Dysgraphia
Dysgraphia merupakan kesulitan dengan menulis. Masalah dengan tulisan tangan, ejaan, mengorganisasi ide-ide.
5)        Auditory Processing Disorder
Auditory Processing Disorder merupakan kesulitan mendengar perbedaan  antara  suara.  Masalah  dengan  membaca,  dan pemahaman bahasa.

6)        Visual Processing Disorder
Visual Processing Disorder merupakan kesulitan menafsirkan informasi  visual.  Masalah  dengan  membaca,  matematika,  peta, grafik, simbol, dan gambar.
7)        Attention Deficit Disorder (ADD)
Attention Deficit Disorder (ADD) ada dengan atau tanpa hiperaktivitas.  Gangguan  ini  terjadi  pada  orang  yang  sering  pergi tugas, mengalami kesulitan tertentu dimulai dan beralih tugas bersama-sama dengan rentang perhatian yang sangat pendek dan tingkat tinggi. Mereka gagal menggunakan umpan balik yang yang mereka terima dengan efektif dan mereka memiliki kemampuan mendengarkan yang lemah. Mereka yang hiperaktif dapat bertindak impulsif dan tak menentu, mengalami kesulitan meramalkan hasil, gagal untuk merencanakan ke depan dan menjadi gelisah. Mereka yang tidak memiliki sifat hiperaktif cenderung melamun berlebihan, kehilangan  jejak  dari  apa  yang  mereka  lakukan  dan  gagal  untuk terlibat dalam belajar mereka kecuali mereka sangat termotivasi. Perilaku orang dengan AD (H) D dapat tidak tepat dan tak terduga, sehingga menjadi penghalang untuk belajar lebih lanjut.
c. Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar
1). Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik itu sendiri, baik fisik maupun mental. Faktor internal meliputi :
a). Faktor fisiologis/fisik
Faktor-faktor fisik/jasmaniyah siswa yang dapat mempengaruhi proses belajarnya meliputi faktor kesehatan (memilki penyakit) dan bawaan (buta warna, kidal dan cacat tubuh). Siswa yang kondisi fisik yang kurang mendukung seperti kondisi penglihatan yang kurang maka akan berdampak pada kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar sehingga informasi yang didapat dalam pembelajaran terlewat begitu saja tanpa ditangkap dengan baik dan akibatnya siswa tidak dapat memahami konsep yang diajarkan.
b). Faktor Psikologis
1). Intelegensi
Intelegensi berasal dari kata intelligere berarti mengorganisasikan, menghubungkan, atau menyatukan satu dengan yang lain.13 Intelegensi adalah salah satu factor penting yang ikut menentukan berhasil tidaknya pesrta didik
2). Motivasi
Motivasi adalah keinginan atau dorongan untuk belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai proses belajarnya. Proses pembelajaran dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan potensi-potensi jasmani atau rohaninya matang.
3). Minat
Minat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa eserta didik lebih menyukai sesuatu kemudian dimanifestasikan mlalui partisipasi dalam suatuaktivitas.
4). Situasi pribadi (emosi)
Prilaku siswa yang mengalami gangguan emosional ditandai dengan hal (1) siswa menolak untuk belajar dan hanya ingin melakukan yang dia senangi, (2) siswa menjadi nakal, agresif, dan menyerang siswa lain secara terbuka, (3) siswa berprestasi negatif terhadap kegiatan belajar, (4) siswa memindahkan kekerasan dari rumah ke sekolah  apabila ia menjadi korban kekerasan orang tuanya ataupun saudaranya, dan (5) siswa menolak perintah belajar atau tekanan lain dari orang tua.
2). Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri seseorang yang berasal dari lingkungan mereka. Menurut Sumadi Suryabrata (dalam Rochman, 2017, hlm 8), faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa meliputi faktor-faktor non-sosial dan faktor-faktor sosial, yaitu:
a). Faktor nonsosial
Faktor-faktor tersebut meliputi segala sesuatu yang ada di sekeliling siswa selain faktor-faktor sosial. faktor-faktor tersebut antara lain cuaca, suhu udara, waktu belajar, tempat pembelajaran, peralatan dalam belajar.
b). Faktor sosial
1). Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Faktor lingkungan keluarga sangat memengaruhi proses belajar siswa diantaranya sikap orang tua, pola asuh orang tua, cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, pengertian dari orang tua, kebudayaan orang tua, keadaan ekonomi keluarga,
2) Sekolah
Dalam lingkungan sekolah terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi balajar peserta didik diantaranya, pemilihan metode mengajar yang tepat, kurikulum, hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik, alat pendidikan, kondisi gedung dan lain sebagainya yang ikut mempengaruhi proses belajar peserta didik
3) Masyarakat
Faktor-faktor dari lingkungan masyarakat yang dapat memengaruhi proses belajar siswa antara lain jenis kegiatan yang diikuti siswa di masyarakat, teman bergaul siswa, media massa yang dikonsumsi siswa, bentuk kehidupan masyarakat sekitar siswa, dsb.
d. Diagnostik Kesulitaan Belajar
Diagnosis adalah proses yang kompleks dalam suatu usaha untuk menarik kesimpulan dari hasil-hasil pemeriksaan gejala-gejala, perkiraan penyebab, pengamatan dan penyesuaian dengan kategori secara baik (Suwarto, 2013, hlm 90). Diagnosis dalam pendidikan merupakan konsep yang luas, meliputi identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa. Identifikasi kekuatan berguna untuk diberikan pengayaan, atau melanjutkan ke konsepp selanjutnya, sedangkanidentifikasi kelemahan berguna untuk diberikan pengajaran remidi.
Diagnosis juga berguna bagi guru dalam menentukan proses belajar mengajar yng telah berhasil memenuhi ketentuan yang ada di dalam kurikulum atau proses belajar mengajar yang belumberhasil sesuai  dengan ketentuan yang ada dalam kurikulum. Menurut Haris (dalam Suwarto, 2013, hlm 91) yang penting dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan letak kesuliatan dan jenis kesulitan yang dhadapi siswa agar pengajaran perbaikannya (learning corective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif.
Menurut Syah (dalam Suwarto, 2013, hlm 92) diagnostik kesulitan belajar adalah langkah-langkah dalam upaya penetuan secara ilmiah jenis-jenis gangguan yang menyebabkan siswa gagal mencapai tujuan yang dipersyaratkan dalam proses pembelajaran, ditinjau dari tujuan pendidikan, kedudukan kelompok, perbandingan antara potensi dengan prestasi, dan kepribadiannya, agar perbaikannya dapat dilakukan secara efektif. Sedangkan Entang (dalam Suwarto, 2013, hlm 92) mengemukakan gejala untuk mengetahui keseulitan belajar pada siswa melalui pretasi belajar yang rendah, tidak bergairah mengikuti pelajaran, dan kurang motivasi dalam mengerjakan tugas.

e. Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar
Menurut Rusmana (2010, hlm 5) “Dalam melakukan diagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa ada tiga langkah umum yang harus ditempuh oleh seorang guru, yaitu : 1). Diagnosa 2). Prognosa 3). Treatment”
Berikut Penjelasannya:
1). Diagnosa
Diagnosa adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh guru untuk memahami secara mendalam tentang hubungan antara kasus, masalah, dan faktor penyebab sebagai rangkaian kegiatan dalam rangka memahami fenomena masalah siswa.
Diagnosa dapat dilakukan melalui proses identifikasi kasus, identifikasi masalah dan dan identifikasi faktor penyebab.
a). Identifikasi Kasus
Upaya Sistematis yang dilakukan oleh guru untuk menentukan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Penentuan siswa yang mengalami kesulitan bisa dilakukan melalui pemahaman kondisi sosial pribadi siswa dan prestasi belajarnya.
b). Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah upaya sistematis untuk memahami secara mendalam tentang hakikat dan esensi masalah yang dihadapi  siswa. Identifikasi masalah dapat dilakukan oleh guru dengan mengkaji secara mendalam tentang jenis dan hakikat masalah yang menjadi faktor penyebab kesulitan belajar siswa. Identifikasi tentang jenis dan hakikat masalah bisa dilakukan melalui pemahaman kisi - kisi soal pada setiap mata pelajaran.
c). Identifikasi Faktor Penyebab
Identifikasi faktor penyebab adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh guru untuk memahami hubungan antara kasus, masalah, dan faktor -faktor penyebab munculnya masalah. Identifikasi faktor penyebab dapat dilakukan dengan memahami secara mendalam tentang kondisi objektif siswa baik yang menyangkut faktor dalam dan faktor luar siswa. Faktor dalam siswa bisa dipahami melalui pengenalan terhadap kecerdasan, bakat, minat, sikap, aspirasi, kebiasaan, kepribadian, dll. Faktor luar siswa bisa dipahami melalui pengenalan terhadap kondisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan siswa baik secara khusus maupun umum.
2). Prognosa
Prognosa adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh guru untuk mengidentifikasi berbagai alternatif bantuan yang dapat diberikan kepada siswa dalam rangka membantu kesulitan belajar siswa. Prognosa dapat dilakukan oleh guru dengan mempertimbangkan kesiapan sarana dan prasarana yang tersedia dan dapat dilaksanakan.
3). Treatment
Treatment adalah upaya bantuan yang dipilih sebagai alternatif untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Treatment yang dipilih didasarkan atas karakteristik utama kesulitan belajar siswa. Treatment bisa bersifat langsung dan tidak langsung. Treatmen langsung bisa berupa pengayaan, pemantapan, remedi, dan peningkatan. Treatment tidak langsung bisa berupa konseling dan psikoterapi oleh ahlinya melalui proses referal.

2. Konsep Dasar Pengajaran Remedial

a. Pengertian Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan pembelajaran remedial. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22,23,24 Tahun 2006 dan Permendiknas No.6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasi peserta didik. Jika seorang peserta didik telah menguasai standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) maka peserta didik tersebut dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Apabila ada peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan maka tindakan yang harus dilakukan oleh pendidik adalah pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan demikian pembelajaran remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pembelajaran.

b. Tujuan Pembelajaran Remedial
Tujuan pembelajaran remedial adalah agar siswa dapat:
1)        Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi dan kesulitannya.
2)        Mengubah dan memperbaiki cara belajar yang lebih baik sesuai dengan jenis kesulitannya.
3)        Mengatasi hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya.
4)        Mengembangkan sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang baik.

c. Fungsi Pembelajaran Remedial
Adapun fungsi pengajaran remedial adalah:
1)   Fungsi korektif yakni mengadakan perbaikan atau pembetulan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
2)   Fungsi penyesuaian yakni membuat siswa mampu memahami diri dalam kemampuan dan keterampilannya.
3)   Fungsi percepatan yakni perbaikan diharapkan akan dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran.

d. Faktor Diadakannya Pembelajaran Remedial
Kegagalan mencapai hasil belajar mungkin disebabkan beberapa faktor, maka dilakukan pembelajaran remedial, faktor tersebut yaitu:

1). Faktor internal
a). Kesehatan
Kondisi fisik siswa secara umum dapat mempengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Kurang sehatnya fisik seorang siswa dapat menyebabkan stamina cepat menurun, cepat lelah sehingga usaha menguasai materi pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. Fisik siswa yang kurang sehat dapat dimungkinkan karena beberapa penyebab seperti gizi buruk, kurang istirahat, terlalu tegang dan stres dan bekerja terlalu keras. Kesehatan yang buruk dapat berpengaruh pada tingginya ketidakhadiran siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dapat menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar.
b). Problem penyesuaian diri
Sebagai contoh, siswa yang memiliki gangguan emosi, pada awalnya menghambur-hamburkan energi mereka sebelum digunakan untuk kegiatan belajar. Biehler (1971) menunjukakan bahwa siswa yang memiliki permasalahan belajar biasanya ditandai dengan beberapa indikator a) kesiapan belajar yang buruk, b) kesulitan menghadapi tes, c) kemampuan bahasa yang buruk, d)penguasaan materi belajar yang lambat, dan e) kurang perhatian dalam mengikuti kegiatan sekolah.
Perilaku siswa yang mengalami gangguan emosional ditandai dengan hal-hal berikut:
1.        Siswa menolak untuk belajar dan hanya ingin melihat atau melakukan yang ia senangi, misalnya melihat acara televisi, dan bermain dengan temannya.
2.        Siswa menjadi nakal, agresif dan menyerang siswa lain secara terbuka
3.        Menolak perintah dari orang tua untuk belajar dengan baik.
2). Faktor eksternal
a)        Lingkungan
Masalah lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga dan lingkungannya, misalnya kondisi orang tua yang tidak harmonis. Penolakan terhadap diri siswa pun dapat menjadi masalah kesulitan belajar.
b)        Cara guru mengajar yang tidak baik
Cara guru mengajar yang tidak baik dikategorikan faktor eksternal  karena dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal tersebut tidak terjadi maka guru harus melakukan perbaikan secara berkala baik dalam penguasaan metode mengajar maupun dalam penguasaan materi yang hendak diberikan.
c)        Orang tua
Orang tua yang tidak mau menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai atau mereka yang tidak mau mengawasi anaknya dalam belajar dapat menyebabkan kesulitan belajar pada anak. Dengan adanya pengawasan, minimal mereka bisa mengetahui ketika anak mempunyai kesulitan belajar. Orang tua yang peduli terhadap pengawasan belajar anak di rumah dapat membantu mengatasi kesulitan belajarnya.
d)        Masyarakat sekitar
Siswa akan merasa berhasil atau bermanfaat, jika ia dapat merasakan manfaat yang nyata dari hasil belajar di sekolah dengan keadaan di masyarakat.

e. Prinsip Pembelajaran Remedial
1)             Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
2)             Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.
3)             Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4)             Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5)             Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

f.  Bentuk Kegiatan Remedial
Suatu pembelajaran remedial dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, diantaranya:
1)   Memberikan tambahan penjelasan atau memberikan contoh.
Terkadang beberapa peserta didik tidak memahami penjelasan dari seorang pendidik, karena kurangnya contoh. Karena ketika diadakannya contoh dapat mudah memahami materi pembelajaran.
2)   Menggunakan strategi yang berbeda dengan sebelumya.
Beberapa pendidik terkadang memakai cara yang sama, namun dengan menggunakan strategi alternatif dapat membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran.
3)   Menkaji ulang pembelajaran yang lalu.
Menkaji ulang pembelajaran yang telahdipelajari maksudnya adalah suatu strategi yang dapat membuat peserta didik memahami materi, karena dengan mengulanginya, maka peserta didik dapat menangkap pesan pembelajaran.
4)   Menggunakan berbagai jenis media.
Dengan menggunakan berbagai jenis media, maka dapat menarik perhatian peserta didik, karena ketika peserta didik dapat tertarik dengan materi maka dapat mempermudah peserta didik dalam memahami suatu materi.  Terkadang kebanyakan dari  peserta didik, sulit dalam berkonsentrasi maka pendidik harus membuat cara agar peserta didik konsentrasi.

g. Pelaksanaa Remedial
Pembelajaran remedial merupakan suatu cara pemberian bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka dari itu langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.
Mendiagnosis kesulitan belajar, dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Karena kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu ringan, biasanya terdapat pada siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran karena dapat terpengaruh oleh faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan dan lain sebagainya. Dan yang kedua yaitu berat, dimana bisa dilihat dari kondisi siswa seperti ketunaan(tunarungu, tunanetra,tunadaksa, dan lain sebagainya). Teknis yang dapat mendiagnosis kesulitan belajar pada anak yaitu : tes prasyarat, tes diagnostik, wawancara, pengamatan dan lain sebagainya.

h. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Terdapat beberapa alternatif yang berkenaan dengan waktu untuk pembelajaran remedial. Terkadang siswa akan menanyakan waktu untuk perbaikan. Apakah pembelajaran remedial dilakukan setelah ulangan harian atau mingguan ataupun tengah semester? Ternyata suatu pembelajaran remedial dilakukan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu. Dikarenakan dalam setiap SK terdapat beberapa KD maka akan sulit untuk pendidik dalam melaksanakan pembelajaran ini. Mengingat indikator keberhasilan siswa merupakan tingkat ketuntasan dalam mencapai SK, maka pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik menempuh tes SK  yang terdiri dari beberapa KD, maka ketika siswa belum mencapai penguasaan SK tertentu, harus mengikuti pembelajaran remedial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Dalam bimbingan belajar salah satunya terdapat diagnostik kesulitan belajar dan pengajaran remedial.  Diagnostik kesulitan belajar adalah suatu proses dalam upaya memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan kesulitan belajar dengan menghimpun berbagai informasi guna mencari alternatif kemungkinan pemecahannya. Ada beberapa jenis kesulitan belajar diantaranya disleksia, dyspraxia, dyscalculia, dysgraphia, auditory processing disorder, visual prosesing disorder, dan attention deficit disorder yang memiliki ciri pada setiap jenisnya. Ada beberapa faktor yang memepengaruhi kesukitan belajar yakni meliputi faktor internal dan eksternal. Sedangkan prosedur dalam mendiagnosis kesulitan belajar yaitu dengan melalui tahap diagnosa, prognosa dan treatment.
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Fungsi dari pembelajaran remedial yakni terdapat fungsikorektif, penyesuaian, dan percepatan. Prinsip pembelajaran remedial meliputi adaptif, interaktif, fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian, pemberian umpan balik sesegera mungkin, kesinambungan dan ketersediaan dalam pemberian pelayanan. Teknis yang dapat mendiagnosis kesulitan belajar pada anak yaitu tes prasyarat, tes diagnostik, wawancara, pengamatan dan lain sebagainya. Adapun suatu pembelajaran remedial dilakukan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu.

B. Saran
       Guru merupakan seorang contoh teladan bagi murid-muridnya, guru merupakan orangtua bagi murid-muridnya disekolah. Maka dari itu, guru harus bisa mengayomi, merangkul dan membimbing anak dan itu merupakan suatu kewajiban bagi semua guru, terkhusus guru bimbingan konseling harus lebih paham betul karakter, latar belakang keluarga anak guna menyelesaikan masalah didiri seorang anak. Guru SD berperan rangkap sebagai guru kelas dan guru bk maka dari itu, guru SD seharusnya lebih mengetahui seluk beluk anak guna mencapai keselarasan dalam menghadapi masalah didiri seorang anak, dalam menghadapi masalahnya pun, harus bisa lebih fleksibel tidak terlalu mengekang atau menyalahkan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Sukardi, H. M. (2011). Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta
Timur: PT Bumi Aksara.
Suwarto. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prayitno & Amti, E. (2009). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Alang, S. (2015). Jurnal Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Jurnal: Urgensi
Diagnosis dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. 2, (1), 1-14. di:  
Nafs/article/view/2557/0. (30 April 2018).
Rusmana, N. (2010). Diagnostik dan Pembelajaran Remedial. [Online]. Tersedia:  
Martadlo, A. (2013). Jurnal: Kesulitan Belajar (Learning Difficult) dalam
 Pembelajaran Matematika. 4, 38-45. di: https://e-journal.iainjambi.ac.id/
Rochman. (2017). Bab II Kajian Pustaka. [Online]. Tersedia:
=2ahUKEwjkkeT1pdjaAhXGqo8KHZUDDeIQFjABegQICRAB&
usg=AOvVaw1zufJH8i1CFZqAe1hC4e6T. (30 April 2018)

Laras, A. (2015). Konsep Dasar Diagnostik dan Kesulitan Belajar. [Online].
diagnostik-kesulitan.html. (30 April 2018)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN