LANDASAN PEDAGOGIS, ILMU DAN TEKNOLOGI, SOSIAL-BUDAYA, SERTA
BIDANG-BIDANG DALAM BIMBINGAN KONSELING
A.
Landasan
Pedagogis
Kegiatan
pendidikan saat ini meluas yang dilakukan di sekolah maupun diluar sekolah
dengan menggunakan alat bantu yang di dukung oleh alat teknologi modern.
Pendidikan bisa di tinjau melalui landasan bimbingan dan konseling dari tiga
segi yaitu:
1.
Pendidikan
sebagai upaya pengembangan individu
Bimbingan
merupakan bentuk upaya pendidikan. Pendidikan dapat diartikans sebagai upaya
membudidayakan manusia muda. Upaya pemberdayaan ini meliputi pada garis
besarnya penyiapan manusia muda, menguasai alam lingkungannya, memehami dan
melaksanakan nilai-nilai dan norma yang berlaku, melakukan peranan yang sesuai,
menyelenggarakan kehidupan yang layak dan menuruskan kehidupan generasi
orangtua mereka. Melalui proses pendidikan muda memperkembangkan diri dan
sekaligus mempersiapkan diri dengan potensi yang ada pada diri merek dan
prasarana dan sarana- sarana yang tersedia. Oleh karena itu program pendidikan
harus di rancang dan di selenggaran dengan perhitungan yang matang, setiap
kegiatan pendidikan sekecil apapun harus terkandung di dalamnya yaitu usaha
sadar, penyiapan peserta didik, untuk peranannya yang akan datang dan dilakukan
melului bentuk kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan. Maka tujuan bimbingan
dan konseling pun tidak boleh menyimpangdari tujuan-tujuan tersebut. Tujuan
tersebut pada prakteknya di sinkrontasikan dengan permasalahn yang dihadapi
oleh kliyen pada saat pelayanan bimbingan dan konseling diberikan.
2.
Pendidikan
sebagai inti proses bimbingan konseling
Ciri pokok ada dua yaitu :
a. Peserta
didik yang terlibat di dalamnya menjalani proses belajar.
b. Kegiatan
tersebut bersifat normatif.
Apabila kedua ciri tersebut tidak ada, maka
upaya yang dilakukan itu tidak dapat dikatan pendidikan. Barangkali ada
kegiatan- kegiatan yang dinamakan “bimbingan”, “pengajaran”, dan atau “latihan”
tetapi apabila didalamnya tidak terkandung unsur – unsur belajar dan
norma-norma positif yang berlaku, maka kegiatan-kegiatan itu tidak dapat di
golongkan dalam upaya pendidikan.
Pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan
bahwa bimbingan dan konseling adalah proses yang berorientasi pada
belajar
untuk memahami lebih lebih jauh tentang diri sendiri;
belajar untuk mengembangkan dan
menerapkan secara efektif berbagai pemahaman... (dalam Belkin,1975).Pelayana
bimbingan dan konseling harus didasarkan pada norma-norma yang berlaku, bak
isinya, tekniknya, maupun instrumentasi yang dipergunakannya. Pelayanan yang
tidak normatif, bukanlah pelayana bimbingan dan koseling.
Sifat normatif merupakan kondisi
inheren pada ilmu pendidikan. Demikian juga pada bimbingan dan konseling.
Kesamaan kondisi inheren itulah yang merupakan salah satu pengikat sehingga
keduanya merupakan disiplin ilmu yang amat terkait satu sama lain. Disamping
itu penekanan pada proses belajar juga merupakan pengikat diantara keduannya.
3.
Pendidikan
Lebih Lanjut Sebagai Inti Tujuan Bimbingan dan konseling.
Pendidikan
merupakan upaya berkelanjutan. Apabila suatu kegiatan atau program pendiddikan
selesai, individu tidak hanya berhenti disana ia maju terus dengan kegiatan
program lainnya proses pendidikan yang berhasil setiap kali memperkaya perserta
didik dan makin memantapkan pribadi peserta didik menuju manusia seutuhnya
demikian pula dengan hasil bimbingan dan konseling.
Bimbingan
dan konseling mempunyai tujuan khusus (jangka pendek) dan tujuan umum (jangka
panjang). Dengan ungkapan lain, Crow dan Crow (1990) menyatakan bahwa tujuan
khusus yang segera hendak di capai (jangka pendek) dalam pelayanan bimbingan
dan konseling ialah membantu individu memecahkan masalah-masalh yang
dihadapinya, sedangkan tujuan akhir (jangka panjang) ialah bimbingan diri
sendiri. Bimbingan diri sendiri itu dicapai hendaknya tidak melalui bimbiingan
yang berkelanjutan, melainkan bimbingan-bimbingan yang telah diberikan
terdahulu hendaknya dapat mengembangkan kemampuan klien untuk mengatasi
masalhmasalnya sendiri dan memperkembangkan diri sendiri tanpa bantuan
pelayanan bimbingan dan konselingb lagi.
Tujuan
bimbingan dan konseling, disamping memperkuat tujuan-tujuan pendiddikan, juga
menunjang proses pendidikan pada umumnya.
Hal itu dapat dimengerti
karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas
perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematanagn pendidikan
dan karier, kematangan personal dan emosianal serta kematangan sosial, semaunya
untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendiddikan
menengah (Borders & Drury, 1992)
B.
Landasan
Ilmu dan Teknologi
Pelayan bimbingan
dan konseling merupakan kegiatan provesional yang memiliki dasar-dasar
keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya maupun pengembangan-pengembangan
pelayanan itu yaitu:
1.
Keilmuan
Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah
pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan
sistematik. Dan mempunyai objekkajiannya sendiri, metode penggalian pengetahuan
yang menjadi ruang lingkupnya dan sistematika pemaparannya.
Objek kajian bimbingan dan konseling
ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mengacu pada keempat
fungsi pelayanan yang tersebut terdahulu (fungsi pemahaman, pencegahan,
pengentasa, dan pemeliharan atau pengembangan). Cara mengungkapkan pengetahuan
tentang pengetahuan bimbingan dan konseling itu dapat dipergunakan berbagai
cara atau metode seperti pengamatan, wawancara, alanisis dokumen (riwayat
hidup, laporan pengembangan, himpunan data, dan lain-lainnya), prosedur tes dan
inventory, analisi laboratoris. Sistematika pemaparannya melalui laporan hasil
penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
2.
Peran
Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan
ilmu yang bersifat referensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang
lain, telah diuraikan betapa psikologi ilmu pendidikan filsafat memberikan
sumbangan yang besar kepada bimbingan dan konseling. Sosiologi memberikan
pemahaman tentang peranan individu yang berfungsi bagi masyarakat, keluarga,
interaksi antar individu dalam kelompok; gabungan antara sosiologi dan ilmu
ekonomi memberikan pemahaman tentang kondisi suatu sosial ekonomi individu;
gabungan antara sosiologi, antropologi, dan kebudayaan memberikan pemahaman
tentang latar belakang antropologi sosial budaya klien; ilmu ilmu
kemasyarakatan dan lingkungan memberikan pemahaman tentang interaksi timbal
balik antar individu dan lingkungan; ilmu hukum, agama, dan adat istiadat
memberikan pemahaman tentang nilai dan norma yang di ikuti oleh individu dalam
menjalani kehidupannya di masyarakat: ilmu statistik dan evaluasi memberikan
pemahaman tektnik- teknik dan pengukuran dan evaluasi karakteristik individu:
biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu.
Sedangkan salah satu ilmu dan
perangkat teknologi yang berkembang amat cepat dewasa ini, yaitu komputer,
secara langsung dimanfaatkan pula dalam pelayanan bimbingan dan konseling
bidang yang banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan
bimbingan atau konselor pendidikan (gaushel,1984). Selain itu keuntungan
aspek-aspek teknis yang dapat dipetik dari penggunaan komputer itu, menurut
gaushel, ialah meningkatnya motifasi klien untuk mengikuti layananatau kegiatan
konseling, serta keuntungan – keuntungan lainnya dalam kegiatan casting dan
administrasi layanan bimbingan dan konseling.
3.
Pengembangan
Bimbingan dan Konseling Melalui Penelitian
Bimbingan dan konseling, baik teori
maupun prakteknya pelayanannya bersifat dinamis dan berkembang, seiring dengan
berkembangnya ilmu-ilmu yang memberikan sumbangan dan seiring perkembangan
budaya manusia pendukung pelayanan bimbingan dan konseling itu. Melalui proses
pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lengkap dan teruji didalam
praktek ialah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula
hasil=hasil penelitian di lapangan. Pengembangan praktek pelayanan bimbingan
dan konseling, tidak boleh melalui penelitian, bahkan melalui penelitian yang
bersifat eksperimen. Dengan demikian melalui penelitian suatu teori dan praktek
bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan dan ke efektifan
atau ke efisienannya di lapangan.
Penelitian adalah jiwa dari
perkembangan ilmu dan teknologi. Apabila pelayanan bimbingan dan konseling di
inginkan untuk berkembang dan maju, maka penelitian tentang bimbingan dan
konseling dalam berbagai bentuk penelitian dan aspek yang di teliti harus terus
menerus di lakukan. Tanpa penelitian pertumbuhan pelayanan bimbingan dan
konseling akan mandul dan steril.
C.
Landasan Sosial Budaya
Salah satu dimensi
kemanusiaan adalah “dimensi kesosialan”. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak
pernah dapat hidup seorang diri.dimanapun dan bilamanapun manusia hidup
senantiasa membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna menjamin
keselamatan, perkembangan, maupun keturunan. Dalam kehidupan kelompok itu,
manusia harus mengembangkan ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban
masing-masing individu sebagai anggota demi ketertiban pergaulan sosial mereka.
Ketentuan itu biasanya berupa perangkat nilai, norma sosial, maupun pandangan
hidup yang terpadu dalam sistem budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup
para pendukungnya.
1.
Individu
sebagai produk lingkungan sosial budaya
Seorang individu
tidak hidup hidup sendiri. Setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak
hanya tuntutan biologisnya tetapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup,
tuntutan budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga
sesuai dengan pola- pola yang dapat di terima dalam budaya tersebut (McDaniel,
1956). Unsur- unsur budaya yang dibawakan oleh organisasi dan lembaga- lembaga
mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan
yang ingin dicapainya, tujuan dan jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya,
dan kelompok yang dimasukinya. Dengan segala tuntutan dan pengaruh dari
lingkungan sosial budaya itu terjadilah hubungan timbal balik dan pengaruh dari
lingkungan sosial budaya itu, individu menjadi milik lingkungan sosial budaya
dan lingkungan sosial budaya tersebut menjadi milik individu tersebut.
Seluruh pengaruh
unsur sosial budaya dalam tingkatannya membentuk unsur subjektif dalam diri
individu. Unsur subjektif mengikuti berbagai konsep dan asosiasi, sikap,
kepercayaan, penilaian, harapan dan keinginan, pendapat, persepsi tentang
peranan, stereotip dan nilai. Individu yang berasal dari latar belakang sosial
budaya yang sama cenderung memiliki unsur subjektif yang sama demikian juga
sebaliknya. Apabila perbedaan itu tidak dijembatani, hal itu dapat menimbulkan
pertentangan dan saling tidak menyukai yang akhirnya dapat menimbulkan
terpecahnya kesepakatan. Sebaliknya perbedaan itu tidak di besar-besarkan,
melainkan diberi hikmah keindahan warna- warninya, hal itu justru akan menjadi
daya tarik untuk saling mendekat dan saling mendorong kedua pihak untuk lebih
keras lagi menempa upaya kerja dianara keduanya.
2.
Bimbingan
dan Konseling Antarbudaya
Ada lima macam
sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komuniasi dan penyusuaian diri
antarbudaya, yaitu sumber- sumber berkenaan dengan perbedaan bahasa, komunikasi
nonverbal, stereotip, kecendrungan menilai dan kecemasan.
Pesan yang
disampaikan melalui isyarat, tanda-tanda atau bahasa nonverbal lainnya tidak
banyak menolong bahkan sering isyarat dan tanda yang sama dalam bahasa
nonverbal memiliki arti yang berbeda bahkan bertentangan dalam budaya yang
berbeda. Stereotip menyebabkan seseorang memandang sesuatu khususnya orang lain
menurut kemampuan orang yang memandangnya itu berdasarkan anggapan yang sudah
tertanam pada dirinya, dan orang tersebut biasanya tidak mau menerima kenyataan
yang berbeda dari anggapannya itu. Penilaian terhadap orang lain memang sering
dilakukan oleh individu yang berkomunikasi. Menilai baik menghasilkan penilaian
positif maupun negatif seringkali didasarkan pada standar objektif dan sering
pula merangsang timbulnya reaksi baik positif maupun negatif dari pihak yang
dinilai. Kecemasan ini muncl ketikan seorang individu harus memasuki budaya
lain yang unsurnya dirasakan asing, kecemasan itu dapat menuju kesuasana
culture shock yang menyebabkan orang yang bersangkutan menjadi tidak tahu sama
sekali apa, dimana, dan kapan berbuat sesuatu.
Karena inti proses pelayanan
bimbingan dan konseling adalah komunikasi antara klien dan konselor.
Menurut Sue dkk.
(1992) konselor yang diharapkan akan berhasil dalam menyelenggarakan konseling
antarbudaya adalah mereka yang telah mengembangkan tiga dimensi kemampuan,
yaitu dimensi
keyakinan dan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang sesuai dengan klien antarbudaya yang akan dilayani.
D.
Bidang
– Bidang Dalam Bimbingan Konseling
Empat
bidang dalam bimbingan konseling sebagai berikut:
1.
Bimbingan pribadi
Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam hal
memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat rahasia/pribadi
sekali misalnya, masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan
sebagainya.Merupakan bimbingan yang diberikan pada individu dalam menghadapi pergumulan
dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri, perawatan jasmani, pengisian waktu
luang, pengaturan nafsu seksual, dan sebagainya.
Misalnya pada siswa remaja, mereka berhadapan dengan aku-nya yang
lain dari pada sebelumnya. Contoh: peralihan dari perasaan sangat sedih menjadi
sangat gembira, ingin meraih cita-cita tapi tidak mengetahui caranya. Kemudian
seorang mahasiswa yang berhadapan dengan aku-nya yang ditantang memikul
tanggung jawab sebagai orang dewasa dan menghadapi realitas yang bertentangan
dengan dirinya/keinginannya.
Klien, terutama para remaja pada umumnya malu untuk bertanya pada
orang tua, atau pada orang dewasa lainnya, sedangkan bila bertanya pada teman
sebaya juga tidak tahu. Bimbingan menekankan bagaimana sikap dalam menghadapi
masalah yang timbul. Bimbingan pribadi diberikan malalui bimbingan individual
maupun kelompok.
2.
BimbinganSosial
Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan
yang ada di sekolah. Menurut Dewa Ketut Sukardi (1993: 11) mengungkapkan bahwa
bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan
memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik
dan pergaulan.Sedangkan menurut pendapat Abu Ahmadi (1991: 109)
Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada
peserta didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial
yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok
sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang
bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah
pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.
Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial yang dikemukakan
oleh Abu Ahmadi adalah, bahwa bimbingan pribadi-sosial diberikan kepada
individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi-sosialnya
secara mandiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2005: 11) yang
mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk membantu
para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.
Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah
hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan
kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat
tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh
seorang ahli kepada individu atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri,
menghadapi konflik dan pergaulan.
3.
BimbinganBelajar
Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan pada
siswa untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin
tahu dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari
psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan
dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia
mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya.
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang
baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang
baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda
perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat
belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau
pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar
terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah
:
(1) Teori Belajar Behaviorisme;
(2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan
(3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai
berkembang
teori belajar alternatif konstruktivisme.
Secara lebih rinci materi pokok bimbingan belajar antara lain :
·
Pemantapan
sikap dan kebiasaan belajar secara efektif dan efesien.
·
Pengembangan
kemampuan membaca dan menulis (meringkas) secara cepat.
·
Pemantapan
penguasaan materi pelajaran sekolah berupa remedial atau pengayaan.
Tujuan layanan bimbingan Belajar :
·
Merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa
yang akan datang.
·
Mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.
·
Menyesuaikan
diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan
kerjanya.
·
Mengatasi
hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
4.
BimbinganKarier
Bimbingan karier adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu
individu(peserta didik) dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan,
termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk
memasuki suatu pekerjaan.
Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada
masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu individu memperoleh
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan.
Bimbingan karier, menurut ahli Menurut Herr
bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang
sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu
individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan
kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang
bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Marsudi,
2003:113).
Komentar
Posting Komentar