PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

LANDASAN PEDAGOGIS, ILMU DAN TEKNOLOGI

LANDASAN PEDAGOGIS, ILMU DAN TEKNOLOGI, SOSIAL-BUDAYA, SERTA BIDANG-BIDANG DALAM BIMBINGAN KONSELING


A.  Landasan Pedagogis
Kegiatan pendidikan saat ini meluas yang dilakukan di sekolah maupun diluar sekolah dengan menggunakan alat bantu yang di dukung oleh alat teknologi modern. Pendidikan bisa di tinjau melalui landasan bimbingan dan konseling dari tiga segi yaitu:
1.    Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu
Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan. Pendidikan dapat diartikans sebagai upaya membudidayakan manusia muda. Upaya pemberdayaan ini meliputi pada garis besarnya penyiapan manusia muda, menguasai alam lingkungannya, memehami dan melaksanakan nilai-nilai dan norma yang berlaku, melakukan peranan yang sesuai, menyelenggarakan kehidupan yang layak dan menuruskan kehidupan generasi orangtua mereka. Melalui proses pendidikan muda memperkembangkan diri dan sekaligus mempersiapkan diri dengan potensi yang ada pada diri merek dan prasarana dan sarana- sarana yang tersedia. Oleh karena itu program pendidikan harus di rancang dan di selenggaran dengan perhitungan yang matang, setiap kegiatan pendidikan sekecil apapun harus terkandung di dalamnya yaitu usaha sadar, penyiapan peserta didik, untuk peranannya yang akan datang dan dilakukan melului bentuk kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan. Maka tujuan bimbingan dan konseling pun tidak boleh menyimpangdari tujuan-tujuan tersebut. Tujuan tersebut pada prakteknya di sinkrontasikan dengan permasalahn yang dihadapi oleh kliyen pada saat pelayanan bimbingan dan konseling diberikan.
2.    Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling
      Ciri pokok ada dua yaitu :
a.    Peserta didik yang terlibat di dalamnya menjalani proses belajar.
b.    Kegiatan tersebut bersifat normatif.
     Apabila kedua ciri tersebut tidak ada, maka upaya yang dilakukan itu tidak dapat dikatan pendidikan. Barangkali ada kegiatan- kegiatan yang dinamakan “bimbingan”, “pengajaran”, dan atau “latihan” tetapi apabila didalamnya tidak terkandung unsur – unsur belajar dan norma-norma positif yang berlaku, maka kegiatan-kegiatan itu tidak dapat di golongkan dalam upaya pendidikan.
     Pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan bahwa bimbingan dan konseling adalah proses yang berorientasi pada
belajar untuk memahami lebih lebih jauh tentang diri sendiri;
belajar untuk mengembangkan dan menerapkan secara efektif berbagai pemahaman... (dalam Belkin,1975).Pelayana bimbingan dan konseling harus didasarkan pada norma-norma yang berlaku, bak isinya, tekniknya, maupun instrumentasi yang dipergunakannya. Pelayanan yang tidak normatif, bukanlah pelayana bimbingan dan koseling.
Sifat normatif merupakan kondisi inheren pada ilmu pendidikan. Demikian juga pada bimbingan dan konseling. Kesamaan kondisi inheren itulah yang merupakan salah satu pengikat sehingga keduanya merupakan disiplin ilmu yang amat terkait satu sama lain. Disamping itu penekanan pada proses belajar juga merupakan pengikat diantara keduannya.
3.    Pendidikan Lebih Lanjut Sebagai Inti Tujuan Bimbingan dan konseling.
Pendidikan merupakan upaya berkelanjutan. Apabila suatu kegiatan atau program pendiddikan selesai, individu tidak hanya berhenti disana ia maju terus dengan kegiatan program lainnya proses pendidikan yang berhasil setiap kali memperkaya perserta didik dan makin memantapkan pribadi peserta didik menuju manusia seutuhnya demikian pula dengan hasil bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan khusus (jangka pendek) dan tujuan umum (jangka panjang). Dengan ungkapan lain, Crow dan Crow (1990) menyatakan bahwa tujuan khusus yang segera hendak di capai (jangka pendek) dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah membantu individu memecahkan masalah-masalh yang dihadapinya, sedangkan tujuan akhir (jangka panjang) ialah bimbingan diri sendiri. Bimbingan diri sendiri itu dicapai hendaknya tidak melalui bimbiingan yang berkelanjutan, melainkan bimbingan-bimbingan yang telah diberikan terdahulu hendaknya dapat mengembangkan kemampuan klien untuk mengatasi masalhmasalnya sendiri dan memperkembangkan diri sendiri tanpa bantuan pelayanan bimbingan dan konselingb lagi.
Tujuan bimbingan dan konseling, disamping memperkuat tujuan-tujuan pendiddikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya.
Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematanagn pendidikan dan karier, kematangan personal dan emosianal serta kematangan sosial, semaunya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendiddikan menengah (Borders & Drury, 1992)


B.  Landasan Ilmu dan Teknologi
Pelayan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan provesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya maupun pengembangan-pengembangan pelayanan itu yaitu:
1.    Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Dan mempunyai objekkajiannya sendiri, metode penggalian pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya dan sistematika pemaparannya.
Objek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mengacu pada keempat fungsi pelayanan yang tersebut terdahulu (fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasa, dan pemeliharan atau pengembangan). Cara mengungkapkan pengetahuan tentang pengetahuan bimbingan dan konseling itu dapat dipergunakan berbagai cara atau metode seperti pengamatan, wawancara, alanisis dokumen (riwayat hidup, laporan pengembangan, himpunan data, dan lain-lainnya), prosedur tes dan inventory, analisi laboratoris. Sistematika pemaparannya melalui laporan hasil penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
2.    Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat referensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain, telah diuraikan betapa psikologi ilmu pendidikan filsafat memberikan sumbangan yang besar kepada bimbingan dan konseling. Sosiologi memberikan pemahaman tentang peranan individu yang berfungsi bagi masyarakat, keluarga, interaksi antar individu dalam kelompok; gabungan antara sosiologi dan ilmu ekonomi memberikan pemahaman tentang kondisi suatu sosial ekonomi individu; gabungan antara sosiologi, antropologi, dan kebudayaan memberikan pemahaman tentang latar belakang antropologi sosial budaya klien; ilmu ilmu kemasyarakatan dan lingkungan memberikan pemahaman tentang interaksi timbal balik antar individu dan lingkungan; ilmu hukum, agama, dan adat istiadat memberikan pemahaman tentang nilai dan norma yang di ikuti oleh individu dalam menjalani kehidupannya di masyarakat: ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman tektnik- teknik dan pengukuran dan evaluasi karakteristik individu: biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu.
Sedangkan salah satu ilmu dan perangkat teknologi yang berkembang amat cepat dewasa ini, yaitu komputer, secara langsung dimanfaatkan pula dalam pelayanan bimbingan dan konseling bidang yang banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan atau konselor pendidikan (gaushel,1984). Selain itu keuntungan aspek-aspek teknis yang dapat dipetik dari penggunaan komputer itu, menurut gaushel, ialah meningkatnya motifasi klien untuk mengikuti layananatau kegiatan konseling, serta keuntungan – keuntungan lainnya dalam kegiatan casting dan administrasi layanan bimbingan dan konseling.

3.    Pengembangan Bimbingan dan Konseling Melalui Penelitian
Bimbingan dan konseling, baik teori maupun prakteknya pelayanannya bersifat dinamis dan berkembang, seiring dengan berkembangnya ilmu-ilmu yang memberikan sumbangan dan seiring perkembangan budaya manusia pendukung pelayanan bimbingan dan konseling itu. Melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lengkap dan teruji didalam praktek ialah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasil=hasil penelitian di lapangan. Pengembangan praktek pelayanan bimbingan dan konseling, tidak boleh melalui penelitian, bahkan melalui penelitian yang bersifat eksperimen. Dengan demikian melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan dan ke efektifan atau ke efisienannya di lapangan.
Penelitian adalah jiwa dari perkembangan ilmu dan teknologi. Apabila pelayanan bimbingan dan konseling di inginkan untuk berkembang dan maju, maka penelitian tentang bimbingan dan konseling dalam berbagai bentuk penelitian dan aspek yang di teliti harus terus menerus di lakukan. Tanpa penelitian pertumbuhan pelayanan bimbingan dan konseling akan mandul dan steril.

C.   Landasan Sosial Budaya
Salah satu dimensi kemanusiaan adalah “dimensi kesosialan”. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hidup seorang diri.dimanapun dan bilamanapun manusia hidup senantiasa membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna menjamin keselamatan, perkembangan, maupun keturunan. Dalam kehidupan kelompok itu, manusia harus mengembangkan ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing individu sebagai anggota demi ketertiban pergaulan sosial mereka. Ketentuan itu biasanya berupa perangkat nilai, norma sosial, maupun pandangan hidup yang terpadu dalam sistem budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup para pendukungnya.


1.    Individu sebagai produk lingkungan sosial budaya
Seorang individu tidak hidup hidup sendiri. Setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya tetapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola- pola yang dapat di terima dalam budaya tersebut (McDaniel, 1956). Unsur- unsur budaya yang dibawakan oleh organisasi dan lembaga- lembaga mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan dan jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya, dan kelompok yang dimasukinya. Dengan segala tuntutan dan pengaruh dari lingkungan sosial budaya itu terjadilah hubungan timbal balik dan pengaruh dari lingkungan sosial budaya itu, individu menjadi milik lingkungan sosial budaya dan lingkungan sosial budaya tersebut menjadi milik individu tersebut.
Seluruh pengaruh unsur sosial budaya dalam tingkatannya membentuk unsur subjektif dalam diri individu. Unsur subjektif mengikuti berbagai konsep dan asosiasi, sikap, kepercayaan, penilaian, harapan dan keinginan, pendapat, persepsi tentang peranan, stereotip dan nilai. Individu yang berasal dari latar belakang sosial budaya yang sama cenderung memiliki unsur subjektif yang sama demikian juga sebaliknya. Apabila perbedaan itu tidak dijembatani, hal itu dapat menimbulkan pertentangan dan saling tidak menyukai yang akhirnya dapat menimbulkan terpecahnya kesepakatan. Sebaliknya perbedaan itu tidak di besar-besarkan, melainkan diberi hikmah keindahan warna- warninya, hal itu justru akan menjadi daya tarik untuk saling mendekat dan saling mendorong kedua pihak untuk lebih keras lagi menempa upaya kerja dianara keduanya.
2.    Bimbingan dan Konseling Antarbudaya
Ada lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komuniasi dan penyusuaian diri antarbudaya, yaitu sumber- sumber berkenaan dengan perbedaan bahasa, komunikasi nonverbal, stereotip, kecendrungan menilai dan kecemasan.
Pesan yang disampaikan melalui isyarat, tanda-tanda atau bahasa nonverbal lainnya tidak banyak menolong bahkan sering isyarat dan tanda yang sama dalam bahasa nonverbal memiliki arti yang berbeda bahkan bertentangan dalam budaya yang berbeda. Stereotip menyebabkan seseorang memandang sesuatu khususnya orang lain menurut kemampuan orang yang memandangnya itu berdasarkan anggapan yang sudah tertanam pada dirinya, dan orang tersebut biasanya tidak mau menerima kenyataan yang berbeda dari anggapannya itu. Penilaian terhadap orang lain memang sering dilakukan oleh individu yang berkomunikasi. Menilai baik menghasilkan penilaian positif maupun negatif seringkali didasarkan pada standar objektif dan sering pula merangsang timbulnya reaksi baik positif maupun negatif dari pihak yang dinilai. Kecemasan ini muncl ketikan seorang individu harus memasuki budaya lain yang unsurnya dirasakan asing, kecemasan itu dapat menuju kesuasana culture shock yang menyebabkan orang yang bersangkutan menjadi tidak tahu sama sekali apa, dimana, dan kapan berbuat sesuatu.
Karena inti proses pelayanan bimbingan dan konseling adalah komunikasi antara klien dan konselor.
Menurut Sue dkk. (1992) konselor yang diharapkan akan berhasil dalam menyelenggarakan konseling antarbudaya adalah mereka yang telah mengembangkan tiga dimensi kemampuan, yaitu dimensi
keyakinan dan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sesuai dengan klien antarbudaya yang akan dilayani.

D.  Bidang – Bidang Dalam Bimbingan Konseling
Empat bidang dalam bimbingan konseling sebagai berikut:
1.      Bimbingan pribadi
Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam hal memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat rahasia/pribadi sekali misalnya, masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan sebagainya.Merupakan bimbingan yang diberikan pada individu dalam menghadapi pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, pengaturan nafsu seksual, dan sebagainya.
Misalnya pada siswa remaja, mereka berhadapan dengan aku-nya yang lain dari pada sebelumnya. Contoh: peralihan dari perasaan sangat sedih menjadi sangat gembira, ingin meraih cita-cita tapi tidak mengetahui caranya. Kemudian seorang mahasiswa yang berhadapan dengan aku-nya yang ditantang memikul tanggung jawab sebagai orang dewasa dan menghadapi realitas yang bertentangan dengan dirinya/keinginannya.
Klien, terutama para remaja pada umumnya malu untuk bertanya pada orang tua, atau pada orang dewasa lainnya, sedangkan bila bertanya pada teman sebaya juga tidak tahu. Bimbingan menekankan bagaimana sikap dalam menghadapi masalah yang timbul. Bimbingan pribadi diberikan malalui bimbingan individual maupun kelompok.
2.        BimbinganSosial
Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada di sekolah. Menurut Dewa Ketut Sukardi (1993: 11) mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.Sedangkan menurut pendapat Abu Ahmadi (1991: 109)
Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.
Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi adalah, bahwa bimbingan pribadi-sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2005: 11) yang mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.
Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.
3.        BimbinganBelajar
Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan pada siswa untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya.
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah :
(1) Teori Belajar Behaviorisme;
(2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan
(3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai
berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
Secara lebih rinci materi pokok bimbingan belajar antara lain :
·         Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar secara efektif dan efesien.
·         Pengembangan kemampuan membaca dan menulis (meringkas) secara cepat.
·         Pemantapan penguasaan materi pelajaran sekolah berupa remedial atau pengayaan.
Tujuan layanan bimbingan Belajar :
·         Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.
·         Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.
·         Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
·         Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

4.        BimbinganKarier
Bimbingan karier adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu individu(peserta didik) dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.
Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu individu memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan.
Bimbingan karier, menurut ahli Menurut Herr bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Marsudi, 2003:113).




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN