PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM


MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pedagogika
pada Semester Genap Tahun Akademik 2017/2018
dengan Dosen Pembimbing Aah Ahmad Syahid, M.Pd.




Oleh:
Kelompok 10
PGSD 1A
Ulhaq Aghisni
1700618
12
Isma’ Nursalamah
1700735
14
Dewi Ratnawati
1700774
16
Intan Salimatul U
1701523
28
Nunik Ainun Auliani
1702073
37
Aditya Rizkiansyah
1702471
40
Enok Cucu Rahayu
1702588
45



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018


KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Manusia Sebagai Animal Educandum ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pedagogika. Tidak lupa sholawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW.
Makalah ini telah kami susun secara maksimal atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar, untuk itu kami selaku penyusun berterima kasih kepada Bapak Aah Ahmad Syahid, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pedagogika.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna menghasilkan makalah yang lebih baik. Semoga makalah yang kami susun dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Sumedang,     Maret 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat.................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan Manusia dan Hewan............................................................................. 3
2.2 Pendidikan Hanya Untuk Manusia........................................................................ 4
2.3 Anak Manusia Dalam Kondisi Perlu Bantuan....................................................... 4
2.4 Manusia Makhluk yang Dapat Mendidik dan Dididik.......................................... 6
2.5 Manusia Harus Mendidik dan Dididik.................................................................. 7
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia dan Aliran-aliran Pendidikan  9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 18
3.2 Saran.................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
     1.1  Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan juga satu usaha pengetahuan yang semula tidak tahu  menjadi tahu. Dalam proses tidak tahu menjadi tahu tersebut manusia mengalami sebuah rangkaian proses pembelajaran.
Manusia sejak lahir memiliki sejumlah potensi. Potensi diartikan sebagai kemampuan dasar yang dimiliki setiap manusia dan mampu untuk dikembangkan. Anak manusia dalam hal ini adalah manusia yang belum dewasa sehingga potensi yang ada pada diri anak ibarat bahan baku belum siap pakai. Untuk menjadi barang siap pakai, maka dalam proses menjadi potensi tersebut membutuhkan sebuah penanganan dan bantuan oleh orang dewasa.
Anak manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang dapat dididik, makhluk yang harus dididik dan makhluk yang dapat mendidik. Oleh karena itu, kami di sini akan berusaha mengkaji tentang hal-hal mengenai kedudukan manusia sebagai makhluk pendidikan terutama dalam hal Manusia sebagai makhluk yang harus dididik.
  
      1.2  Rumusan Masalah

                      1.2.1    Apa perbedaan manusia dengan hewan?
                      1.2.2    Mengapa pendidikan hanya untuk manusia?
                      1.2.3    Mengapa anak manusia dalam keadaan dalam kondisi perlu bantuan?
                      1.2.4    Mengapa manusia makhluk yang dapat mendidik dan dididik?
                      1.2.5    Mengapa manusia harus mendidik dan dididik?
                      1.2.6    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia dan apa saja aliran-aliran pendidikan?

       1.3  Tujuan

                      1.3.1            Untuk mengetahui perbedaan manusia dengan hewan.
                      1.3.2            Untuk mengetahui pengapa pendidikan hanya untuk manusia.
                      1.3.3            Untuk mengetahui mengapa anak manusia dalam kondisi perlu bantuan.
                      1.3.4            Untuk mengetahui mengapa manusia harus mendidik dan dididik.
                    1.3.5            Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia dan apa saja aliran-aliran pendidikan.
       1.4  Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:

1.         Semoga makalah ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.
2.         Dapat menjadikan mahasiswa terutama calon pendidik menjadi lebih mengetahui dan mengerti akan aspek-aspek yang terdapat dalam lingkungan pendidikan.
3.         Dapat memberikan pengetahuan lebih terutama dalam mata kuliah Pedagogika.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Perbedaan Manusia Dengan Hewan

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan, kesempurnaan yang dimiliki manusia sebagai satu anugerah untuk menjaga dan melestarikan bumi ini. Derajat manusia lebih tinggi daripada hewan namun jika manusia itu tidak mempergunakan semua karunia yang dimilikinya di jalan yang benar, maka derajat manusia akan turun bahkan lebih rendah dari hewan.
Manusia tidak berbeda dengan hewan dalam kaitan dengan fungsi tubuh dan fisiologisnya. Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berusaha untuk meraih tujuannya dengan didorong oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan.
Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lain adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan hewan hanya memiliki kebiasaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya saja.
Jika dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lain. Salah satu kelebihan yang dimiliki manusia adalah kemampuan untuk bergerak di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang tertentu. Walaupun ada binatang yang dapat hidup di darat dan di air, namun tetap saja memiliki keterbatasan yang tidak dapat melampaui kelebihan manusia.
Perbedaan mendasar antara hewan dan manusia terletak pada adanya akal dan aturan hidup pada manusia. Hewan tidak memiliki aturan, sehingga ketika berperilaku hewan terbiasa hidup bebas tanpa adanya aturan. Sedangkan manusia mempunya aturan, di mana segala perbuatan manusia terikat dengan hukum syarat, tidak bisa bebas bertindak, karena manusia mempunyai aturan. Dalam agama Islam, aturan yang dimiliki manusia bersumber dari Al-Qur’an dan hadist. Karena manusia adalah makhluk yang berbeda dengan hewan, maka manusia harus senantiasa menjalankan aturan yang telah Allah tetapkan untuk manusia. Dan harus selalu menggunakan akalnya untuk memahami segala yang ada pada Al-Qur’an dan hadist.

Orang yang mempunyai akal tetapi tidak mau menggunakan akalnya untuk memahami ayat-ayat Allah, mempunya mata tetapi tidak dipakai untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, mempunya telinga tetapi tidak mau mendengarkan kebenaran yang bersumber dari Allah, maka orang tersebut derajatnya sama dengan hewan.

2.2    Pendidikan Hanya Untuk Manusia

Manusia merupakan makhluk sempurna yang memiliki akal, insting serta nafsu paling baik di antara makhluk tuhan lainnya. Akal yang dimiliki manusia dapat dikembangkan menjadi sebuah gagasan yang dapat menghasilkan ilmu pengetahuan. Di dalam pendidikan yang dilibatkan hanyalah manusia, sebab manusia mengetahui mana hal baik dan buruk, memiliki akal budi serta insting yang digunakan dengan sebaik-baiknya. Berbeda dengan hewan, ia hanya mengandalkan insting untuk kelangsungan hidupnya.
Seperti yang pernah kita ketahui, bahwa tidak jarang kita jumpai hewan peliharaan yang memangsa tuannya sendiri. Contohnya seekor anjing yang biasa dirawat majikannya, diberikannya kasih sayang namun pada akhirnya tak diduga anjing tersebut menghabisi pemiliknya. Hal tersebut membuktikan bahwa hewan tidak mengetahui hal baik ataupun buruk asalkan dirinya mampu bertahan hidup dan tidak merasa terancam.
Maka disini manusia memerlukan pendidikan agar manusia bisa menjadi dewasa dan siap menjalani kelangsungan hidup yang penuh dengan tantangan. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, maka dari itu manusia membutuhkan pendidikan dan pendidikan hanya untuk manusia.

2.3    Anak Manusia Dalam Kondisi Perlu Bantuan

Manusia pada saat ia lahir tidak langsung dapat mengembangkan kemanusiaannya, karena ketidakberdayaan dan kelemahan yang ia miliki secara kodrati memerlukan uluran pihak luar untuk membantunya. Namun secara kodrati pula anak dilahirkan dengan potensi untuk berkembang menuju kemandiriannya.
Anak manusia untuk bisa menjadi manusia yang mandiri, membutuhkan suatu proses yang lama, dan tidak akan dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain untuk mencapainya. Karena itu anak manusia memerlukan bantuan orang lain yang berada di sekitarnya. Di rumah ia membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya, dan di luar rumah ia akan bergaul dengan teman sebayanya, yang pasti akan berpengaruh dengan pengalamannya.
Manusia dilahirkan dalam keadaan belum dapat menolong dirinya sendiri, juga dalam hal-hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain manusia berada dalam keadaan perlu bantuan, dan bantuan harus datang dari pihak lain. Tanpa bantuan dari pihak lain, manusia tidak mungkin melangsungkan hidupnya. Bantuan tersebut tidak saja bagi kehidupan fisiknya, namun juga bagi kehidupan psikis dan kehidupan sosialnya.
Pemutusan tali ari-ari ketika dilahirkan tidak berarti pemutusan hubungan antara ibu dengan anak. Hubungan itu masih berlangsung terus, bahkan mungkin tidak pernah putus hingga ajalnya. Untuk jangka waktu yang masih lama, manusia masih memerlukan bantuan ibunya, dan bantuan dari orang sekitarnya. Keadaan perlu bantuan ini jelas tampak apabila diterawang kehidupannya pada masa dewasa yang akan ditempuhnya, jauh lebih berat bila dibandingkan dengan kehidupan hewan. Ia tidak dapat menggantungkan diri semata-mata pada insting yang dimilikinya saat ia dilahirkan, ia harus dapat mengendalikannya.
Kebutuhan terhadap ruang akan dirasakannya, tidak sekedar kebutuhan terhadap pemertahanan kehidupan biologisnya, melainkan juga kebutuhan psikologis seperti kebutuhan akan rasa aman, rasa cinta, dan rasa kasih sayang, juga kebutuhan sosial seperti kebutuhan komunikasi dan interaksi dengan sesama manusia. Lalu kebutuhan normatif seperti kebutuhan akan peraturan dan keteraturan, sadar wajib dan kewajiban, yang justru merupakan ciri khas yang manusiawi. Untuk memenuhi kebutuhan ini ia memerlukan bantuan. Ia tidak dapat mencapai sendiri, setidak-tidaknya diawal masa hidupnya,
Manusia dilahirkan dalam lingkungan manusiawi, kita bersyukur bahwa manusia dilahirkan dalam lingkungan yang manusiawi. Ia dilahirkan dalam lingkungan manusiawi yang bertanggungjawab, yang berperasaan, bermoral, dan bersosial. keadaan anak manusia yang perlu itu menggugah dan mengundang kasih sayang bagi orang dewasa khususnya kedua orang tua. Orang tua dengan anak dengan masing-masing karakteristiknya dari kedua pihak ini saling mengisi, sehingga keduanya bersifat saling melengkapi. Ketergantungan anak diimbangi dengan kesediaan orang tua dan guru untuk membimbingnya. Ketidaktahuan anak akan segala sesuatu diimbangi orang tua dan guru dengan mengajar dan mendidiknya. Ketidakterampilan anak dalam melakukan hal-hal yang harus dilakukannya diimbangi orang tua, dan guru dengan melatih dan membiasakannya. Kelemahan anak diimbangi dengan kasih sayang orang tua dan guru yang memang dirasakan suatu keperluan untuk kehidupannya.
Proses saling mengisi dan saling mengimbangi ini tidak dirasakan sebagai sesuatu yang sulit dan rumit. Anak merasa dirinya satu dengan orang tua, dengan lingkungannya sehingga wajarlah bila kekurangannya diisi oleh orang tua. Seperti dikemukakan, pemutusan tali ari-ari tidak sekaligus merupakan pembelaan atau pemisahan dunia anak dengan ibunya. Pada pihak anak terdapat suatu kepercayaan dan rasa kewajaran bila sifat perlu bantuannya dipenuhi oleh orang tuanya dan guru disekolah. Di lain pihak pada orang tua, dan guru terdapat rasa tanggung jawab, kasih sayang dan kepercayaan   untuk memberikan bantuan dalam rangka memungkinkan kelangsungan hidupnya, karena anak itu adalah anaknya. Segala pemberian bantuan itu tidak dirasakannya berat, malahan menyenangkan karena hal itu dipandang sebagai tugasnya dan malahan sebagai kebutuhannya. Maka terjadilah kasih sayang yang timbal balik antara kedua pihak itu yang selanjutnya kemungkinan melahirkan lahirnya saling memahami antara keduanya.
Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan dirinya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Pendidikan mengenalkan manusia pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, melalui pendidikan manusia dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya. Potensi inilah yang perlu dipahami oleh pihak luar khususnya orang tua sebagian pendidik sehingga potensi tersebut dapat berkembang secara optimal.
Keadaan memerlukan bantuan dengan demikian tidak merupakan suatu beban bagi kedua pihak, melainkan justru dirasakan merupakan suatu karunia yang mengikat dan memperdalam hubungan kedua pihak sehingga pelepasan dan pemisahannya kelak berjalan dengan lancar. Keadaan perlu bantuan dari si anak mengukuhkan kedudukan orang tua dan sebaliknya kesediaan dan ketulusan orang tua untuk membimbing dan memberikan bantuan kepadanya yang berupa pendidikan dan perawatan yang memungkinkan anak hidup sebagai anak yang sedang mempersiapkan diri untuk meraih kedewasaannya kelak.

2.4    Manusia Makhluk yang Dapat Mendidik dan Dididik

Nietzse menyatakan manusia sebagai hewan yang belum selesai. Artinya dalam mengarungi kehidupannya manusia mengemban tugas untuk menyelesaikan diri dengan tujuan untuk meningkatkan diri. Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri. ”Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, demikian kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan ”animal Educandum”  atau hewan yang perlu dididik dan mendidik diri (M.J.Langeveld, 1980). Rumusan ini mencakup pandangan bahwa manusia itu adalah “hewan” yang dididik. Sebab sebagaimana dikatakan manusia itu perlu dididik, apabila tidak dilandasi anggapan, bahwa manusia dapat dididik. N. Drijakarya S.J. (1986) menyatakan bahwa manusia mempunyai atau berupa dinamika (manusia sebagai dinamika), artinya manusia tidak pernah berhenti selalu dalam keaktifan, baik dalam aspek fiisiologik maupun spiritualnya. Dinamika mempunyai arah horizontal (ke arah sesama dan dunia) maupun ke arah transedental (ke arah Yang Mutlak). Karena itu dinamika manusia mengimplikasikan bahwa ia akan dapat dididik.
 Manusia (anak didik) hakikatnya adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik di mana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, maka sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
Ada 4 prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu:
1. Prinsip Potensialitas
2. Prinsip Dinamika
3. Prinsip Individualitas
4. Prinsip Sosialitas

2.5    Manusia Harus Mendidik dan Dididik

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dengan makhluk-makhluk lain yang ada di dunia ini. Manusia terdiri dari unsur jiwa dan raga yang diciptakan oleh Tuhan dengan segala potensi yang ada di dalam diri manusia itu sendiri. Potensi-potensi ini dapat berkembang melalui pengaruh-pengaruh dari luar. Perkembangan potensi manusia dapat mengarah ke hal yang buruk dan hal yang lebih baik. Oleh karena itu, maka manusia harus dididik untuk mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut agar berkembang ke arah kesempurnaan serta mencegah atau mengendalikan kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan yang mengarah keburukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk terbaik dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Namun apabila manusia tidak bisa mengembangkan potensinya tersebut bisa saja manusia menjadi lebih rendah dari makhluk lain, seperti hewan misalnya.
William Stern (1871 – 1938) seorang filsuf Jerman menyatakan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh hasil perpaduan antara faktor bakat/pembawaan dan faktor alam sekitarnya. Faktor pembawaan atau potensi yang dibawa sejak lahir dapat berkembang apabila diberi rangsangan dari luar yang berupa pendidikan.
Emmanuel Kant juga mengatakan bahwa Manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan. Sehingga apabila manusia itu tidak dididik, maka tidak akan menjadi manusia yang sebenarnya. Pendidikan dapat mengembangkan semua potensi yang ada pada diri manusia, baik perkembangan cipta, rasa, karsa, keterampilan, jasmani dan rohani untuk menuju kedewasaannya.
Secara fisik manusia terus tumbuh, secara mental manusia terus berkembang, mengalami kematangan dan perubahan. Semua itu adalah bagian dari potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai ciptaan pilihan. Tugas pendidikan dalam pengembangan potensi manusia adalah dalam upaya menjaga dan mengerahkan fitrah atau potensi tersebut menuju kebaikan dan kesempurnaan. Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) ini dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui institusi-institusi. Belajar yang dimaksud tidak harus melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat dilakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga maupun masyarakat ataupun melalui institusi sosial yang ada. Kesimpulannya adalah manusia bisa mengembangkan seluruh potensinya melalui pendidikan, baik itu pendidikan formal, informal maupun pendidikan nonformal.
Dilihat dari dasar biologis manusia harus mendidik dan dididik karena pada dasarnya manusia dilahirkan tidak berdaya. Berbeda halnya dengan hewan yang mampu berjalan sendiri setelah beberapa menit dilahirkan oleh ibunya dan tanpa dididik. Tetapi manusia tidak dapat seperti itu. Manusia yang baru lahir tidak dapat langsung bangun dan berjalan sendiri seperti hewan. Oleh sebab itu, manusia memerlukan pendidikan (dididik) agar mampu bertahan hidup menjalani proses kehidupan.


2.6    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia dan Aliran – Aliran Pendidikan
A.          Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Para ahli (Ahli ilmu jiwa, ahli pendidikan, ahli sosiologi, ahli kriminologi, dan lain-lain) banyak mempersoalkan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan seseorang. Dalam hal ini, Para ahli meneliti bagaimana perkembangan manusia itu sebenarnya. Oleh karena itu, para ahli telah meneliti perkembangan manusia mulai dari bayi sampai tua. Sehingga ditemukan faktor-faktor yang dapat memengaruhi perkembangan manusia, yaitu:

1.      Faktor Turunan (Aliran Nativisme)
          Turunan memiliki peranan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Ia lahir ke dunia dengan membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua orang tuanya atau nenek dan kakeknya. Warisan itu yang terpenting antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak, dan penyakit. Tokoh terkemuka dari aliran ini adalah Schopenhauer, Plato, Descartes, dan lain-lain.
          Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak dengan pembawaan gemuk seperti ibunya. Bila anak yang memiliki tubuh gemuk seperti ini, bagaimanapun susah hidupnya nanti, dia sukar menjadi kurus, sebaliknya sedikit saja ia makan maka ia akan mudah menjadi gemuk. Demikian juga dengan rambut keriting, bagaimanapun ia berusaha meluruskannya akhirnya kembali keriting. Manshur Ali Rajab menyebutkan bahwa ada lima macam warisan yang diwariskan orang tua kepada anaknya, yaitu:
                                                             a)         Pewarisan yang bersifat jasmaniyah, seperti warna kulit, bentuk tubuh yang jangkung atau cebol, sifat rambut, dan sebagainya
                                                             b)         Pewarisan yang bersifat intelektual, seperti kecerdasan dan kebodohan
                                                             c)         Pewarisan yang bersifat tingkahlaku, seperti lemah lembut atau keras kepala, taat atau durhaka, dan lain-lain
                                                             d)         Pewarisan yang bersifat alamiah, yaitu pewarisan internal yang dibawa sejak kelahiran anak tanpa pengaruh dari faktor eksternal
                                                             e)         Pewarisan yang bersifat sosiologis, yaitu pewarisan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.

2.      Faktor Lingkungan (Aliran Empirisme)           

          Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya.
          Lingkungan akan membentuk pribadi anak. Jika anak tersebut berada dalam lingkungan yang baik, maka akan baik pula pribadinya, dan sebaliknya. Demikian juga dengan pola tingkah lakunya. Seorang anak yang berada di daerah laut cenderung bersifat keras. Berbeda dengan anak yang lahir di daerah pegunungan. Anak tersebut akan cenderung bersifat lemah lembut. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung kepada lingkungan anak itu serta jasmani dan rohaninya. Adapun faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi perkembangan anak adalah:
a.       Keluarga
                   Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama keadaan ekonomi keluarga serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan anak. Sementara pendidikan orang tua juga berpengaruh besar terhadap rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
b.      Sekolah
                   Sekolah merupakan salah satu factor yang dapat memengaruhi perkembangan anak. Lingkungan sekolah yang baik dan berkualitas akan membuat anak menjadi pribadi yang berkualitas juga. Selain itu, sikap teman-temannya di sekolah juga dapat memengaruhi perkembangan anak. Jika seorang anak diperlakukan secara tidak baik oleh teman-temannya, maka anak itu akan tumbuh menjadi pribadi yang penakut dan minder. Begitu juga sebaliknya, jika anak tersebut diperlakukan dengan baik, maka pribadi anak tersebut akan menjadi pribadi yang mudah berinteraksi.
c.       Masyarakat
                   Masyarakat juga menjadi faktor penentu perkembangan pribadi anak. Masyarakat adalah tempat anak bergaul dan berinteraksi dengan banyak orang. Seorang anak yang tinggal di lingkungan yang tidak baik akan menjadikan anak tersebut berbuat yang tidak baik pula. Sebaliknya, jika anak tersebut hidup di lingkungan orang-orang yang baik, maka anak tersebut akan menjadi anak yang baik. Masyarakat yang beragama dengan tekun akan menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang saleh dan salehah. Sebaliknya, jika masyarakat yang tidak begitu peduli dengan agama akan menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang kurang pengetahuannya akan agama serta mereka tidak akan mengamalkan ajaran-ajaran agama.
d.      Keadaan Alam Sekitar
                   Keadaan alam sekitar tempat anak tinggal juga berpengaruh kepada pribadi anak. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak tinggal, di desa atau di kota, di tepi pantai atau di pegunungan, desa terpencil atau dekat kota. Sebagai contoh, anak desa lebih suka terhadap keadaan yang tenang atau agak sepi, sedangkan anak kota menginginkan keadaan yang ramai. Keadaan alam yang berbeda akan memengaruhi perkembangan anak.
      Adapun Sartain mengatakan bahwa lingkungan itu meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu memengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan, perkembangan atau life processes, kecuali gen-gen dapat pula dipandang sebagai penyiapan lingkungan bagi gen yang lain. Sartain membagi lingkungan menjadi tiga bagian, yaitu:

·         Lingkungan alam/luar (external or physical environment)
            Yang dimaksud lingkungan alam atau luar adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan, dan sebagainya.
·         Lingkungan dalam (internal environment)
            Yang dimaksud dengan lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang termasuk lingkungan alam/luar. Akan tetapi, makanan yang sudah masuk ke dalam perut dikatakan berada di antara eksternal dan internal environment kita. Karena makanan yang sudah dalam perut itu sudah atau sedang dalam pencernaan dan peresapan ke dalam pembuluh darah. Air dan makanan yang telah berada di dalam pembuluh darah atau cairan limpa, mereka memengaruhi tiap-tiap sel dalam tubuh, dan benar-benar masuk ke dalam lingkungan dalam.
·         Lingkungan sosial/masyarakat (social environtment)
            Yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah semua orang yang memengaruhi perkembangan anak. Pengaruh sosial itu ada yang diterima secara langsung, ada pula yang tidak langsung. Yang diterima secara langsung contohnya melalui pergaulan sehari-hari dengan masyarakat, sedangkan yang tidak diterima secara langsung contohnya melalui televisi, radio, buku-buku, majalah dan lain-lain. Orang-orang yang berpendapat bahwa perkembangan hanya dipengaruhi oleh lingkungan digolongkan ke dalam Aliran Empirisme. Dengan demikian, lingkungan sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan anak. Secara praktik, maka lingkungan adalah lembaga pendidikan bagi perkembangan anak. 

3.      Faktor Turunan dan Lingkungan (Aliran Konvergensi)

Aliran Konvergensi yang mengemukakan pendapat yang ketiga ini. Menurut mereka, tidak hanya pembawaan yang dapat memengaruhi perkembangan anak, tetapi juga lingkungan. Nampaknya, golongan ini muncul karena melihat golongan-golongan sebelumnya (Nativisme dan Empirisme) saling bertentangan. Maka aliran Konvergensi pun meneliti apa-apa saja yang dapat memengaruhi anak. Sehingga mereka berpendapat bahwa faktor turunan dan pembawaanlah yang dapat memengaruhi perkembangan anak. Aliran Konvergensi melihat kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam realita kehidupan dan relevansinya dengan kehidupan ketika mereka lihat pendapat-pendapat kedua aliran di atas. Di antara kelemahan itu adalah:
                                             1)         Untuk pendapat Nativisme, betapa banyak anak yang lahir dari seorang ahli musik, tetapi tidak menjadi pemusik seperti ayahnya.
                                             2)         Untuk pendapat Empirisme, mengapa masih terdapat anak yang gagal dalam belajar sekolah, padahal segala fasilitasnya telah tersedia, petunjuk dan bimbingan juga selalu diberikan oleh guru dan orang tuanya.
Menurut Aliran Konvergensi, bakat saja tanpa adanya pengaruh lingkungan yang cocok dalam perkembangannya belum lah cukup sebagai penunjang, demikian pula dengan lingkungan yang baik tetapi tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki anak juga tidak akan mendatangkan hasil yang baik bagi perkembangan anak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa antara faktor bawaan dan lingkungan saling berhubungan dalam memengaruhi perkembangan anak.
Di dalam sumber lain, ada juga pendapat yang menambahkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan itu adalah proses pematangan, proses belajar, dan proses pembawaan. Juga ada pendapat yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan adalah faktor eksternal dan internal. Akan tetapi, pada dasarnya pendapat-pendapat ini telah masuk dalam pembahasan tiga faktor pokok di atas.

B.           Aliran-Aliran Pendidikan

1.      Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan
Menurut Tim dosen 2006, aliran-aliran klasik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Aliran Empirisme

Aliran ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia dalam perkembangannya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung (Joseph, 2006).
Jadi segala kecakapan dan pengetahuannya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.

b. Aliran Nativisme

     Teori ini merupakan kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan oleh pembawaannya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi jahat, jika pembawaannya baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang diinginkan dalam perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat, yakni lingkungan yang alami.

c. Aliran Konvergensi

   Faktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting, keduanya tidak dapat dipisahkan sebagaimana teori nativisme teori ini juga mengakui bahwa pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga meliputi pembawaan baik dan pembawaan buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan pembawaan tersebut.

d. Aliran Naturalisme

   Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan. Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan lingkungnya yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan anak ke arah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadap perkembangan anak. Tetapi jika pendidikan diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan lingkungan yang tidak dibuat-buat (alami) makan pendidikan yang dimaksud terakhir ini berpengaruh positif terhadap perkembangan anak.

2.      Aliran pendidikan modern di Indonesia

Menurut Mudyahardjo (2001: 142) macam-macam aliran pendidikan modern di Indonesia adalah sebagai berikut:

a.         Progresivisme

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Pendidikan Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak.

b.      Esensialisme

Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas. Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok.

c.          Rekonstruksionalisme

Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat
Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Kurikulum dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan.

d.      Perennialisme

         Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif.
         Tujuan pendidikan: diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan sejarah.

e.          Idealisme

Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia ide. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah ide. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Tujuan Pendidikan : agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Manusia sejak lahir telah dibekali dengan sejumlah potensi. Potensi diartikan sebagai kemampuan dasar yang dimiliki setiap manusia dan mampu untuk dikembangkan.
Manusia sebagai “animal educandum” mengandung makna bahwa manusia merupakan makhluk yang perlu dididik. Manusia merupakan makhluk yang perlu di didik, karena manusia pada saat dilahirkan kondisinya sangat tidak berdaya sama sekali. Mereka memerlukan bantuan. Bantuan yang diberikan itulah awal kegiatan pendidikan. Kemampuan-kemampuan mereka masih tersembunyi, masih merupakan potensi-potensi yang perlu dikembangkan. Di sinilah perlunya pendidikan dalam rangka mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut, sehingga menjadi kemampuan nyata. Dengan bekal berbagai potensi itulah manusia dipandang sebagai makhluk yang dapat di didik.

3.2    Saran

Manusia mempunyai potensi yang tidak dapat dimiliki makhluk lain yaitu akal. Oleh karena itu, kita harus terus belajar dan perlu pendidikan untuk mendewasakan diri. Karena tanpa pendidikan, manusia tidak dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Lalu sebagai calon guru, teruslah belajar bagaimana cara mendidik anak-anak, karena ditangan kita potensi mereka dapat berkembang.

DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh. (2014). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.
Alku. (2015). Persamaan dan Perbedaan Manusia Dengan Makhluk yang Lain.  [Online].Tersedia:https://www.google.co.id/amp/s/alkubrocollection.wordpress.com/2015/09/30/makalah-persamaan-dan-perbedaan-manusia-dengan-makhluk-yang-lain-amp/ . Diakses pada 04 Maret 2018.
Wahyono, Budi. (2016). Mengapa Manusia Harus dan Dapat Dididik Atau Mendidik.[Online].Tersedia:http://www.pendidikanekonomi.com/2016/11/mengapa-manusia-harus-dan-dapat-dididik.html. Diakses pada 04 Maret 2018.
Elnovria. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.[Online]. Tersedia:https://elnovria.wordpress.com/2012/07/11/faktor-faktor-yang memengaruhi-perkembangan-manusia/. Diakses 04 Maret 2018.
Rahayu, Fuji Enti. (2011). Aliran-aliran Pendidikan.[Online]. Tersedia: https://12entinfujirahayu.wordpress.com/2011/05/16/aliran-aliran-pendidikan/. Diakses pada 04 Maret 2018.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN