PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

FILSAFAT PENDIDIKAN MATERIALISME


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Filsafat mempunyai dua cabang yaitu filsafat umum dan khusus. Filsafat pendidikan merupakan cabang khusus dari filsafat. Filsafat pendidikan mempunyai beraneka ragam aliran. Beberapa aliran dipelopori oleh para ahli pendidikan, yang didasarkan cara pandang, pemahaman dan perenungan yang berbeda sesuai kondisi zaman saat itu. Semua aliran filsafat pendidikan mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Salah satu aliran filsafat pendidikan adalah aliran materialisme. Aliran filsafat materialisme memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi. Materialisme berpandangan bahwa hakikat reslisme adalah adalah materi, bukan rohani, bukan spiritual atau super natural. Dalam pandangan materialisme, pada dasarnya manusia hanyalah sesuatu yang material, yang benar-benar materi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, materi dapat dipahami sebagai bahan, benda, segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk  kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa Indonesia. Jika ada kata benda berhubungan dengan kata isme maka artinya adalah paham atau aliran.
Dengan demikian, manusia sebagai makhluk alamiah harus dibedakan dengan benda-benda seperti pohon, kayu, batu, sebab manusia adalah makhluk yang bermasyarakat, makhluk yang dilibatkan kedalam proses produksi,dilibatkan kedalam hubungan kerja dan hubungan milik.

1.2    Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa definisi dari filsafat pendidikan materialisme?
2.    Apa yang melatarbelakangi pemikiran materialisme?
3.    Siapa saja tokoh aliran materialisme?
4.    Bagaimana karakteristik dari aliran materialisme?
5.    Bagaimana implikasi dan implementasi aliran materialisme dalam pendidikan?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah:
1.      Menjelaskan definisi filsafat pendidikan materialisme
2.      Memaparkan tentang hal yang melatarbelakangi pemikiran materialisme
3.      Mendeskripsikan tokoh dari aliran materialisme
4.      Menjelaskan karakteristik aliran matrialisme
5.      Memaparkan implikasi serta implementasi aliran materialisme dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.     Definisi Filsafat Materialisme
Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berdiri sendiri dan bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal dan kesadaran termasuk didalamnya.

2.2.     Latar Belakang Pemikiran Materialisme
Materiaisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan spiritual, atau supernatural. Demokritos (460-360 SM) merupakan pelopor pandangan materialisme klasik, yang disebut juga “atomisme”. Demokritos beserta para pengikutnya beranggapan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian keci yang tidak dapat dibagi-bagi (yang disebut atom-atom). Atom-atom merupakan bagian dari yang begitu kecil sehingga mata kita tidak dapat melihatnya. Atom-atom itu bergerak, sehingga dengan demikian membentuk realitas pada pancaindera kita.
Dalam pemikiran materialisme pula beranggapan bahwasannya hal ini berkaitan atau berhubungan dengan semua yang bersifat material (ada), dengan begitu semua pemikiran materialisme haruslah berlandaskan pemikiran materialis, yakni mereka percaya terhadap hukum-hukum materi, seperti berikut :
·         Hukum 1: “Materi itu ada, nyata, dan konkret”.
                 Materi itu ada di dalam kehidupan kita, kita bisa mengenal memahaminya melalui panca indra kita.
·         Hukum II: “Materi itu terdiri dari materi-materi yang lebih kecil dan saling berhubungan”.
·         Hukum III: “Materi selalu berubah dan akan selalu berubah”.
2.3.   Tokoh-Tokoh Filsafat Materialisme
Terdapat beberapa tokoh yang menganut airan materialisme, diantaranya:
a.    Demokritos  (460-360 SM)
Demokritos merupakan pelopor pandangan materialisme klasik, yang disebut juga “atomisme”
b.    Julien de Lamettrie (1709-1751)
Mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya, badan tanpa jiwa mungkin dapat hidup, sedangkan jiwa tanpa badan tidak mungkin ada.
c.    Ludwig Feuerbach (1804-1972)
Ludwig Feuerbach mencanangkan suatu metafisika, suatu etika yang humanistis, dan suatu epistemologi yang menjunjung tiggi pengenalan inderawi. Oleh karena itu, ia ingin mengganti idealisme Heggel (gurunya) dengan materialisme.
d.    Karl Marx (1818-1883)
Nama lengkap Karl Heinrich Marx, dilahirkan di Tgrier, Prusia, jerman. Sewaktu menjadi mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar dokter dalam bidang filsafat. Pemikiran Karl Marx disebut pula dialektik materialisme dan historis materialisme. Di dalam berpikir Karl Marx menggunakan dialektika dari Hegel, oleh sebab itu disebut historis materialisme. Demikian pula disebut historis materialisme karena berdasarkan kepada perkembangan masyarakat atau sejarah atas materinya. 
2.4.       Karakteristik Filsafat Materialisme
Karakteristik umum materialisme pada abad delapan belas berdasarkan pada suatu asumsi bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami perubahan gerak dalam ruang (Randall, et al, 1942). Asumsi tersebut menunjukan bahwa:
1      Semua sains seperti biologi, kimia, fisika, sosiologi, ekonomi dan lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara klausal (sebab akibat). Jadi, semua sains merupakan cabang dari sains mekanika.
2      Apa yang dikatakan jiwa (mind) dan segala kegiatannya (berpikir, memahami) merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau organ-organ jasmani yang lainnya
3      Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita makna dan tujuan hidup, keindahan dan kesenangan, serta kebebasan hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan. Jadi, semua fenomena baik sosial maupun psikologis, merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari realitas fisik. Hubungannya dapat berubah secara kausal.
Cabang materialisme yang banyak diperhatikan orang dewasa ini, dijadikan sebagai landasan berpikir adalah “Positivisme”. Menurut positivisme, kalau sesuatu itu memang ada, maka adanya itu adalah jumlahnya. Jumlah itu dapat diukur. Oleh karena itu, segala yang ada dapat diamati dan diukur. Sebaliknya, segala yang tidak dapat diamati dan atau diukur secara ilmiah berarti tidak dapat dijadikan secara positif.
Menurut Comte, terdapat tiga perkembangan berpikir yang dialami manusia yaitu:
1.    Tingkatan Teologis, pada tingkatan teologis, pola berpikir manusia dikuasai oleh tahayyul dan prasangka. Kepercayaan atas kekuatan gaib diluar manusia sangat mendasari cara berpikir abstrak.
2.    Tingkatan Metafisika, Pola berpikir manusia telah meninggalkan teologis, namun masih berpikir abstrak, masih mempersoalkan haikat yang gaib juga.
3.    Tingkatan Positif, tingkatan berpikir berdasarkan pada sains, dimana pandangan dogmatis dan spekulatif metafisika diganti oleh pengetahuan faktual.
   Selain apa yang telah dipaparkan di atas, hal yang mencolok dari pemikiran materialisme adalah mereka beranggapan bahwasannya segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi, mereka tidak meyakini adanya alam ghaib, menjadikan panca indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu, memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum sehingga sering kali paham materialisme ini berdampak terhadap seseorang memilki jiwa atheism, serta menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.
     2.5. Implementasi dan implikasi aliran materialisme dalam pendidikan
   Menurut Power (1982)  mengemukakan beberapa implikasi pendidikan  behaviorisme dan positivisme yang bersumber pada filsafat materialisme sebagai berikut :
a.       Tema
Manusia yang baik dan efesien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
b.      Tujuan pendidikan
Perubahan terhadap perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya unytuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
c.       Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
d.      Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionasi (SR Conditioning) , operan conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan berkompetensi.
e.       Kedudukan siswa
Tidak ada kebebasan, perilaku di tentukan oleh kekuatan dari luar, pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar.
f.        Peranan guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan, guru dapat mengukur kulaitas dan karakter hasil belajar siswa.
   Dengan pemaparan di atas, yang dimana materialisme yang dapat dikatakan pula dengan behaviorisme pun dengan positivisme mengemukakan bahwa perilaku manusia adalah hasil dari pembentukan melalui kondisi lingkungan sekitarnya. Hal-hal yang berkaitan tentang perubahan perilaku tersebut yakni berkaitan dengan panca-indera dimana dapat diamati dan diukur (materialism dan positivisme).  Implikasinya terhadap dunia pendidikan yakni dalam pendidikan sendiri pentingnya keterampilan serta pengetahuan akademis yang dapat dibuktikan sebagai hasil kajian, serta perilaku sosial sebagai hasil belajar.
   Akan tetapi tidak hanya itu, aliran materialisme dalam dunia pendidikan juga dapat berdampak negative karena pandangannya hanya menuju terhadap sesuatu yang materi meraka tak mempercayai tentang sesuatu yang berkaitan dengan spiritual dan ini bisa berdampak pada atheisme.

BAB III
PENUTUP 

   3.1  Kesimpulan
   Materialisme merupakan salah satu aliran dari ilmu filsafat yang dimana pandangannya bertolak kepada materi yang sudah ada sejak berabad lalu dan telah memengaruhi dunia pendidikan sendiri. Aliran ini diimplementasikan hanya sebagian kecil dalam dunia pendidikan dan belum menjadi suatu patokan dalam dunia pendidikan karena pengaruhnya kecil dalam dunia pendidikan tersebut. Aliran materialisme sendiri memiliki beberapa variannya akan tetapi dari semua varian tersebut masih dalam satu pemikiran atau paham yang sama yakni menuju pada paham materi. Teori lain yang mendasari aliran materialisme adalah naturalisme, empirisme, serta behaviourisme. Pada hakikatnya materialisme adalah semua yang bersifat materi bukan spiritual mauypun super natural.

   3.2  Saran
   Aliran materialisme dapat berkontribusi dalam dunia pendidikan, akan tetapi hendaknya kita tidak hanya menggunakan satu aliran atau paham filsafat bagi pendidikan hanya pada materialisme itu sendiri akan tetapi kita juga dapat menggunakan paham filsafat yang lainnya untuk di aplikasikan dalam lingkup pendidikan tersebut. Karena hakikatnya, semua aliran dalam filsafat memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, sehingga kita harus menggunakannya dengan bijak.


DAFTAR PUSTAKA

Sadulloh. U. (2014). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Destia. N. (2016). Pandangan dan Implikasi Materialisme Dalam Pendidikan. [online]. Tersedia:    http://novadst.blogspot.co.id/2016/12/pandangan-dan-implikasi-aliran_21.html
Citra. Diana. (2014). Materialisme Dalam Dunia Pendidikan. [online]. Tersedia: http://dianacitra123.blogspot.co.id/2014/12/implikasi-aliran-filsafat-materialisme.html
Isnaeni. Hazza. (2015). Aliran Filsafat Materialisme Untuk Pendidikan. [online]. Tersedia: http://hagustianii.blogspot.co.id/2015/01/aliran-filsafat-materialisme-untuk.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN