MAKALAH
ALIRAN
FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan pada semester
genap tahun akademik 2017/2018
Diampu oleh :
Dety Amelia Karlina, S.S., M.Pd
Disusun oleh :
RAFA FALVA ANINDHITA 1700122/5
DEA PUTRI ILHAMI 1700755/15
SESSI ALBAITILLAH 1701140/23
SOPHIA JASMINE 1701142/24
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS
SUMEDANG
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami telah
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini diharapkan dapat memberi
sumbangan untuk kebutuhan bahan bacaan dalam studi ilmu pendidikan, khususnya
Filsafat Pendidikan.
Makalah berjudul Filsafat Pendidikan (Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme)
ini merupakan suatu kajian tentang kedudukan aliran filsafat idealisme dalam
filsafat pendidikan, dalam hal ini diperuntukan untuk mempelajari secara awal
ilmu filsafat.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada para pembaca kami sekiranya kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.
Mudah-mudahan makalah ini akan memiliki nilai tambah bagi para pembaca yang
mempelajari pendidikan dan ilmu pendidikan, khususnya ilmu filsafat pendidikan.
Kepada Allah-lah kami serahkan segalanya, dan semoga makalah ini mendapat ridha
dari-Nya. Amiin.
Sumedang,
Februari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah....................................................................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................................................................... 2
D. Manfaat........................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Filsafat pendidikan idealism...................................................................................................... 3
B. Konsep Filsafat Umum Idealisme............................................................................................ 4
C. Implikasi dalam Pendidikan...................................................................................................... 5
D. Tokoh Filsafat Pendidikan Idealisme
E. Hubungan Idealisme dan Filsafat Pendidikan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Idealisme
adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan
dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi
alam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut
sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed
back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi. Hal ini
menimbulkan pertanyaan, apakah seorang idealis adalah anti realis, dan demikian
pula sebaliknya?
Secara
logika, antara idealisme dan realisme tidak bisa dipertentangkan. Sebab,
pencetus idealisme (Plato) adalah murid dari pencetus realisme (Socrates). Jika
demikian, apakah mungkin Plato seorang idealis yang juga realis? Dengan pertanyaan
lain, apakah Sokrates yang realis juga seorang idealis? Apa sesungguhnya
hakekat ide dan riil atau materi itu?
Idealisme
menganggap, bahwa yang konkret hanyalah bayang-bayang, yang terdapat dalam akal
pikiran manusia. Kaum idealisme sering menyebutnya dengan
ide atau gagasan. Seorang realisme tidak menyetujui pandangan
tersebut. Kaum realisme berpendapat bahwa yang ada itu adalah yang nyata, riil,
empiris, bisa dipegang, bisa diamati dan lain-lain. Dengan kata lain
sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima oleh
panca indra).
Dalam
konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi.
Secara kelembagaan institusional, maka pendidikan akan didominasi oleh fakultas
atau jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan. Di ranah pendidikan dasar, akan
didominasi oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif
tentang segala sesuatu. Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik
terdapat tahap-tahap perkembangan pemikiran siswa. Bagaimana idealisme bisa
diterapkan dalam tahap-tahap pemikiran peserta didik atau manusia pada umumnya?
Metode
yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik, syarat dengan
pemikiran, perenungan, dialog, dll. Dan akan menjadikan suasana proses belajar
mengajar menjadi aktif(active learning). Bagaimana jika peserta didik
pasif?
Kurikulum
yang digunakan dalam aliran idealisme adalah pengembangan kemampuan berpikir,
dan penyiapan keterampilan bekerja melalui pendidikan praktis. Bagaimana
relevansinya dengan dunia modern yang serba positivistik, yakni jauh lebih
empiris dari pada realisme?
Evaluasi
yang digunakan dalam aliran idealisme adalah dengan evaluasi esay. Dimana
evaluasi esay ini sangat efektif dalam proses belajar mengajar dan dalam
meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengerjakan soal. Bagaimana
evaluasi esay untuk siswa dasar sesuai pola perkembangan pemikirannya?
Idealisme
merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga
sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan,
idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan
pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan.
Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik
mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan lagi
tentang hal-hal yang berkaitan dengan aliran filsafat idealisme.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
problematika di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa aliran filsafat idealisme itu?
2. Bagaimana konsep filsafat pendidikan idealisme?
3. Bagaimana implikasi filsafat idealisme dalam
pendidikan?
4. Siapa saja tokoh dalam filsafat pendidikan idealisme?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui paradigma aliran filsafat
idealisme.
2. Untuk mengetahui implikasi idealisme dalam
pendidikan.
3. Untuk menjelaskan implikasi filsafat idealisme
dalam pendidikan.
4. Untuk mengetahui tokoh dalam filsafat pendidikan
idealisme.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui paradigma aliran filsafat
idealisme.
2. Dapat memaparkan implikasi idealisme dalam
pendidikan.
3. Dapat menjelaskan implikasi filsafat idealisme
dalam pendidikan.
5. Dapat mengetahui tokoh dalam filsafat pendidikan
idealisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Idealisme
Idealisme pertama kali digunakan dalam dunia filsafat oleh
Leibniz pada awal abad 18. Secara epistemologi, istilah Idealisme berasal dari
kata idea yang artinya adalah sesuatu yang hadir dalam jiwa (Plato). Jadi
pandangan ini lebih menekankan kepada hal-hal yang bersifat ide, dan
merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitasnya sendiri dijelaskan
dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan
dengan materi.
Menurut KBBI, idealisme/ide·al·is·me/ /idéalisme/ n
1 aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai
satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami; 2 hidup
atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna; 3
Sas aliran
yang mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan
kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan.
Ada juga yang berpendapat bahwa, idealisme berasal dari
bahasa latin yaitu idea, yang artinya gagasan atau ide. Sesuai dengan katanya
yang menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan sebuah mental. yang dimana
sesungguhnya adalah ada dalam budi, yang hadir dalam mental. Oleh karena
itu hanya yang berbeda secara demikian
yang sempurna, utuh, tetap, tidak berubah dan jelas. Itu semua adalah
idealisme.
Pada prinsipnya aliran idealisme mendasari semua yang ada.
Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan
bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar pada
saat ini. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling
akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang
disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak
mengalami perubahan.
B. Konsep
Filsafat Umum Idealisme
1. Metafisika
Metafisika adalah cabang
filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang
ada) secara menyeluruh (komprehensif).[3]
a. Hakikat
Realistis
Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas
bersifat spiritual atau ideal. Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan
dari suatu substansi fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya
nonmaterial, yaitu pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat material yang
tampak nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh.
b.
Hakikat Manusia
Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya
bersifat spiritual/kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian
jiwa, yaitu nous (akal fikiran) , thumos (semangat
atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau
nafsu). Dar ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan.
Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jwa/spiritnya, manusia
adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan,
hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan.
2.
Epistemologi
Epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat pengetahuan. Menurut
filsuf idealisme, proses mengetahui terjadi dalam pikiran, manusia memperoleh
pengetahuan melalui berfikir dan intuisi (gerak hati). Beberapa filsuf percaya
bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali (semua pengetahuan
adalah susatu yang diingat kembali).
3. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. Para filsuf
idealisme sepakat bahwa nilai-nilai bersifat abadi. Menurut penganut Idealime
Theistik nilai-nilai abadi berada pada Tuhan. Penganut Idealisme
Pantheistik mengidentikan Tuhan dengan alam.
C. Implikasi
Terhadap Pendidikan
1. Tujuan
Pendidikan
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan
untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa.
Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada
setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan
menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami
tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan
fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat
dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat
pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas
tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara
keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain
bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang
bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia,
mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu
membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan
idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia.
Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada
yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan
manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan
yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan
secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan
sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan
dengan Tuhan.
2. Kurikulum
Pendidikan
Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan
liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk
pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional
dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang
beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman
haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya
pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
3. Metode
Pendidikan
Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir,
sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan.
Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong
berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan
keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan
pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap
isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban
manusia.
4. Peran Guru
Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi
dari para guru. Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun
intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem
sekolah selain guru. Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses
menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi
para siswa.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran
idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan
mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab,
pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah
mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan
murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang
guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau
perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca
beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang
tidak banyak bermakna.[6]
Model pemikiran filsafat idealisme yang menganggap
anak didik merupakan makhluk spiritual dan guru yang juga menganut paham
idealism menjadikan sistem pengajaran di kelas biasanya berkeyakinan bahwa
spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa
adanya, tanpa adanya spiritual.
Guru dalam sistem
pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
a. Guru
adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;
b. Guru
harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa;
c.
Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
d. Guru
haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid
e. Guru
menjadi teman dari para muridnya;
f.
Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan
gairah murid untuk belajar;
g. Guru
harus bisa menjadi idola para siswa;
h. Guru
harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan
para siswanya;
i.
Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;
j. Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang
menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar
sebagaimana para siswa belajar;
k.
Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;
l.
Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan
demokrasi; dan
m. Guru
harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
5. Peran
Siswa
Siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan
bakat-bakatnya”. (Edward J.Power,1982)[7]. Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan
seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut
paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan
merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya
sebagai makhluk spiritual.
D. Tokoh
Filsafat Idealisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM),
murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang
mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan
bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita
melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta
menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak
mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan
idea.
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak
memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap
pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran
pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah
tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme
yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne
adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun
di Universitas New York.
Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang
menulis tentang idealisme dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula
B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961),
profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba. Dua
bukunnya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat
pendidikan adalah Philosophy of Education dan studi mengenai
pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile
Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari
reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme
sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya,
yaitu positivisme dan naturalisme.
E. Idealisme
dan Filsafat Pendidikan
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak
memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap
pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran
pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah
tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme
yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne
adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme dari 33 tahun di
Universitas New York.
Idealisme sangat concern tentang
keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara
fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga
untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak
sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19
secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan
sebagai ekspresi realitas spiritual.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran
idealisme harus lebih mefokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah
lebih banyak dari pada pengajaran yang textbook agar dirasakan actual.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi
sumbangan yang besar tehadap perkembangan filsafat pendidikan. Kaum idealis
percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki
pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus
mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus
menekankan kesesuian batin antara anak dan alam semesta. Pendidikan merupakan
pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme
mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik harus memandang anak
sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Idealisme
adalah merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.
Tokoh-tokoh dalam idealisme diantaranya yaitu : Plato, William T. Harris, Herman
Harrell Horne, Michael Demiashkevitch, B. B. Bogoslovski, William E. Hocking,
dan C. Lodge.
Implikasi
filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan
bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
2. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan
kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
3. Metode, diutamakan metode dialektika (saling
mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
4. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan
kemampuan dasarnya.
5. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan
melalui kerja sama dengan alam.
B. Saran
Saran yang bisa diberikan penulis adalah sebagai
manusia dalam melakukan segala sesuatu sebaiknya mempertimbangkannya dulu.
Yaitu melalui pemikiran (rasio atau akal), agar hasil yang akan didapatkan itu
lebih baik dan memuaskan. Hasilnya akan berbeda jika dalam menentukan sesuatu
tanpa melalui pertimbangan dan pemikiran, tentu kurang memuaskan.
Sebagai calon seorang guru, hendaknya pendidik
bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama
dengan alam. Pendidik memenuhi akal peserta didik dengan hakikat dan
pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain guru harus menyiapkan situasi dan
kondisi yang kondusif untuk pembelajaran, serta lingkungan yang ideal bagi
perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan ide-ide yang
dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.
DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh.2006. Pengantar
Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta
https://ratuspsblog.wordpress.com/2014/12/29/aliran-filsafat-idealisme-dalam-implementasi-pendidikan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Idealisme
Komentar
Posting Komentar