PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

MAKALAH ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME


MAKALAH
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan pada semester genap tahun akademik 2017/2018
Diampu oleh :
Dety Amelia Karlina, S.S., M.Pd




Disusun oleh :
RAFA FALVA ANINDHITA 1700122/5
DEA PUTRI ILHAMI 1700755/15
SESSI ALBAITILLAH 1701140/23
SOPHIA JASMINE 1701142/24




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017/2018


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas  rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami telah menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini diharapkan dapat memberi sumbangan untuk kebutuhan bahan bacaan dalam studi ilmu pendidikan, khususnya Filsafat Pendidikan.
            Makalah berjudul Filsafat Pendidikan (Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme) ini merupakan suatu kajian tentang kedudukan aliran filsafat idealisme dalam filsafat pendidikan, dalam hal ini diperuntukan untuk mempelajari secara awal ilmu filsafat.
            Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada para pembaca kami sekiranya kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.
            Mudah-mudahan makalah ini akan memiliki nilai tambah bagi para pembaca yang mempelajari pendidikan dan ilmu pendidikan, khususnya ilmu filsafat pendidikan. Kepada Allah-lah kami serahkan segalanya, dan semoga makalah ini mendapat ridha dari-Nya. Amiin.




Sumedang,  Februari 2018


                                                                                                                                         Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
       A.       Latar Belakang............................................................................................................................ 1
       B.       Rumusan masalah....................................................................................................................... 2
       C.      Tujuan.......................................................................................................................................... 2
       D.      Manfaat........................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
       A.       Filsafat pendidikan idealism...................................................................................................... 3
       B.       Konsep Filsafat Umum Idealisme............................................................................................ 4
       C.      Implikasi dalam Pendidikan...................................................................................................... 5
       D.      Tokoh Filsafat Pendidikan Idealisme
        E.       Hubungan Idealisme dan Filsafat Pendidikan
BAB III PENUTUP
       A.       Kesimpulan
       B.       Saran
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi alam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah seorang idealis adalah anti realis, dan demikian pula sebaliknya?
Secara logika, antara idealisme dan realisme tidak bisa dipertentangkan. Sebab, pencetus idealisme (Plato) adalah murid dari pencetus realisme (Socrates). Jika demikian, apakah mungkin Plato seorang idealis yang juga realis? Dengan pertanyaan lain, apakah Sokrates yang realis juga seorang idealis? Apa sesungguhnya hakekat ide dan riil atau materi itu?
Idealisme menganggap, bahwa yang konkret hanyalah bayang-bayang, yang terdapat dalam akal pikiran manusia. Kaum idealisme sering menyebutnya dengan ide atau gagasan. Seorang realisme tidak menyetujui pandangan tersebut. Kaum realisme berpendapat bahwa yang ada itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dan lain-lain. Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima oleh panca indra).
Dalam konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi. Secara kelembagaan institusional, maka pendidikan akan didominasi oleh fakultas atau jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan. Di ranah pendidikan dasar, akan didominasi oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif tentang segala sesuatu. Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik terdapat tahap-tahap perkembangan pemikiran siswa. Bagaimana idealisme bisa diterapkan dalam tahap-tahap pemikiran peserta didik atau manusia pada umumnya?
Metode yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik, syarat dengan pemikiran, perenungan, dialog, dll. Dan akan menjadikan suasana proses belajar mengajar menjadi aktif(active learning). Bagaimana jika peserta didik pasif?
Kurikulum yang digunakan dalam aliran idealisme adalah pengembangan kemampuan berpikir, dan penyiapan keterampilan bekerja melalui pendidikan praktis. Bagaimana relevansinya dengan dunia modern yang serba positivistik, yakni jauh lebih empiris dari pada realisme?
Evaluasi yang digunakan dalam aliran idealisme adalah dengan evaluasi esay. Dimana evaluasi esay ini sangat efektif dalam proses belajar mengajar dan dalam meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengerjakan soal. Bagaimana evaluasi esay untuk siswa dasar sesuai pola perkembangan pemikirannya?
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan, idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.  Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan aliran filsafat idealisme.
B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan problematika di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.       Apa aliran filsafat idealisme itu?
2.       Bagaimana konsep filsafat pendidikan idealisme?
3.       Bagaimana implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan?
4.       Siapa saja tokoh dalam filsafat pendidikan idealisme?
C.      Tujuan
1.    Untuk mengetahui paradigma aliran filsafat idealisme.
2.    Untuk mengetahui implikasi idealisme dalam pendidikan.
3.    Untuk menjelaskan implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan.
4.    Untuk mengetahui tokoh dalam filsafat pendidikan idealisme.
        D.      Manfaat
1.    Dapat mengetahui paradigma aliran filsafat idealisme.
2.    Dapat memaparkan implikasi idealisme dalam pendidikan.
3.    Dapat menjelaskan implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan.
5.    Dapat mengetahui tokoh dalam filsafat pendidikan idealisme.
 BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Idealisme
Idealisme pertama kali digunakan dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. Secara epistemologi, istilah Idealisme berasal dari kata idea yang artinya adalah sesuatu yang hadir dalam jiwa (Plato). Jadi pandangan ini lebih menekankan kepada hal-hal yang bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitasnya sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.
Menurut KBBI, idealisme/ide·al·is·me/ /idéalisme/ n 1 aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami; 2 hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna; 3 Sas aliran yang mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan.
Ada juga yang berpendapat bahwa, idealisme berasal dari bahasa latin yaitu idea, yang artinya gagasan atau ide. Sesuai dengan katanya yang menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan sebuah mental. yang dimana sesungguhnya adalah ada dalam budi, yang hadir dalam mental. Oleh karena itu  hanya yang berbeda secara demikian yang sempurna, utuh, tetap, tidak berubah dan jelas. Itu semua adalah idealisme.
Pada prinsipnya aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar pada saat ini. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
B.       Konsep Filsafat Umum Idealisme
        1.       Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).[3]
a.    Hakikat Realistis
Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual atau ideal. Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh.
b.    Hakikat Manusia
Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat spiritual/kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu nous (akal fikiran) , thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau nafsu). Dar ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jwa/spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan.
2.    Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat pengetahuan. Menurut filsuf idealisme, proses mengetahui terjadi dalam pikiran, manusia memperoleh pengetahuan melalui berfikir dan intuisi (gerak hati). Beberapa filsuf percaya bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali (semua pengetahuan adalah susatu yang diingat kembali).
3.     Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. Para filsuf idealisme sepakat bahwa nilai-nilai bersifat abadi. Menurut penganut Idealime Theistik nilai-nilai abadi berada pada Tuhan. Penganut Idealisme Pantheistik mengidentikan Tuhan dengan alam.

C.      Implikasi Terhadap Pendidikan
        1.       Tujuan Pendidikan
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
        2.       Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
        3.       Metode Pendidikan
Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.
       4.        Peran Guru
Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru. Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain guru. Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para siswa.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.[6]
Model pemikiran filsafat idealisme yang menganggap anak didik merupakan makhluk spiritual dan guru yang juga menganut paham idealism menjadikan sistem pengajaran di kelas biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
a.       Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;
b.       Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa;
c.        Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
d.       Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid
e.       Guru menjadi teman dari para muridnya;
f.         Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;
g.       Guru harus bisa menjadi idola para siswa;
h.       Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya;
i.         Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;
j.      Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana   para siswa belajar;
k.        Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;
l.         Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; dan
m.      Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
5.       Peran Siswa
Siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya”. (Edward J.Power,1982)[7]. Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual.
D.      Tokoh Filsafat Idealisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.
Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba. Dua bukunnya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalah Philosophy of Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya, yaitu positivisme dan naturalisme.
E.       Idealisme dan Filsafat Pendidikan
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme dari 33 tahun di Universitas New York.
Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih mefokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak dari pada pengajaran yang textbook agar dirasakan actual.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar tehadap perkembangan filsafat pendidikan. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuian batin antara anak dan alam semesta. Pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Idealisme adalah merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh-tokoh dalam idealisme diantaranya yaitu : Plato, William T. Harris, Herman Harrell Horne, Michael Demiashkevitch, B. B. Bogoslovski, William E. Hocking, dan C. Lodge.
Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
1.       Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
2.       Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
3.       Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain)tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
4.       Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.
5.       Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.
B.    Saran
Saran yang bisa diberikan penulis adalah sebagai manusia dalam melakukan segala sesuatu sebaiknya mempertimbangkannya dulu. Yaitu melalui pemikiran (rasio atau akal), agar hasil yang akan didapatkan itu lebih baik dan memuaskan. Hasilnya akan berbeda jika dalam menentukan sesuatu tanpa melalui pertimbangan dan pemikiran, tentu kurang memuaskan.
Sebagai calon seorang guru, hendaknya pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam. Pendidik memenuhi akal peserta didik dengan hakikat dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain guru harus menyiapkan situasi dan kondisi yang kondusif untuk pembelajaran, serta lingkungan yang ideal bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.

DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh.2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta
https://ratuspsblog.wordpress.com/2014/12/29/aliran-filsafat-idealisme-dalam-implementasi-pendidikan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Idealisme




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN