PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

PRINSIP-PRINSIP DAN ORIENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING


BIMBINGAN DAN KONSELING
PRINSIP-PRINSIP DAN ORIENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
 pada semester genap tahun akademik 2018/2019
Diampu Oleh
 Dr. Isrok’atun, M.Pd.


   Oleh:
Ayu Setia
1700816/17
Dini Nurfitiana
1702350/39
Dea Putri Ilhami
1700755/15

Kelompok 9
PGSD 1A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
 2018


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
       Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,sehinnga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Prinsip-prinsip dan Orientasi Bimbingan dan Konseling” untuk memenuhi salah satu dari tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling secara baik dan benar sesuai petunjuk dan waktu yang telah di tentukan.
       Semoga makalah ini dapat bermanfaat,juga tugas yang di kerjakan dapat tercatat dengan rapi dan dapat di pelajari di waktu lain.guna menambah pengetahuan Bimbingan dan Konseling.
        Bersama ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.semoga dengan pembuatan makalah ni merupakan tuntunn yang lurus dari Allah SWT.
       Dalam penyusunan makalah ini tentunya sangat jauh dari kata sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran sangat kami harapkan guna penyempurnaan tugas ini dan sebagai contoh bagi tugas-tugas mendatang.semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama dan menambah pengetahuan kita.
Wasalamualaikum Wr.Wb

Sumedang,  April 2018

Penulis




BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya didalam lingkungan pendidikan sering kali terjadi peristiwa bimbingan antara guru dn juga juga siswanya. Bimbingan dapat membantu seorang individu untuk memahami dan mengembangkan secara luas kegiatan-kegiatan didalam proses berlangsungnya pendidikan. Selain itu juga setiap individu dapat mengungkapkan perasaan mereka atau permasalahan mereka kepada guru pembimbing dengan menjelaskan fakta-fakta yang memang terjadi. Dengan begitu guru juga mampu memberikan pengarahan kepada siswanya untuk bisa mengatasi masalah-maslah yang sedang dihadapinya.
Dalam mengungkapkan berbagai fakta tentunya siswa tersebut dan seorang konselor atau guru pembimbing akan memberikan pengarahan. Dalam melakukan bimbingan dan konseling tersebut tentunya akan berorientasi pada bebagai hal. Orientasi yang dimaksud adalah titik berat pandangan yang dijadikan dasar dalam melakukan bimbingan dan konseling. Banyak sekali kekeliruan dalam menentukan mana yanag harus lebih diutamakan saat proses bimbingan dan konseling berlangsung.
Pelajaran bimbingan dan konseling diselenggarakan terhadap sasaran layanan, baik itu dalam bentuk individu mauapun kelompok. Yang sering menjadi pertanyaan adalah hal-hal apa saja yang menjadi pusat perhatian atau titik berat pandangan seorang konselor dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Hal ini menimbulkan adanya konsep tentang orientasi bimbingan dna konseling dalam makalah ini akan dibahas tentang
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang menjadi prinsip-prinsip dalam bimbingan dan konseling?
2.      Bagaimana orientasi pada bimbingan dan konseling?
C.    Tujuan
1.      Dapat mengetahui prinsip-prinsip dalam bimbingan dan konseling.
2.      Dapat mengetahui orintasi pada bimbingan dan konseling.


BAB II
PEMBAHASAN
  
      A.    Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
            1.      Pengertian Prinsip
    Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoristik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, dan proses penyelenggaan bimbingan dan konseling.
Rumusan prisip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggara pelayanan.
            2.      Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
1.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan
     Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Individu-individu itu sangan bervariasi, misalnya dalam hal umurnya, jenis kelaminnya, status sosial ekonomi keluarga, dan lain sebagainya. Berbagai variasi itu menyebabkan individu yang satu berbeda dari yang lainnya. Secara lebih khusus, yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya. Dalam perkembangan dan kehidupannya itu dirumuskan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut :
a.       Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
b.      Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian kompleks dan unik.
c.       Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagi kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.
d.      Setiap aspek pola kepribadiaan yang kompleks seorang individu mengandung faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengalaman harus mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu.
e.       Meskipun individu yang satu dan lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu, baik anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa.
2.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidak selalu positif. Faktor-faktor yang pengaruhnya negatif akan menimbulkan hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang akhirnya menimbulkan masalah tertentu pada diri individu. Pelayanan bimbingan dan konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal itu adalah :
a. Meskipun bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap dan bidang perkembangan dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan pada umunya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuain dirinya di rumah, di sekolah, dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b.      Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan merupakan faktor salah-satu pada diri idividu dan hal itu semua menuntut perhatian seksama dari para konselor dalam menuntaskan masalah klien.
3.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling baik diselenggarakan secara “insidental”, maupun terprogram. Pelayanan “insidental” diberikan kepada klien-klien yang secara langsung (tidak terprogram atau terjadwal) kepada konselor untuk menerima bantuan. Konselor memberikan pelayanan kepada mereka secara langsung pula sesuai dengan permasalahan klien pada waktu mereka datang. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
a.       Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan. Oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipandukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.
b.      Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembangan (misalnya sekolah), kebutuhan individu, dan masyarakat.
c.       Program bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa. Di sekolah misalnya dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
d.      Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dan pelaksanaannya.
4.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelasanaan layanan
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling  (baik yang bersifat “insidental” maupun terprogram) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya yaitu konselor professional. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan hal-hal tersebut adalah :
a.       Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan klien agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya.
b.      Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh klien hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari konselor.
c.       Permasalahan khusus yang dialami klien (untuk semua usia) harus ditangani oleh (dan kalau perlu dialihtangankan kepada) tenaga ahli dalam bidang relevan dengan permasalahan khusus tersebut.
d.      Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional. Oleh karena itu akan dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.
e.       Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bekerjasama antara konselor dengan guru sangat diperlukan.
f.        Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. Oleh karena itu keduanya harus mengembangkan peranan yang saling melengkapi untuk mengurangi kebodohan dan hambatan-hambatan yang ada pada lingkungan individu/siswa.
g.      Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan lingkungannya.
5.      Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di sekolah
Dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling, sekolah merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan dan bimbingan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik megingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Belkin (1975) menegaskan 6 prinsip untuk menegakkan dan menumbuhkembangkan pelayan bimbingan dan konseling disekolah :
1.      Konselor harus memulai karena sejak awal dengan program kerja yang jelas dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanaan program tersebut. Konselor juga memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa untuk mengetahui program-program yang hendak dijalankan itu.
2.      Konselor harus selalu mempertahankan sikap professional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan siswa. Dalam hal ini, konselor harus menonjolkan keprofesionalnya tetapi tetap menghindari sikap etis atau kesombongan/keangkuhan professional.
3.      Konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor professional dan menerjemahkan peranannya itu kedalam kegiatan nyata konselor harus pula mampu dengan sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa ia akan bekerjasama tentang tujuan yang hendak dicapai oleh konselor serta tanggung jawab yang terpikul dipundak konselor.
4.      Konselor betanggung jawab kepada semua siswa baik siswa-siswa yang gagal yang menimbulkan gangguan yang berkemungkinan putus sekolah yang mengalami permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswa yang memiliki bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, yang pemalu dan menarik diri dari khalayak ramai, serta yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka guru konselor dan personal sekolah lainnya.
5.      Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswa-siswa yang menderita gangguan emosional, khususnya melalui penerapan program-program kelompok, kegiatan pengajaran di sekolah dan kegiatan diluar sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan lainnya.
6.      Konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah dengan memberikan perhatian dan peka terhadap kebutuhan, harapan, dan kecemasannya. Konselor memiliki kesempatan yang baik untuk menegakkan cita-cita bimbingan dan konseling professional apabila ia memiliki hubungan yang sering menghalangi dan sering memperhatikan dengan kepala sekolah.
    Prinsip-prinsip tersebut menegaskan bahwa penegakkan dan penumbuh kembangan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan oleh konselor professional yang tahu dan mau bekerja, memiliki program yang nyata dan dapat dilaksanakan, sadar akan profesinya, memiliki komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap variasinya disekolah, dan mampu bekerjasama serta membina hubungan yang harmonis dinamis dengan kepala sekolah.
      B.     Orientasi Bimbingan dan Konseling
Yang dimaksud dengan orientasi disini adalah “pusat perhatian” atau “titik berat pandangan”. Jadi orientasi adalah titik pandang yang dijadikan tolak ukur suatu kelompok dalam memandang suatu aspek. Sebagai contohnya adalah di lingkungan yang berorientasinya pada ekonomi, maka orang-orang akan memandang lingkungan tersebut sebagai pusat perhitungan. Dimana orang yang kondisi ekonominya tinggi, maka mereka akan lebih diharagai dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki kondisi ekonomi yang rendah. Jadi, orang-orang akan menitik beratkan orientasinya pada perhitungan ekonomi tersebut.
Jadi yang dimaksud dengan orientasi bimbingan konseling dan suatu pentikan pandangan seorang konselor terhadap kliennya yang mempunyai permasalahan.
           1.      Orientasi perseorangan
Orientasi perseorangan yaitu dalam kegiatan bimbingan dan konseling mengharuskan seorang konselor atau guru menitik beratkan pandangannya pada siswa secara individual atau perseorangan. Karena satu per satu siswa memerlukan perhatian dari gurunya atau seorang konselor. Guru sebagai konselor harus mengenali dan mendekati serta melayani siswanya secara perseorangan. Konselor yang baik juga harus memahami keseluruhan siswanya sebagai kelompok, karena kondisi keseluruha siswa sebagai kelompok akan membawa dampak positif maupun negatif terhadap siswa secara individual, jadi guru harus mampu memperhitungkan perhatiannya pada keselurahan yang berada di lingkungan seorang individu.
Walaupun misalnya da permasalahan “kelompok” dan “individu”, seorang konselor harus tetap memilih individu sebagai titik berat yang akan dipandangnya. Dalam hal ini kelompok dianggap sebagai lingkungan yang akan memberikan pengaruh tertentu pada individu yang dijadikan titik berat. Kelompok hanya dimanfaatkan untuk kepentingan informasi yang diperlukan individu, dan bukan sebaliknya. Tetapi bukan berarti juga kepentingan kelompok harus diabaikan, karena harus ada timbal balik yang wajar antara individu dengan kelompok tersebut. kepentingan kelompok dalam arti menjaga keharuman nama dan citra kelompok, kesetiaan pada kelompok, kesejahteraan kelompok dan sebagainya.
Kepentingan kelompok seharusnya dikembangkan dan ditingkatkan dengan terpenuhinya kepentingan dan juga tercapainya kebahagiaan yang dirasakan oleh individu tersebut. dan lebih baik jika pelayanan bimbingan dan konseling yang berorientasikan individu itu tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang dalam kelompok, jika sepanjang nilai-nilai itu masih sesuai dengan norma-norma umum yang berlaku.
Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling adalah :
a.       Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran.
b.      Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya, dan kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu ke arah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c.       Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual.
d.      Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin. Dalam hal itu, penyelenggaraan program yang sistematis untuk mempelajari individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya program bimbingan.
           2.      Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan pada peranan perkembangan yang terjadi pada saat ini dan masa yang akan datang pada diri seorang individu. Dengan demikian, orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan bagaimana pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan seharusnya terjadi pada diri seorang individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keselurahan proses perkembangan tersebut.
Menurut Myrick (dalam Mayers,1992) perkembangan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti dari pelayanan bimbingan. Sejak tahun 1950-an penekanan pada perkembangan dalam bimbingan dan konseling sejalan dengan konsepsi tugas-tugas perkembangan yang dicetuskan oleh Havighurts (Hansen, dkk., 1976). Dengan demikian, peranan bimbingan dan konseling bertujuan untuk memberikan kemudahan-kemudahan bagi individu dalam menjalani alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling berlangsung dan memusatkan untuk menunjang kemampuan dari dalam diri individu untuk bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.
Ivey dan Rigazio Digilio (dalam Mayers,1992) menekankan bahwa orientasi perkembangan merupakan suatu ciri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan. Perkembangan merupakan konep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap layanan bimbingan dan konseling. Jadi ditegaskan bahwa praktek bimbingan dan konseling adalah untuk memberikan kemudahn pada saat berlangsungnya atau berlanjutnya perkembangan seorang individu. Permasalahan yang dihadapi oleh seorang individu itu berarti akan menjadi penghambat perkembangannya dirinya, hal tersebut akan medorong seorang konselor dan klien untuk saling bekerjasama dalam menghilangkan yang menjadi faktor penghambat perkembangannya serta dapat memberikan pengaruh bagi berjalannya perkembangan klien.
Secara khusus, Thompson & Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk yaitu:
a.       Hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan lain diluar apa yang dipahaminya.
b.      Hambatan konsentrasi, yaitu ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal
c.       Hambatan reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelususri alur yang terbalik dari alur yang dipahaminya.
d.      Hambatan transformasi, ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada susunan urutan yang ditetapkan.
Thompson & Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah mampu menangani setiap hambatan yang terjadi pada perkembangan setiap individu.
           3.      Orientasi permasalahan
Ada orang yang berpandangan bahwa saat seorang hidup dan berkembang itu pasti memiliki resiko tersendiri. Pada perjalanan dan proses perkembangan hidup manusia itu tidak akan berjalan secara lancar, tetapi mereka akan mengalami beberapa hambatan dan juga rintangan. Padahal tujuan dari bimbingan dan konseling iru sebenarnya sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, yaitu kebahagiaann. Jika seseorang mengalami hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidupnya, maka pasti itu akan mengganggu tercapainya kebahagiaan itu. Oleh karena itu haruslah berwaspada akan adanya kemungkinan timbul hambatan dan rintangan.
Hubungan antara fungsi-fungsi yang sudah dijelaskan tentang hambatan dan rintangan diatas tentang bimbingan dan konseling, maka orientasi masalah secara tidak langsung berkaitan dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan bertujuan agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin sedang membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan bertujuan agar individu yang mungkin sudah terlanjur mengalami masalah dapat teratasi masalah yang sedang dialaminya. Adapun fungsi-fungsi lain, yaitu fungsi pemahaman, dan fungsi pemeliharaan/pengembangan yang pada dasarnya juga berkaitan permasalahan yang dialami oleh klien. Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami  bebagai informasi dan aspek lingkungan yang berguna untuk menceagahnya timbulnya masalaha yang terjadi pada diri klien, dan juga dapat bermanfaat bagi pengentasan masalah yang telah terjadi. Dengan demikian. Fungsi pemeliharaan juga untuk setiap masalah-masalah yang sudah tercegah ataupun terentaskan, agar tidak terjadi permasalahan yang sama.
Sehungan dengan kegaiatan bimbingan dan konseling di sekolah maka guru pembimbing sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan muridnya, harus dapat memperhatikan permasalahan murid asuhnya secara perorangan terutama masalah yang sedang dialami oleh siswa. Jika murid bermaslaah, maka guru pembimbing bertanggung jawab pula dalam pengentasan masalahnya. Jika ada murid yang tidak bermasalah, guru pembimbing harus tetap berwaspada dengan melakukan berbagai upaya pencegahan agar murid tersebut tidak mengalami masalah. Karena guru pembimbing itu harus sangat peduli terhadap permasalahan yang dialami oleh seluruh muridnya secara perorangan. Dengan begitu masalah yang dialami secara perorangan tersebut akan tertangani baik oleh guru pembimbing. Karena guru pembimbing adalah sebagai tumpuan harapan, jika muridnya mengalami masalah dan mengalami kebutuhan sekalipun, kegoncangan ataupun keputus asaan.
Jenis masalah yang (mungkin) diderita oleh individu sangat bervariasi. Roos L. Mooney (dalam Prayitno, 1987) mengindentifikasi 330 masalah yang digolongkan ke dalam sebelas kelompok masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan:
a.       Perkembangan jasmani dan kesehatan                              (PJK)
b.      Keuangan, keadaan lingkungan, dan pekerjaan                (KLP)
c.       Kegiatan sosial dan reaksi                                                 (KSR)
d.      Hubungan muda-mudi, pacaran dan perkawinan             (HPP)
e.       Hubungan sosial kejiwaan                                                (HSK)
f.        Keadaan pribadi kejiwaan                                                 (KPK)
g.      Moral dan agama                                                              (MDA)
h.      Keadaan rumah dan keluarga                                            (KRK)
i.        Masa depan pendidikan dan pekerjaan                             (MPP)
j.        Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah                         (PTS)
k.      Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran                     (KPP)
Frekuensi dialaminya setiap permasalahan diatas juga akan bervariasi, barangkali ada jenis masalah yang lebih banyak dialami, sedangkan jenis masalah yang lain lebih jarang dialami. Frekuensi permasalahan yang muncul karena dialami itu bisa disebabkan oleh adanya faktor berbagai kondisi lingkungan, baik itu lingkungan sekolah, masyarakat, maupun sosial.

BAB III
PENUTUP
      A.    Kesimpulan
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasi-hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan. Prinsip-prinsip tersebut berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah individu, program dan penyelenggara pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor juga terikat oleh prinsip-prinsip tersebut, baik disekolah maupun diluar sekolah
Orientasi adalah suatu pentik beratan pandangan seorang konselor terhadap kliennya yang mempunyai permasalahan. Orientasi bimbingan dan konseling yaitu pelayanan pada individu atau perseorangan. Orientasi terbagi menjadi orientasi perseorangan, orientasi perkembangan, dan orientasi permasalahan. Peran konselor disini bertujuan memberikan bimbingan pada individu maupun kelompok yang beramasalah untuk dapat melewati perkembangan mereka sesuai dsengan alurnya.
      B.     Saran
 konselor diharapkan memahami dan mempunyai prinsip-prinsip dalam bimbingan dan Konseling karena itu merupakan suatu pedoman dasar bagi setiap konselor. Dalam orientasi bimbingan dan konseling juga, seorang konselor harus mampu membedakan permasalahan yang terjadi pada seorang individu dengan individu lain. Selain itu juga harus cermat dalam bertindak dan cerdas dalam mengambil keputusan demi terselesaikannya permasalahan pada diri seorang individu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

           Prayitno., & Amti, E. (2009). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta
           Nugraha, Y.P. (2013). Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia di: http://bk-2013-uns.blogspot.co.id/2013/11/makalah-bk-kelompok-7-orientasi.html. Diakses pada tanggal 11 April 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN