PENGANTAR BIMBINGAN DAN KONSELING
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling pada
semester genap tahun akademik 2017/2018
dengan dosen pengampu Dr. Isrok’atun, M.Pd.
Disusun oleh :
Gita Dian Nurisma (1701778 / 34)
Neng Lely Fitriyani (1701395 / 26)
Ruly Watipah Muharani (1701124 / 21)
Kelompok
1
PGSD 1A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS
SUMEDANG
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrohmanirrohim...
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, diiringi shalawat
serta salam kepada jungjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW. Karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami telah menyelesaikan salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling.
Harapan dengan tersusunnya tugas Pengantar Bimbingan dan Konseling ini akan dapat membantu kita untuk lebih mengetahui tentang Hakikat Manusia dan Perkembangan
Masyarakat.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas
ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna kebaikan di masa yang akan datang. Kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi teman-teman
seagama. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita, Amin.
Sumedang, 09 Februari 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ..........................................................................
B. Rumusan
Masalah......................................................................
C. Tujuan
Makalah.........................................................................
D. Manfaat Pembuatan Makalah...................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Pembangunan
dan Perkembangan..........................
B. Pembangunan dan Perkembangan Masyarakat Saat ini...........
C. Hakikat
Manusia dan Pengenbangannya..................................
D. Hakikat Manusia sebagai Mahkluk Sempurna ........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di era sekarang ini, kita telah merasakan
bahwa pembangunan dan perkembangan masyarakat semakin berkembang ke arah yang
lebih baik. Seluruh masyarakat di belahan dunia manapun, baik sedikit maupun
banyak pasti akan merasakan pembangunan dan perkembangannya. Pada hakikatnya,
sejak awal kemerdekaannya, bangsa kita telah mulai melaksanakan pembangunan dan
perkembangan masyarakat melalui usaha Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan
upaya Pengembangan Perikehidupan Bangsa dan Pembangunan Nasional di segala
bidang. Saat ini, kita telah memasuki zaman informasi, yaitu zaman yang
memungkinkan seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia dapat saling bertukar
informasi secara cepat dan mudah. Sehingga menyebabkan masyarakat di dunia
seakan-akan “ menjadi satu ” dan terciptalah era globalisasi. Hal ini dapat
dibuktikan dengan mudah serta cepatnya masyarakat mengetahui informasi mengenai
berita, budaya serta hal-hal yang aktual yang berasal dari belahan bumi
lainnya.
Dengan melihat dan
membandingkan keadaan yang terjadi di belahan bumi lain, memungkinkan adanya
suatu perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat tertentu. Perubahan-perubahan
tersebut dapat terjadi karena keinginan masyarakat yang selalu ingin
memperbaiki dirinya kearah yang lebih baik. Hal ini karena pada dasarnya
manusia selalu ingin terus memperbaiki dirinya hingga dapat setara dengan
masyarakat lainnya. Dampak dari pertukaran informasi yang terlalu besar
tersebut, dikhawatirkan era globalisasi ini dapat menyebabkan hilangnya
kebudayaan, nilai-nilai moral dan sosial yang telah ada sejak zaman dulu hingga
menimbulkan terjadinya malapetaka dan kesengsaraan apabila tidak dibarengi
dengan sikap dan kemampuan yang tepat dan memadai. Yaitu kemampuan
mengantisipasi, mengakomodasi, mereorientasi dan menganalisis masalah
(Makagiansar, 1990). Oleh karena itu, dalam makalah ini dibahas mengenai
bagaimana pembangunan dan perkembangan masyarakat di zaman ini, pengaruh atau
dampak yang muncul akibat perubahan-perubahan tersebut serta bagaimana seharusnya
tindakan masyarakat dalam menyikapi arus perubahan tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa rumusan masalah
dari makalah ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pembangunan dan perkembangan?
2. Bagaimana pembangunan dan perkembangan masyarakat saat ini?
3. Bagaimana hakikat manusia dan perkembangannya?
4. Bagaimana hakikat manusia sebagai makhluk sempurna?
C.
Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini antara lain adalah untuk mengetahui, memahami
serta membahas tentang :
1. Pengertian mengenai
pembangunan dan perkembagan
2. Pembangunan dan
perkembangan masyarakat saat ini
3. Hakikat manusia
dan pengembangannya
4. Hakikat manusia
sebagai makhluk sempurna
D.
Manfaat
Adapun manfaat yang bisa
didapat dari isi makalah ini baik untuk pembaca maupun penyusun yaitu
diantaranya sebagai berikut:
1.
Pelajar
Dapat dijadikan sebagai
sumber referensi yang dapat memberikan gambaran kepada pelajar akan pentingnya
mengetahui perubahan-perubahan masyarakat sebagai bekal untuk kehidupan
mendatang dan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan mengingat betapa
pentingnya peran para pelajar dalam menghadapi era globalisasi.
2.
Sekolah
Dapat menambah sumber
referensi ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi Sekolah.
3.
Masyarakat Luas
Sebagai referensi bagi
masyarakat pada umumnya untuk memahami akan perubahan-perubahan yang terus
terjadi sehingga dapat terus berhati-hati agar menghadapi perubahan-perubahan
yang datang tersebut dengan tindakan yang tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembangunan dan Perkembangan
Pembangunan
adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek
kehidupan masyarakat. (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Sedangkan
menurut Portes (1976) mendefenisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi,
sosial dan budaya.
Perkembangan (Development)
merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh setiap individu, perkembangan
ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan
seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta
sistematis di dalam diri manusia. Menurut Akhmad Sudrajat (2008) memberikan
definisi bahwa “Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis,
progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir
hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan-perubahan
yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembangunan adalah
semua proses perubahan yang dilakukan melalui usaha-usaha yang secara sadar dan
terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara
alami sebagai dampak dari adanya pembangunan.
B.
Pembangunan dan Perkembangan
Masyarakat Saat Ini
1. Awal mula terjadinya Pembangunan
dan Perkembangan masyarakat di Indonesia
Sejak awal
kemerdekaannya, Pembangunan dan Perkembangan masyarakat Indonesia telah dimulai
pada saat bangsa dan Pemerintah Indonesia bertekad untuk menyelenggarakan
perjuangan pembangunan menuju bangsa yang cerdas, maju, adil dan makmur, baik
spiritual maupun materiil. Tekad itu terwujud dalam
upaya pengembangan perikehidupan bangsa dan pembangunan Nasional di segala
bidang yang
berkesinambungan dan terus meningkat. Bangsa kita ingin mengejar ketertinggalan
yang amat parah akibat dari penjajahan yang sangat panjang. Pada saat itu, kita
ingin segera menyejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Oleh
karena itu, pada tahun 1970- an diterapkanlah suatu upaya
“Akselerasi-modernisasi”. Upaya tersebut
mempunyai arti yaitu upaya untuk mempercepat suatu proses transformasi dari
keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih maju atau
meningkat. Upaya tersebut diwujudkan dalam rencana pembangunan lima tahunan
(Repelita) pada saat masa Pemerintahan Soeharto. Namun, upaya pembangunan
tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Karena adanya berbagai kendala
yang sering kali memberikan tantangan yang lebih besar lagi untuk kita
hadapi.
2. Perbandingan Proses
Pembangunan yang dilakukan oleh Bangsa-bangsa yang telah Maju dengan Bangsa-bangsa
yang Masih Berkembang. Proses pembangunan bangsa- bangsa yang telah
maju dapat berjalan jauh lebih cepat dan lebih baik dibandingkan proses
pembangunan bangsa-bangsa yang masih berkembang. Hal ini dapat terjadi karena bangsa-bangsa
yang sekarang sebagai bangsa maju seperti Amerika Serikat dan bangsa-bangsa
Eropa Barat melakukan upaya pembangunan sudah sejak lama yaitu sekitar abad ke
18-19. Pada waktu itu, penduduk mereka masih kecil jumlahnya. Namun, banyak
diantara bangsa-bangsa tersebut yang mengerahkan hasil-hasil alam maupun kekayaannya
dari tanah jajahan untuk membangun tanah air mereka sendiri. Selain itu,
persaingan antarbangsa belum sekuat dan sekompleks sekarang. Bahkan, persaingan
tersebut dapat dengan mudah mereka atasi dengan melalui cara sederhana yaitu dengan
cara membagi-bagi tanah jajahan sesuka hati mereka. Oleh karena itu, mereka
dapat membangun negaranya dengan tenang sampai pada keadaannya sekarang sebagai
negara maju.
Sedangkan
proses pembangunan negara berkembang pada umumnya bertolak belakang dengan
proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa yang maju. Bangsa-bangsa
yang masih berkembang terlambat dalam melakukan upaya pembangunan. Sehingga
sulit untuk mengejar ketertinggalannya dari bangsa- bangsa yang telah maju.
Selain itu, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan persaingan antarbangsa
yang semakin ketat turut menghambat lajunya pembangunan bangsa-bangsa yang
masih berkembang.
3. Dampak
dari Adanya Negara Maju dan Negara Berkembang terhadap Perkembangan Dunia
secara Menyeluruh serta Tindakan yang Tepat dalam Menyikapi Era Globalisasi. Dalam
tatanan dunia sekarang ini, negara maju menjadi penentu (dalam berbagai hal)
bagi perkembangan dunia secara menyeluruh. Disisi lain, negara yang sedang
berkembang justru dalam banyak hal menjadi bergantung pada bangsa-bangsa maju.
Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat dunia saat ini sedang memasuki
zaman informasi, yaitu zaman yang memungkinkan seluruh masyarakat di berbagai
belahan dunia dapat saling bertukar informasi secara cepat dan mudah. Sehingga
masyarakat dunia seakan-akan “menjadi
satu” dan terciptalah era globalisasi. Globalisasi berarti keadaan yang
menyangkut segenap bagian dunia secara menyeluruh. Dalam suasana globalisasi,
seluruh bagian dunia seolah-olah tidak saling terpisahkan lagi. Bagian dunia
yang satu saling berkaitan dengan bagian dunia lainnya. Apa yang terjadi di
salah satu bagian dunia dapat diketahui dengan nyata atau bahkan mempengaruhi
bagian dunia lainnya.
Berpuluh-puluh tahun yang lalu, untuk
berbicara dengan seseorang yang berlainan tempat diperlukan waktu yang cukup lama untuk menemuinya.
Sedangkan sekarang orang-orang hanya cukup memutar tombol dan dalam beberapa
detik saja sudah dapat berhubungan dengan orang yang dituju. Dengan cepatnya
hubungan itu, maka kejadian-kejadian di suatu tempat dapat dilaporkan dan ditanggapi
dengan segera dan dapat mempengaruhi tempat-tempat lain dengan segera pula.
Oleh karena adanya teknologi yang semakin canggih menyebabkan dunia penuh
dengan informasi dari segala macam jenis, untuk segala macam keperluan dan
sasaran, melalui segala macam cara dan saluran. Dampak yang ditimbulkannya pun
dapat sangat meluas tanpa pandang bulu, menyangkut segala aspek kehidupan
manusia. Dengan semangat globalisasi yang meningkat melalui arus informasi yang
semakin menggebu, ditunjang pula oleh kemajuan teknologi yang semakin canggih,
seluruh bagian dunia sampai ke bagian paling jauh sekalipun dapat terjangkau
oleh informasi.
Dalam
menghadapi perubahan masa depan yang tidak dapat dihindari tersebut, terdapat dua sikap yang dimunculkan
oleh seseorang. Yaitu sikap pesimistik dan optimistik. Mereka yang pesimistis
berpandangan bahwa globalisasi dapat mengganggu hingga merusak keseimbangan
masyarakat. Biasanya mereka menghadapi masa depan yang penuh dengan tuntutan
dan perubahan tersebut ditantang untuk mempertahankan nilai-nilai moral dan
sosial serta tatanan kehidupan lama yang mereka rasakan sebagai sesuatu yang
telah mapan dan menyenangkan (membahagiakan). Sedangkan mereka yang
berpandangan optimistik, justru melihat bahwa di dalam era globalisasi itu
terdapat banyak kesempatan untuk mengadakan perubahan-perubahan, perbaikan dan
peningkatan terhadap segala sesuatu yang selama ini dirasakan kurang
berkembang. Sehingga dalam menghadapinya,
mereka ditantang untuk mampu mengisi kesempatan-kesempatan yang terbuka
pada era globalisasi tersebut.
Selain
itu, terdapat dampak nyata dari modernisasi dalam era globalisasi yaitu peningkatan
kebutuhan dan keinginan-keinginan masyarakat, baik dalam jenis maupun dalam
intensitasnya. Keinginan yang semakin meningkat sebenarnya adalah suatu hal
yang wajar dan baik asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral dan
sosial yang diterima oleh masyarakat serta sesuai dengan kemampuan individu
atau kelompok yang bersangkutan dan peraturan yang berlaku. Namun, disisi lain
keinginan yang terus meningkat tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan akibat-akibat
yang tidak enak bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan yang seimbang dengan
tuntutan keinginan yang semakin meningkat itu. Mereka yang kurang beruntung
tersebut akan menghadapi berbagai kesulitan yang dapat bermuara pada frustasi
ataupun rasa keterasingan.
Tindakan
yang tepat dalam menghadapi era globalisasi ini yaitu hendaknya masyarakat dapat mempertahankan diri dalam
menghadapi gelombang perubahan tersebut. Selain itu, unsur-unsur yang terdapat
dalam era globalisasi itu dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan lagi
pengembangan masyarakat beserta seluruh warganya. Era globalisasi hendaknya
menjadi pemicu bagi pengembangan manusia seutuhnya. Namun, semua harapan
tersebut tidak akan terwujud dengan sendirinya, kecuali melalui kerja keras
dari semua pihak. Khususnya warga masyarakat yang secara langsung terkena oleh
arus perubahan itu. Mereka harus belajar dan menyiapkan diri sendiri untuk
menghadapi era baru itu dengan sikap dan kemampuan yang tepat dan memadai,
yaitu kemampuan mengantisipasi, mengakomodasi, mereorientasi dan menangani
masalah (Makagiansar, 1990).
C.
Hakikat Manusia
dan Pengembangan
Pada dasarnya manusia memiliki ciri khas tersendiri
secara prinsipil berbeda dengan hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya
dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu (integrated)
yang disebut dengan hakikat manusia. Pengertian hakikat manusia menurut Plato
adalah “Makhluk yang memiliki 3 unsur yaitu roh,
nafsu dan rasio, dimana roh merupakan simbol kebaikan, nafsu sebagai
simbol keburukan dan penggunaan kedua unsur tersebut kemudian dikontrol dan
dikendalikan oleh rasio atau akal”. Sedangkan menurut M.J. Langeveld :1955 adalah “Makhluk yang memiliki
sifat sosial, individualitas, dan moralitas, yang mana
sifat tersebut menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang
sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap orang dan
kelompoknya.Dengan keberadaan sifat itu pula maka setiap manusia akan saling
membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi dan juga
selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya,
dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan
kepribadiannya”.
Jadi dapat disimpulkan hakikat manusia diartikan
sebagai ciri-ciri karakteristik yang mempunyai 3 unsur yaitu roh, nafsu, dan
rasioal. Unsur tersebut mempunyai fungsi tersendiri yang saling membutuhkan,
saling membantu, dan saling melengkapi. Dengan saling berhubungannya fungsi
tersebut maka manusia akan mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan yaitu
menjadi manusia seutuhnya, tetapi jika manusia tidak menyelaraskan unsur yang
ada pada dirinya maka tujuannya tidak akan tercapai pertumbuhan dan
perkembangan kepribadiannya pun tidak akan berhasil.
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Secara prinsipil (bukan
hanya gradual) sifat hakikat manusia befungsi untuk membedakan manusia dengan
hewan meskipun antara keduanya banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi
biologisnya.
Seperti dilihat
dari bentuknya manusia dengan orang hutan sama-sama memiliki tulang belakang,
berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui
anaknya. Bahkan beberapa filosofi seperti Socrates menamakan manusia itu Zoon Politicon (hewan yang
bermasyarakat), Max Scheller menggambarkanmanusia sebagai Das Kranke Tier
(hewan yang sakit) (Drijarkara, 1962: 138) yang selalu gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan
pernyataan pendapat tersebut hanya melihat dari satu sisi saja. Upaya yang dilakukan manusia untuk mendapatkan
keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah ditemukan. Charles
Darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang untuk membuktikan bahwa manusia
berasal dari hewan, tetapi ternyata gagal. Ada misteri yang dianggap
menjembatani prose perubahan dari primat ke manusia yang tidak sanggup untuk
diungkapkan yang disebut The Missing Link
yaitu suatu mata rantai yang putus.
Sifat hakikat manusia secara haqiqi hanya dimiliki oleh
manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus
dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki,
mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati.
Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih
halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan
kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan.
2. Wujud Sifat
Hakikat Manusia
Pemahaman
eksistensialisme memaparkan wujud hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh
hewan) dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan,
diantaranya:
a. Kemampuan
Menyadari Diri
Kaum Rasionalis
menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada kemmpuan menyadari diri yang
dimiliki oleh manusia. Dengan adanya kemampuan menyadari diri tersebut manusia
bisa membedakan dirinya dengan orang lain dari ciri karakteristik yang terlihat
oleh fisik atau pun yang dirasakan oleh alat indra lainnya. Tidak hanya dengan
orang lain kemampuan menyadari diri juga bisa membuat jarak (distansi) antara
manusia dengan lingkungannya, baik yang berupa pribadi maupun nonpribadi atau benda.
Orang lain merupakan pribadi-pribadi di sekitar, adapun pohon, cuaca, batu dan
sebagainya merupakan lingkungan nonpribadi.
b. Kemampuan Bereksistensi
Dengan membuat
jarak antara manusia dengan objek lainnya, berarti adanya batas yang dimiliki
oleh diri manusia. Berarti manusia itu dapat menerobos atau menembus dalam
menghadapi batas-batas yang ada. Kemampuan ini bukan hanya berkaitan dengan
ruang, melainkan juga dengan waktu. Dengan demikian manusia tidak terbelunggu
oleh tempat atau waktu sekarang saja tetapi bisa menerobos ke “sana” atau ke
“masa depan” yang akan dicapainya. Kemampuan bereksistensi inilah yang
membedakan antara manusia dengan hewan dan kemampuan ini juga berhubungan
dengan daya imajinasi kreatif harus dikembangkan oleh pendidikan.
c. Kata Hati (Conscience of Man)
Kemampuan kata
hati berfungsi membuat keputusan dan menentukan tentang yang baik/benar atau
yang buruk atau salah bagi manusia. Dalam berkaitan dengan moral (perbuatan),
kata hati dapat menentukan petunjuk bagi manusia. Tidak semua kata hati itu
menuju ke arah yang benar atau kata hati tumpul tetapi kata hati juga bisa
menuju kearah yang benar atau mata hatiyang tajam, usaha ini harus dilatih
dengan pendidikan kata hati (gewetan forming). Merealisasikannya usaha ini
dengan cara melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosial yang ada pada diri
manusia.
d. Moral
Jika kata hati
diartikan sebagai pengertian yang menyertai perbuatan, maka moral (etika)
berkaitan dengan perbuatan itu sendiri. Hubungan kata hati dan moral sangat
menentukan keberhasilan manusia, ketika kata hati baik tetapi tidak cukup moral
maka lazim disebut tidak bermoral. Etika bisaanya dibedakan dari etiket. Jika
moral (etika) menunjukan kepada perbuatanyang baik atau yang buruk, maka etiket
berhubungan dengan sopan santun. Karena moral berkaitan erat dengan kata hati
dan hal yang harus diwaspadai sekarang
kebanyakan etiketnya tinggi (bersopan santun) namun moralnya rendah,
maka pendidikan bermaksud
menumbuhkankembangkan etiket dan etika yang baik kepada peserta didik.
e. Tanggung jawab
Kesediaan seseorang dalam perilakunya harus dipertanggungjawabkan baik
kepada diri sendiri, masyarakat ataupun kepada Tuhan. Tanggung jawab kepada
diri sendiri bisa mengakibatkan penyesalan yang mendalam karena tuntutan hati.
Tanggung jawab kepada masyarakat dengan menuruti norma-norma yang berlaku dan
jika melanggar akan dikenakan sanksi atau cemoohan dari masyarakat. Bertanggung
jawab kepada Tuhan berarti berani menanggung perasaan berdosa atas apa yang
dilakukannya.
Dengan gambaran tersebut tampak jelas bahwa kata hati, moral dan tanggung
jawab mempunyai hubungan yang erat. Kata hati memberikan pedoman kepada
manusia. Moral artinya melakukan perbuatan yang sesuai dengan kata hati dan
tanggung jawab berarti menerima konsekuensi atas apa yang telah dilakukannya.
f. Rasa Kebebasan
Dalam rasa kebebasan disini bukan berarti kita memiliki kebebasan
sebebas-bebasnya. Melainkan kebebasan tersebut harus sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di lingkungan sekitarnya dan sesuai dengan tuntunan kodrat manusia.
Jika kita menuruti kata hati dan bermoral salah maka kebebasan tersebut dapat
mengakibatkan rasa penyesalan yang harus dipertanggungjawabkan.
g. Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi
dari manusia sebagai makhluk sosial. Kewajiban dan hak tersebut tidak bisa
dipisahkan bahkan menjadi sebuah pedoman bagi manusia untuk mencapai
kesejahteraan dan kedisiplinan. Kemampuan menghayati kewajiban dan hak tersebut
tidaklah hadir dengan sendirinya, tetapi bertumbuh melalui sebuah proses
pendidikan disiplin.
h. Kemampuan menghayati keadaan
Kebahagiaan tidak terletak pada keadaan sendiri secara faktual ataupun pada
rangkaian proses, tetapi diakibatkan pada kesanggupan menghayati semuanya itu
dengan keheningan jiwa dan mendudukkan
hal-hal tersebut didalam rangkaian atau ikatan tiga hal. Yaitu usaha,
norma-norma dan takdir.
D.
Hakikat Manusia
Sebagai Makhluk Sempurna
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang
paling indah dan yang paling tinggi derajatnya. Manusia di alam
dunia ini memegang peranan yang unik dan dapat dipandang dari berbagai segi.
Dalam ilmu kimia, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel
atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia. Dalam
ilmu fisika, manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling
terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi. Dalam ilmu biologi,
manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan mamalia. Dalam
ilmu ekonomi, manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau
selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus. Dalam
ilmu sosiologi, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri
sendiri. Dalam ilmu politik, manusia yang selalu ingin mempunyai kekuasaan.
Dalam ilmu filsafat, makhluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus.
Oleh karena itu manusia memiliki hakikat sebagai makhluk
yang sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, karena manusia
dilengkapi oleh akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat di dalam jiwa
manusia. Dengan akal, manusia dapat menemukan ilmu pengetahuan dan menciptakan
teknologi serta kemajuan yang ada di dunia. Manusia juga bisa berkehendak dalam
menentukan mana yang baik dan buruk.
Keindahan yang ada dalam manusia berasal dari diri
manusia itu sendiri. Diri manusia memang indah, baik fisiknya, maupun
dasar-dasar mental dan kemampuannya. Dalam
diri manusia terdapat rasa atau perasaan yang terbagi menjadi dua macam, yaitu
perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan indrawi merupakan rangsangan
yang diterima melalui panca indera manusia. Sedangkan perasaan rohani adalah
perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia misalnya, perasaan intelektual,
perasaan estetis, perasaan etis, perasaan diri, perasaan sosial, dan perasaan
religius. Maka dari itu, manusia dikatakan sebagai makhluk ciptaan yang paling
sempurna, karna manusia diciptakan kompleks, semua yang dimiliki maupun tidak
dimiliki makhluk lain ada pada manusia.
Jika kita lihat keadaan fisik manusia, mau
seburuk-buruknya keadaan fisik manusia masih jauh lebih baik atau lebih indah
daripada keadaan seekor binatang yang paling cantik sekalipun. “Indah” disini
dimaksudkan bukan semata-mata dilihat dari segi bentuk atau penampilannya,
tetapi dari segi maknanya.
Manusia dan binatang sama-sama memiliki
anggota tubuh yang memiliki fungsinya masing-masing, seperti mata untuk melihat,
hidung untuk mencium, telinga untuk mendengar, kaki untuk berjalan, tangan
untuk meraba, dll. Namun, dibalik semua yang ada pada diri manusia memiliki
fungsi yang luas dibandingkan dengan apa yang ada pada binatang yang memiliki
fungsi yang terbatas dan kaku. Manusia dapat menciptakan tempat tinggal,
pakaian, kendaraan, peralatan, makanan yang enak, lalu lingkungan yang nyaman,
damai dan membahagiakan. Sedangkan binatang tidak dapat merubah (dengan
sengaja) dirinya sendiri dan lingkungannya.
Predikat “paling tinggi” artinya tidak ada makhluk lain yang dapat
mengatasi dan mengalahkan manusia. Manusialah yang justru diberi kemungkinan
untuk mampu mengatasi dan menguasai makhluk lain. Ajaran agama menyebutkan
bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi.
Hakikat manusia yang paling indah dan paling
tinggi mendorong manusia untuk terus maju dan berinovasi sehingga membuat
semakin berkembang dari zaman ke zaman. Keberadaan manusia dengan predikat yang paling
indah dan derajat paling tinggi tidak selamanya membawa manusia dalam menjalani
kehidupannya dengan kesenangan dan kebahagiaan, namun ada juga malapetaka dan
kesedihan yang mengiringi kehidupan manusia dan bisa jadi tidak dapat dihindari
apabila manusia itu tidak awas dan berhati-hati dalam mengelola perjalanan
hidupnya.
Karena manusia sudah dikaruniai kemampuan
dengan derajat yang paling tinggi, maka kesenangan dan kebahagiaan atau
malapetaka dan kesedihan itu ada di tangan manusia sendiri. Manusialah yang
menentukan nasibnya sendiri, baik itu kesenangan dan kebahagiaan atau
malapetaka dan kesedihan. Dalam kaitan itu, manusia pulalah yang menentukan
dirinya agar berkehidupan yang menyenangkan dan membahagiakan.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembangunan adalah semua proses perubahan yang
dilakukan melalui usaha-usaha yang secara sadar dan terencana. Sedangkan
perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak
dari adanya pembangunan.
2. Pembangunan dan perkembangan masyarakat saat ini
telah memasuki era globalisasi. Dimana sudah mulai tidak ada perbedaan antara
pembangunan yang terjadi di negara maju maupun negara yang masih berkembang.
Hal ini dapat terjadi karena dengan kemudahan zaman yang kita rasakan saat ini,
menyebabkan negara maju menjadi penentu dalam berbagai hal bagi perkembangan
dunia secara menyeluruh. Sehingga, memungkinkan terjadinya kesetaraan antar
bangsa dunia. Untuk menyikapi dampak
negatif yang akan timbul dari perkembangan zaman tersebut, hendaknya masyarakat
harus bertindak secara tepat dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
3. Hakikat manusia
adalah suatu ciri karakteristik yang dimiliki oleh manusia dengan ditandai oleh
tiga unsur, yaitu roh, nafsu, dan rasional. Dimana unsur tersebut mempunyai
fungsi masing-masing yang saling membantu dan melengkapi. Pengembangan hakikat
manusia ditandai dengan terciptanya sifat hakikat manusia yang seutuhnya dalam
wujud mampu menyadari diri, bereksistensi di masyarakat, menghubungkan kata
hati, moral dan tanggung jawab dalam melakukan perbuatan, memiliki rasa
kebebasan yang sesuai dengan aturan dan menjalankan kewajiban dan hak sebagai
manusia sesuai dengan penghayatan dan keadaan.
4. Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah dan paling tinggi derajatnya. Selain
itu juga, manusia dapat dipandang dari berbagai segi seperti dalam Ilmu Kimia,
Fisika, Biologi, Ekonomi, Sosiologi, Filsafat dan lain-lain. Sehingga manusia
memiliki hakikat sebagai makhluk yang sempurna dibandingkan makhluk ciptaan
Tuhan lainnya. Selain itu juga manusia memiliki akal, perasaan, dan kehendak
yang ada dalam diri manusia. Dengan akal, manusia dapat menemukan ilmu
pengetahuan dan menciptakan teknologi serta kemajuan yang ada di dunia.
B.
SARAN
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi dalam pengantar pembelajaran bimbingan dan konseling. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Tirta
Rahardja, Umar dan La Sulo, S.L. (2008). Pengantar
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Prayitno dan
Amti, Erman. (2009). Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta..
Komentar
Posting Komentar