SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING
SERTA PEMAHAMAN TENTANG KASUS
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling pada
semester genap tahun akademik 2017/2018
dengan
dosen pembimbing Dr. Isrok’atun, M.Pd.
Disusun Oleh
Kelompok: 9
Anggota:
Wulan Handayani (1701443 / 27)
Riah (1701639 / 31)
Sriana JSR Simanjuntak (1701676 /
32)
Intan Mira R (1702508 / 42)
Kelas : 1A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2017/2018
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrohmanirrohim
Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
diiringi shalawat dan salam kepada jungjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW.
Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami telah menyelesaikan salah
satu tugas Bimbingan dan Konseling mengenai Sejarah Perkembangan Bimbingan dan
Konseling serta Pemahaman tentang Kasus.
Harapan kami dengan tersusunnya tugas Bimbingan dan
Konseling ini akan dapat membantu kita untuk lebih memahami informasi –
informasi tentang Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling serta Pemahaman
tentang Kasus.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna kebaikan kami di masa yang akan datang. Kami berharap
semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman – teman.
Akhir kata, kami sampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Sumedang, Maret 2018
Penyusun
KATA PENGANTAR.. 1
DAFTAR ISI 2
BAB
I PENDAHULUAN.. 4
1.1 Latar Belakang. 4
1.2 Rumusan Masalah. 4
1.3 Tujuan Pembahasan. 5
BAB
II PEMBAHASAN.. 6
2.1 Sejarah Bimbingan dan Konseling. 6
2.2 Konseling dalam Aspek-Aspek
Kehidupan. 6
2.2.1 Dunia
Kedokteran/Kesehatan. 7
2.2.2 Perusahaan
dan Industri 7
2.2.3 Bidang
Pendidikan. 8
2.3 Pengertian Bimbingan dan Konseling
(BK) 9
2.3.1 Pengertian Bimbingan. 9
2.3.2 Pengertian Konseling. 11
2.4 Upaya
Melibatkan Klien. 13
2.4.1 Kepribadian
konselor 13
2.4.2 Ilmu dan
wawasan. 13
2.4.3 Penguasaan
keterampilan konseling. 14
2.5 Konseling
Pengembangan dan Islam.. 14
2.5.1 Memberikan
kabar gembira dan kegairahan hidup. 14
2.5.2 Melihat
klien sebagai subjek dan hamba Allah. 14
2.5.3 Menghargai
klien tanpa syarat 14
2.5.4 Dialog Islam
yang Menyentuh. 15
2.5.5 Keteladanan
pribadi konselor 15
2.6 Orientasi
Baru Bimbingan dan Konseling. 15
2.7 Jenis-Jenis
Konseling. 19
2.7.1 Layanan
Orientasi 19
2.7.2 Layanan
Informasi 19
2.7.3 Layanan
Pembelajaran. 19
2.7.4 Layanan
Penempatan dan Penyaluran. 20
2.7.5 Layanan
Konseling Perorangan. 20
2.7.6 Layanan Bimbingan Kelompok. 20
2.7.7 Layanan Konseling Kelompok. 20
2.8 Pemahaman
tentang Kasus. 21
2.9 Pelaksanaan Studi Kasus. 23
2.9.1 Instrumen atau Metode Pengumpulan Data. 23
2.9.2 Data Yang Dikumpulkan Dalam Studi Kasus. 23
2.10 Cara Pelaksanaan Studi Kasus. 24
BAB III PENUTUP. 27
3.1 Kesimpulan. 27
3.2 Saran. 28
BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling merupakan
sebuah proses hubungan yang membantu antara satu individu dengan individu lainnya
untuk saling memahami diri mereka sendiri. Di dalam pendidikan, bimbingan dan
konseling mewakili kebutuhan masyarakat untuk saling membantu, peranan
bimbingan dan konseling menambah pemahaman tentang informasi pendidikan. Dalam
pendidikan, konselor sekolah sebagai suatu aspek yang diharapkan tidak
bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor sangat berbeda dengan guru,
petugas sekolah atapun orang tua dalam tugasnya. Konselor mampu untuk
menyelenggarakan hubungan yang harmonis antara mereka sehingga tercapai
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Bimbingan dan konseling mempunyai
tujuan untuk membantu peserta didik memahami berbagai pengalaman diri, peluang
yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka mengenal diri, membuat
interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri yang bersumber dari diri
peserta didik sendiri dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik. Suatu upaya dalam bimbingan dan konseling harus
mampu melibatkan klien secara penuh atau dengan seluruh jiwanya. Dalam membantu
pekembangannya konselor harus memiliki prinsip-prinsip yang sangat penting,
seperti layanan bimbingan dan konseling yang diharapkan mampu mengembangkan
potensi dari setiap peserta didik dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya.
Dalam pembuatan makalah ini ada
beberapa rumusan masalah yang akan dibahas
diantaranya:
1.2.1
Bagaimana Sejarah Bimbingan dan Konseling?
1.2.2
Bagaimana Konseling dalam Aspek-Aspek Kehidupan?
1.2.3
Apa Pengertian Bimbingan dan Konseling?
1.2.4
Bagaimana Upaya Melibatkan Klien?
1.2.5
Bagaimana Konseling Pengembangan dan Islam?
1.2.6
Bagaimana Orientasi Bimbingan dan Konseling?
1.2.7
Apa Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling?
1.2.8
Bagaimana Pemahaman tentang Kasus?
Dengan dibuatnya makalah ini ada
beberapa tujuan diantaranya:
1.3.1
Untuk mengetahui Sejarah Bimbingan dan Konseling
1.3.2
Untuk mengetahui Konseling dalam Apek-Aspek Kehidupan
1.3.3
Untuk mengetahui Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.3.4
Untuk mengetahui Upaya Melibatkan Klien
1.3.5
Untuk mengetahui Konseling Pengembangan dan Islam
1.3.6
Untuk mengetahui Orientasi Bimbingan dan Konseling
1.3.7
Untuk mengetahui Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
1.3.8
Untuk mengetahui Pemahaman tentang Kasus
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak
terlepas dari perkembangan di negara asalnya Amerika Serikat. Bermula dari
banyaknya pakar pendidikan yang menamatkan studinya di negeri Paman Sam itu dan
kembali ke Indonesia dengan membawa konsep-konsep bimbingan dan konseling yang
baru. Hal itu terjadi sekitar tahun 60-an. Tidak dapat dibantah bahwa pakar
pendidikan itu telah menggunakan dasar-dasar pemikiran yang diambil dari
pustaka Amerika Serikat. Khusus mengenai pandangan terhadap anak didik yaitu
bahwa anak didik mempunyai potensi untuk berkembang karena itu pendidikn harus
memberikan situasi kondusif bagi perkembangan potensi tersebut secara optimal.
Potensi yang dimaksud adalah potensi
yang baik, yang bermanfaat bagi anak dan masyarakatnya. Pandangan itu bersumber
dari aliran filsafat humanistik, yang mana menganggap bahwa manusia adalah
unggul dan mempunyai kemampuan untuk mengatasi segala persoalan kehidupannya di
dunia. Manusia menjadi sentral kekuatan melalui otaknya. Karena itu pendidikan
haruslah mengutamakan otak (kognitif dan daya nalar).
Untuk kondisi Indonesia, sebaiknya diterapkan paham
humanistik-religius. Artinya menghargai manusia atau potensinya, namun kekuatan
kepada Tuhan tetap tidak terabaikan. Sehingga bimbingan dan konseling menjurus
kepada pengembangan potensi dan penyerahan diri kepada Allah SWT.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia cenderung
berorientasi layanan pendidikan (instruksional) dan pencegahan. Sejak tahun
1975 bimbingan dan konseling digalakkan di sekolah-sekolah (Rochman
Natawidjaja, 1987). Upaya ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa
sehingga ia dapat berkembang seoptimal mungkin.
Pelaksanaan hubungan konseling (helping relationship) tidak hanya terdapat dalam lab bimbingan dan
konseling atau sekolah tetapi juga dalam seluruh aspek-aspek kehidupan harus
memilikinya. Apabila terjadi interaksi antar individu maka dengan individu lain
maka disanalah terjadi hubungan yang membantu atau hubungan konseling, dengan
tujuan untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membantu individu yang
membutuhkannya. Berikut ini ada beberapa bidang kehidupan atau profesi yang
melakukan hubungan konseling diantaranya:
Dalam
dunia kedokteran/kesehatan terjadi hubungan antara dokter dengan pasien atau
perawat dengan pasien. Relasi dokter-pasien seharusnya merupakan hubungan yang
membantu (helping relationship),
artinya sebagai tenaga profesional dibidang ini, dokter membantu pasien yang
sangat membutuhkan banyak informasi yang jelas tentang penyakitnya, obat,
operasi, biaya, dan sebagainya yang berhubungan dengan kesehatan pasien melalui
hubungan baik sesama manusia.
Masalah
yang seringkali dihadapi dokter dan perawat bukan soal profesinya melainkan
bagaimana cara atau teknik dalam berkomunikasi yang dapat mempercepat proses
kesembuhan dan perkembangan pasien. Cara komunikasi ini adalah dialog dua arah
bukan hanya dialog yang searah berupa instruksi dokter, akan tetapi dialog yang
harus dilakukan dapat membuat pasien menyatakan semua keinginan, keluhan, dan
kecemasan akan penyakit yang dideritanya, kemudian dokter menanggapinya dengan
positif, ramah, dan bersahabat. Semua teknik yang dilakukan dalam komuikasi ini
juga terdapat dalam hubungan konseling.
Hubungan
konseling dalam bidang ini yaitu antara pimpinan perusahaan dengan karyawa.
Hubungan ini seharusnya memiliki tujuan agar karyawan dapat mengembangkan
kreativitasnya secara optimal. Pimpinan perusahaan juga tidak lupa akan
kehidupan psikis karyawannya terutama kebutuhan fisik, biologis, kejiwaan dan
sosial, serta emosionalnya. Namun pada kenyataannya perusahaan saat ini bila
dilihat hubungan pengusaha dengan karyawan sangat formal, tertutup, otoriter
bahkan menekan. Bukti yang bisa dilihat saat ini yaitu pemutusan hubungan kerja
(PHK) tanpa musyawara dengan karyawan sehingga menimbulkan demo-demo yang
dilakukan karyawan. Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi dan perhatian
pengusaha terhadapnya. Komunikasi konseling yang dikembangakan dalam bidang ini
yaitu menggunakan teknik-teknik untuk lebih menggali keinginan karyawan,
tekanan perasaan, dan motif.
Pendidikan
pada umumnya selalu berkaitan dengan bimbingan, karena pendidikan memiliki
tujuan agar peserta didik menjadi kreatif, produktif, dan mandiri. Artinya
pendidikan berusaha untuk mengembangkan setiap peserta didik. Segala aspek yang
ada dalam peserta didik harus dikembangakan seperti intelektual, moral, sosial,
kognitif dan emosional. Bibingan dan konseling dalam bidang ini adalah upaya
untuk membantu perkembangan aspek-aspek tersebut menjadi optimal, harmonis dan
wajar.
Relasi
dalam dunia sekolah yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik merupakan
hubungan yang membantu karena selalu diupayakan agar ada motivasi pendidik
untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik dan membantu peserta didik
dalam memecahkan masalahnya. Dalam keluarga, relasi yang terjadi yaitu antara
orang tua dengan anak-anak merupakan relasi yang membantu, karena orang tua
harus menyadarinya bahwa potensi anak harus dikembangkan. Mulai dari
menciptakan situasi rumah yang kondusif untuk berkembang, belajar,
berinisiatif, berkreatif, dan sebagainya.
Secara
umum tujuan hubungan yang membantu sebagaimana yang terjadi di atas adalah
sebagai berikut:
1.
Mengembangkan
potensi individu secara optimal sehingga dia kreatif, produktif, mandiri, dan
bersifat religious.
2.
Memecahkan
masalah yang dihadapinya sehingga dia terlepas dari tekanan emosional (stress), sehingga muncul idenya untuk
merencanakan hidupnya.
Dalam
kehidupan sosial terutama dalam relasi antar manusia, mempunyai keterampilan
konseling (hubungan yang membantu) sangat bermanfaat. Tetapi
keterampilan-keterampilan tersebut harus digunakan dengan cara yang intens (mendalam) atau tidak karena semuanya
bergantung pada taraf professional seseorang.
Menurut
Barbara Okun (1987:5-6) ada tiga taraf pembimbing diantaranya:
1.
Pembimbing
profesional. Pembimbing ini adalah psesialis yang telah dilatih dalam konseling
dan biasa paling sedikit yang berijazah S1.Pembimbing ini disebut konselor.
2.
Pembimbing
praprofesional, yaitu orang-orang yang bekerja dibidang pelayanan manusia.
Minimal mereka adalah sarjana mudah, seperti pekerja sosial, pembantu psikolog
dan psikiater, pekerja lapangan, petugas masjid atau gereja, guru, petugas
panti asuhan dan sebagainya.
3.
Pembibing
nonprofessional, yaitu biasanya orang-orang yang tidak mendapat latihan khusus
dalam bibingan kecuali melalui seminar, penataran serta bacaan-bacaan.
Orang-orang ini bekerja sebagai peawancara, pemipin perusahaaan, dokter,
pelatih, dan supervisor.
Merujuk
pada pendapat Barbara Okun maka konseling dapat dilatihkan kepada orang-orang
yang bergerak dalam interaksi dengan manusia seperti ibu rumah tangga ataupun
profesi lainnya.
Mengapa bimbingan dan konseling amat
penting di sekolah? Karena bimbingan dan konseling merupakan usaha membantu
murid-murid agar dapat memahami dirinya, yaitu potensi dan kelemahan-kelemahan
diri.
Pada mulanya
bimbingan dimaksud sebagai usaha membantu para pemuda agar mendapatkan
pekerjaan. Hal ini berguna untuk mengatasi kenakalan remaja, dengan asumsi
bahwa memberikan pekerjaan diharapkan ketegangan emosional dan keliaran remaja
dapat berkurang.
Arthur J. Jones
(1970)mengartikan bimbingan sebagai ”The
help given by one person to another in making choices and adjustment and in
solving problems”. Pengertian bimbingan yang dikemukakan Arthur ini amat
sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan
yang dibimbing, dimana pembimbing membantu diterbimbing sehingga si terbimbing
mampu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri, dan memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya.
Penyesuaian diri
merupakan hal yang penting pula dari tujuan bimbingan. Penyesuaian diri itu
berarti individu mampu menyesuaikan diri terhadapa diri sendiri dan terhadap
lingkungannya.
Satu lagi tujuan
bimbingan adalah agar individu mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kemampuan fasilitatif yang ada pada konselor dapat menimbulkan motivasi bagi
klien untuk mencari berbagai alternatif dalam usaha pemecahan masalahnya.
Frank W. Miller
dalam bukunya Guidance, Principle and
Services (1968), mengemukakan definisi bimbingan sebagai berikut
(terjemahan):
“Bimbingan
adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diiri dan
pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum
di sekolah, keluarga, dan masyarakat.”
Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang
membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan
sistematis, sehubungan dengan masalahnya.
Dari pengertian-pengertian bimbingan sebagaimana
dikemukakakan diatas tadi, dapat disimpulkan karakteristik bimbingan (guidance) adalah sebagai berikut:
1.
Bimbingan merupakan upaya yang bersifat preventif
Artinya lebih baik diberikan kepada individu yang belum
bermasalah, sehingga dengan bimbingan ia akan memelihara diri sendiri dari
berbagai kesulitan.
2.
Bimbingan dapat diberikan secara individual dan kelompok
Upaya bimbingan dapat diberikan secara individual, artinya
seorang pembimbing menghadapai seorang klien ( si terbimbing). Mereka
berdiskusi untuk pengembangan diri klien, kemudian merencanakan upaya-upaya
bagi diri klien yang terbaik baginya.
3.
Bimbingan dapat dilakukan oleh para guru, pemimpin,
ketua-ketua oraganisasi, dan sebagainya
Yang penting para
pembimbing tersebut memiliki pengetahuan tentang psikologi, sosiologi, budaya,
dan berbagai teknik bimbingan seperti, diskusi dan dinamika kelompok,
sosio-drama, teknik mewawancarai, dan sikap-sikap yang menghargai, ramah,
jujur, dan terbuka.
Secara historis
asal mula pengertian konseling adalah untuk memberi
nasehat, seperti penasehat hukum, penasehat perkawinan, dan penasehat
camping anak-anak pramuka. Pengertian konseling dalam kegiatan-kegiatan seperti
tersebut di atas menekan pada nasehat (advise
giving), mendorong, memberi informasi, menginterpretasi hasil tes, dan
analisa psikologis.
Kemudian muncul
English & English pada tahun 1958 mengemukakan arti konseling adalah:
“Suatu hubungan antara seseorang
dengan orang lain, dimana seorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar
memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam langka penyesuaian
dirinya.”
Pada tahun 1955, yakni tiga tahun sebelum English, Slen E.
Smith mendefinisikan konseling yakni:
“Suatu proses dimana konselor membantu
konseli (klien) agar ia dapat memahami dan menafsirkan fakta-fakta yang
berhubungan dengan pemilihan, perencanaan dan penyesuaian diri sesuai dengan
kebutuhan individu.”
Maka definisi
konseling yang antisipatif sesuai tantangan pembangunan adalah:
“Konseling adalah upaya bantuan yang
diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap
individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang
potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan
diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.”
Karakteristik
untuk pengembangan adalah:
1.
Konselor/pembimbing selalu melihat potensi individu dan dari
sinilah dimulai penjelajahan dalam proses konseling. Akan tetapi bukan
sebaliknya, bahwa seorang konselor hanya melihat sisi
kelemaha/problem/kesulitan klien belaka. Akibatnya psoses konseling dipandang
oleh para klien adalah suasana yang tidak menyenangkan.
2.
Jika sekiranya klien memiliki masalah/kelemahan atau
kesulitan, biarlah klien yang mengungkapkannya berkat dorongan dari konselor.
3.
Konselor berusaha dengan menggunakan keterampilan,
kepribadian dan wawasannya, untuk menciptakan situasi konseling yang kondusif
bagi pengembangan potensi klien.
4.
Konselor berusaha memberikan kesempatan kepada klien untuk
memberikan alternatif-alternatif pilihan yang sesuai dengan kondisi dan situasi
dirinya.
5.
Konseling pengembangan berjalan nelalui proses yang
menggairahkan, menggembirakan klien, yaitu melalui dialog/wawancara konseling
yang menyentuh hati nurani dan kesadaran klien.
6.
Konselor dituntut agar dapat membaca bahasa tubuh yang
berkaitan dengan lisan klien atau bahasa tubuh yang memberikan isyarat tertentu
yang mengandung arti tertentu.
Perbedaan
Konseling Pengembangan (Orientasi Baru) dan Konseling Gaya Lama:
Konseling Pengembangan
(Orientasi Brau)
|
Konseling Gaya Lama
|
-
Bersifat pedagodis
-
Melihat potensi klien bukan pemahaman
-
Berorientasi pengembangan potensi positif klien
-
Menggembirakan klien
-
Dialog konselor mentuh klien; klien terbuka
-
Bersifat humanistif-religius
-
Klien sebagai subjek memegang peranan, memutuskan tentang
dirinya
-
Konsekolor haya membantu dan memberi alternatif-alternatif
|
-
Bersifat klinis
-
Melihat kelemahan klien
-
Berorientasi pemecahan masalah klien
-
Konselor serius
-
Klien sering tertutup
-
Dialog menekan perasaan klien
-
Klien sebagai objek
|
Hal yang paling penting dalam
hubungan konseling adalah supaya konselor mampu melibatkan klien secara penuh
dengan jiwanya. Pada saat klien sudah telibat dalam proses konseling, maka ia
akan terbuka dan jujur (disclosed)
sehingga dengan mudah menyatakan perasaannya, pengalaman ataupun idenya. Untuk
melibatkan klien sesuai dengan harapan konselor maka diperlukan beberapa syarat
yaitu:
Seorang
konselor yang efektif memiliki karakteristik kepribadian sebagai berikut:
a.
Empati,
artinya mampu merasakan apa yang dirasakan klien.
b.
Asli
atau jujur, yaitu tingkah laku ataupun kata-kata konselor tidak dibuat-buat
akan tetapi asli dan jujur sesuai dengan kenyataan dan keadaan.
c.
Memahami
keadaan klien baik kekuatan atau kelemahannya.
d.
Menghargai
e.
Menerima
klien walau dalam keadaan bagaimanapun.
f.
Tidak
menilai atau membanding-bandingkan klien dengan yang lainnya.
g.
Mengetahui
keterbatasan diri seperti ilmu, wawasan, atau teknik konselor.
h.
Pemahaman
keadaan sosial-budaya dan ekonomi klien.
Ilmu
konseling biasanya didukung oleh ilmu-ilmu tentang manusia seperti filsafat
manusia, agama, psikologi, antropologi, sosiologi, dan seni peran. Hal ini
dikarenakan manusia mempunyai banyak segi tersembunyi dan merupakan teka-teki (human enigma). Sehingga sangat
diperlukan banyak sekali ilmu dan keterampilan yang beragam untuk mendekatinya.
Dalam
pengusaan keterampilan konselor harus menguasai teknik-teknik konseling yang
bervariasi dan berganda yang sangat penting sepeti refleksi, bertanya untuk
membuka percakapan, mengarahkan dan masih banyak lagi.
Ada
5 prinsip dalam membantu konseling dalam pengembangan individu yng perlu
diperhatikan, yaitu:
Dalam
situasi ini biasakan memberikan suasana kegembiraan terhadap klien. Karena, ini
akan membuat klien merasa senang dan tertarik untuk melibatkq[an diri dalam
pembicaraan sehingga membuatnya untuk terbuka untuk mengeluarkan isi hatinya.
Dengan adanya suasana ini mereka akan mengungkapkan kesalahannya dan
kelemahannya, sehinnga dengan mudah klien mampu menerima nasehat.
Klien
bukanlah objek konselor yang akan diperlakukan tanpa nilai moral religius. Akan
tetapi menghargai dirinya juga sebagai pribadi yang bebas(merdeka). Maka disini
yang paling banyak berbicara itu adalah klien agar klien semakin terbuka dan
jujur. Banyak yang berpendapat bahwa konselor yang baik itu adalah memberi
banyak nasehat akan tetapi itu sungguh tidak baik bagi klien dimana mereka akan
hanya manggut-manggut saja. Maka dari sini diperlukanlah nasehat agama yang
penting agar mereka mampu intofeksi diri masing-masing.
Dalam
hal ini konselor memberikan penghargaan bagi klien agar klien semakin terbuka
dan merasa senang dalam mengungkapkan tanpa ada tekanan. Dengan memberikan
penghargaan melalui ucapan-ucapan, serta bahasa badan yang menghargai.
Konselor
harus berupaya mengungkapkan kata-kata dalam setiap dialog yang menyentuh hati
klien sehingga muncul rasa syukur, rasa cinta, dan bahkan rasa berdosa.
Keakraban terhadap klien adalah kata-kata kunci dalam hubungan konseling
untukembuat klien menfalami perasaan yang tersentuh terhadap agama dan
kemanusiaan oleh sebab itu klien harus mengetahui tentang ilmu agama.
Keteladanan
dapat meyentuh perasaan klien untuk mengidentifikasi diri konselor. Hal ini
merupakan motivasi atau nasehat secara tidak langsunh bagi klien dengan melihat
kepribadian konselor yang jujur, saleh, berpandangan luas dan penuh perhatian
terhadap klien.
Siswa
adalah manusia yang memiliki banyak potensi yang layak dikembangkan untuk
mencapai kemandirian, kreativitas, dan produktivitas. Maka untuk mengembangkan
hal tersebut diperlukan sistem pendidikan yang sangat optimal dan kondusif.
Permasalahan pada saat ini terutama pada sekolah yang pendidikan formal, dimana
para siswa dituntut untuk cerdas, dan memiliki nilai yang sangat bagus.
Sehingga pada tujuannya bisa masuk perguruan tinggi. Dan masih banyak sekolah
yang terjebak pada perkemangan kognitif ini. Hakikatnya guru-guru menekankan
pada perkembangan otak siswa. Menurut ahli Carl bagwa manusia memiliki dua otak
yaitu otak kanan dan otak kiri. Sedangkan otqk kiri yang berkemampuan tentqng
matematis dan logika. Maka dari sini kita melihat bhwa sekolah mengabaikan
kinerja otak bagian kanan yang hanya mengasah otak bagian kiri.
Selain
masalah diatas guru juga mengajar yang selalu monoton dan menggunakan metode
ceramah, dan bahkan tidak ada lagi sedikit rumor. Sehingga itu mengakibatkan
anak menjadi cepat bosan dalam belajar dan malas sehingga apa yang telah di
ajarkan sulit unuk dipahami. Munculnya otoriter guru yang tidak baik terhadap
murid membuat murid menjadi manusia yang membangkang dan bolos. Dari masalah
tersebut perlu upaya pelayanan terhadap pengembangan diri dan potensi siswa
yang lebih terarah. Adapun pelayanan BK hanya untuk siswa yang bermasalah akan
tetapi bukan untuk pengembangan potensi anak. Pada umumnya dapat kita lihat
bahwajumlah anak yang bermasalah dari 100 paling banyak adalah 5 sampai 10 atau
5%-10% lalu yang 95% diabaikan karena tidak bermasalah. Dengan kata lain bahwa
orientasi bimbingan dan konseling selama ini bersifat klinis, artinyq hanya
memperhqtikan siswa yang bermasalah. Ada beberapa kondisi yqng menunjang
keburukan layanan BK:
1. Mengutamakan siswa yang
jumlahnya sedikit dan bermasalah
2. BK laksana sebagai kantor
polisi untuk menghukum siswa yang melanggar
3. Anggapan bahwa BK adalah
tempat orang-orang yang terbuang atau nakal dan bolis dll. Padahal ini sudah
biasa terjadi dan guru biasa sekalipun bisa mengatasinya
4. Guru-guru pembimbing tidak mampu
dalam menjelas betapa pentingnya bimbingan dan konseling. Sehingga mereka
terkesan pasif dan tidak memiliki program nyata dalam pengembangan siswa
5. Guru pembimbing biasanya
tidak professional
6. Bimbingan dan konseling ini
biasanya dianggab sebagai tempat guru-guru yang kurang jam mengajar
7.
Banyaknya
anggapan bahwa pekerjaan ini boleh dilakukan siapa saja karena hanya memberi
nasehat , peringatan ataupun ancaman
Ada
4 orientasi baru BK dalam pengembangan yaitu:
a. Pedagogis, artinya
menciptqkan kondisi sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa dengan
memperhatikqn perbedaan idividual diantara siswa.
b. Potensial, perlunya
penhembangn potensi setiap anqk-anak.
c. Humanistik-religius,
pendekatan terhadap anak haruslah manusiawi dengan landasan ketuhanan.
d.
Profesional,
BK harus dilakukan dengan profesional teoritis dan berwawasan.
Ada 3 topik
yang mendasari dan berperan dalam pengembangan siswa.
1.
Peran
kepala sekolah dan guru-guru.
Bimbingan
adalah bertujuan unuk memberitagukan kepada siswa betapa pentingnya merencanakan
masa depan mulai dari awal. Agar nantinya siswa dapat mempertimbangkan dan
mengambil keputusan yang tepat mengenai masa depannya baik dalam bidang
pendidikan, karir, maupun keluarga. Dilihat betapa pentingnya bimbingan bagi
seluruh siswa diperlukan kepala sekolah dan guru untuk berperan penting. Dimana
kepala sekolah sebagai pengkoordinir keberhasilan bimbingan dan konseling
disamping kegiatan kurikulum dqn administrasi. Karena itu kepedulian kepala
sekolah untuk menyediakankonselor profesional. Sedangkan guru-guru adalah
sebagai pembimbing artinya pendekatan terhdap siswa dengan manusiawi-religius,
bersahabat, jujur,ramah dan mendorong dengan metode ini guru mengajarkan
perkembangan siswa, bukan untuk membuqt siswa yang pasif.
2.
Bimbingan
Pengembangan Potensi Siswa.
Dalam
hal ini adalah slah satunya dengan membuat kelas unggulan yang bermanfaat bagi
pengembangan kreqtifitas dan akademik siswa. Biasanya diadakan di SMA agar bsa
menentukan secara mudah masa depanya salah satunya agar bisa masuk PTN. Adapun program
pengembangan anak adalah sebagai berikut:
a.
Program
pengembangan siswa unggul akademi (SUA)
Ada
beberapa tahahapan yang perlu dilakukan yaitu:
1. Seleksi kemampuan akadamik
2. Membuat kurikulum khusus
3. Memilih guru yang
berkualitas dan catatan dalam mengajar
4. Menyediakan sarana
penunjang
5.
Menyiapkan
program bimbingan dan konseling bagi keberhasilan belajar, pengembangan pribadi
dan minat.
b.
Program
Pengembangan Siswa Unggul Kreativitas
Memiliki
beberapa tujuan yaitu:
1.
Menentukan
dan melatih siswa yang berbakat dan kreatif sehingga mereka terampil dalam
bidang-bidang tertentu seperti seni,teknologi, dll.
2.
Menyiapkan
para siswa untuk pasar kerja dengan memiliki semi keterampilan atau siap latih.
Untuk
tahapannya yaitu:
1. Seleksi minat, bakat dan
kreativitas melalui wawancara, penilaian karya dan tes psikotes.
2. Menyusun program
keterampilan yang sesuai kebutuhan dan kondisi sekolah.
3. Menyediakan sarana latihan
dan pmbimbing latihan .
4. Menggalang kerjasama dengan
pihak indystri.
5.
Menyiapkan
program bimbingn dan konseling bagisiswa untuk membantu keberhasilan mereka.
3.
Bimbingan
Siswa Bermasalah
Dalam
kegiatan ini perlu adanya ketelitian dalam menyikapi kass. Dan harus memiliki
kemampuan khusus dalam mengatasi setiap masalah. Meskipun jumlah anak yang
bermasalah dibilang sedikit akan tetapi mereka tetap menjadi perharian lembaga
bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam mengatasinya perlu adanya pemilahan
dalam bentuk tabel berikut ini .
Masalah
Siswa
|
Konselor
|
Jenis
Kasus
|
Contoh
Kasus
|
Ringan
|
Membolos,
merokok ringan, pertengkaran, kesulitan dalam belajar
|
Semua
guru/wali kelas
|
Sedang
|
Gangguan
emosional, bepacaran dengan perbuatan menyimpang, mencuri tahap pertengahan
|
Guru
pembimbing
|
Berat
|
Neurosis,
narkotika, hamil percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata
|
Alih
tangan/referal
|
Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, perlu adanya kegiatan layanan konseling
yang terorganisir, terprogram dan terarah. Diperlukan guru pembimbing yang
profesional di sekolah dengan jumlah yang banyak, hal ini dilakukan untuk
menjaga citra sekolah dan citra bimbingan konseling. Perbandingan seorang guru
pembimbing dengan siswa maksimal nya 1:200, artinya setiap guru pembimbing
dapat melayani 200 siswa selama satu tahun. Dengan begitu pembimbing akan dapat
memberikan layanan konseling individual dan kelompok secara terencana.
Jenis jenis kegiatan layanan konseling terdiri dari :
Layanan
orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan
baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru
itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap
awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan
memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
Layanan
informasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier,
pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik
agar dapat mengambil keputusan secara
tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier
berdasarkan
informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk
pencegahan dan pemahaman.
Layanan
pembelajaran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi belajar atau
penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta
berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta
didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan
pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
Layanan
penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler,
dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan
segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk
pengembangan.
Layanan
konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan
permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan
konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang
dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan
advokasi.
2.7.6 Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan
bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta
didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan
membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan
kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu
melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh
bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan
pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan
tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk
pemahaman dan pengembangan.
2.7.7 Layanan Konseling Kelompok
Layanan
konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
(masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar
peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok
berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
Setiap
siswa mempunyai masalah yang sangat beragam. Permasalahan yang dihadapi siswa
dapat bersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier. Oleh karena keterbatasan
kematangan siswa dalam mengenali dan memahami hambatan dan permasalahan yang
dihadapi siswa, maka konselor sebagai pihak yang berkompeten
dan profesional
perlu memberikan intervensi. Apabila siswa tidak mendapatkan intervensi, siswa
mendapatkan permasalahan yang cukup berat untuk dipecahkan. Konselor sekolah
diharapkan dapat mengetahui
keadaan dan kondisi siswanya secara mendalam serta membantu siswa untuk
mengatasi permasalahan dan hambatan dalam perkembangannya.
Sebelum
melakukan proses konseling, sebaiknya konselor mengetahui kondisi dan keadaan
siswa. Konseling baru dapat diberikan dengan baik apabila data mengenai
individu yang akan di konseling sudah diperoleh. Ada banyak metode dan
pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu
studi kasus (Case Study). Metode ini merupakan integrasi dari data yang
diperoleh dengan metode-metode lain. Dengan metode studi kasus ini pembimbing
bisa mendapatkan tinjauan yang mendalam. Studi kasus akan mempermudah konselor
sekolah untuk membantu memahami kondisi siswa seobyektif mungkin dan sangat
mendalam. Membedah permasalahan dan hambatan yang dialami siswa sampai ke akar
permasalahan, dan akhirnya konselor dapat menentukan skala prioritas penanganan
dan pemecahan masalah bagi siswa tersebut.
Pada peraktik nya seorang konselor dituntut untuk
memahami secara menyeluruh tentang tujuan, struktur, dan proses konseling.
Terutama yang harus konselor kuasai adalah :
- Hubungan konseling
- Respon konselor terhadap perilaku verbal dan nonverbal klien
- Kemampuan melibatkan klien dalam pembicaraan yang jujur dan terbuka
- Kemampuan membuka awal konseling yang mampu mengungkap permasalahan
atau isu pokok dari klien
- Meningkatkan proses konseling hingga tercapainya tujuan
- Mengakhiri proses konseling yang bermakna yakni menurunnya
kecemasan klien dan adanya rencana hidup klien selanjutnya. Dengan kata
lain tujuan konseling adalah tujuan klien
Dalam prakteknya konseling selama ini masih ditemukan
banyaknya konselor yang belummencapai tujuan sebagaimana diharapkan oleh klien.
Ini disebabkan oleh lemahnya kemampuan teori dan keterampilan konseling yang
dapat terlihat dalam respon konselor terhadap perilaku verbal dan nonverbal.
Maka diharuskan adanya analisis yang gunanya untuk membantu calon konselor dan
konselor dalam memahami kelemahan dan kekuatan responnya sehingga akan
membuatnya semakin terlatih dan mempunyai Pemahaman yang baik terhadap proses
dan tujuan konseling yang dilakukannya.
Selain itu berikut adalah Tujuan pelaksanaan studi
kasus yaitu agar:
1.
Konselor dapat mengenal diripribadi klien yang
dianggap mempunyai masalahsecaraluasdanmendalam.
2.
Konselor dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab
permasalahan yang dihadapi klien.
3.
Konselor dapat menentukan jenis layanan yang tepat
sesuai dengan permasalahan klien
4.
Konselor dapat membantu siswa untuk mencapai
penyesuaian yang lebih baik.
5.
Siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan
hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.
Dalam memberikan analisis terhadap proses konseling,
akan dikemukakan deskripsi tertulis wawancara konseling sebagai hasil rekaman
suara, dan catatan yang dibuat oleh para calon konselor. Disamping itu untuk
menganalisis struktur konseling yaitu kemampuan melakukan proses konseling
secara sistematis dan sesuai dengan teknik teknik konseling.
2.9 Pelaksanaan Studi Kasus
Pelaksanaan studi kasus oleh konselor harus berdasar
pada prosedur atau langkah-langkah yang ada. Secara garis besar langkah-langkah
studi kasus sebagai berikut:
2.9.1 Instrumen atau Metode Pengumpulan
Data
Dalam
Studi Kasus Terdapat banyak metode yang dapat dipakai dalam mengumpulkan data
untuk kepentingan identifikasi masalah siswa, yaitu:
a. Kartu
pribadi
b. Angket
c. Wawancara
d. Kunjungan
Rumah(Home Visit)
e. Buku
rapor
f.
Testing
g. Rating
scale
h. Autoboigrafi
i.
Sosiometri
j.
Studi dokumentasi
k. Daftar
cek masalah (DCM)
Dalam penggunaan alat-alat tersebut ditentukan prioritas
teknik yang dapat dipakai secara efektif dan efisien.
2.9.2 Data Yang Dikumpulkan Dalam Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik yang digunakan untuk
memperoleh pemahaman diri klien yang dijadikan sebagai kasus. Dalam pelaksanaan
studi kasus konselor harus mencari data yang berkaitan dengan diri klien.
Data yang dikumpulkan dalam studi kasus antara lain:
a. Data
identitas (data pengenal);
b. Tanda-tanda
atau gejala yang nampak;
c. Data
sekitar klien:
1) Latar
belakang keluarga (familiy bacground), antara lain: – Lingkungan rumah –
Bagaimana hubungan anggota keluarga – Status ekonominya – Disiplin dalam rumah
– Bagaimana sikap oang tua terhadap anak dan sebaliknya
2) Latar
belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain: – Kesehatan anak pada umumnya
– Keadaan physical defect – Keadaan alat indera pada umumnya
3) Data
mengenai segi pendidikannya: – Records di sekolah – Kemajuan dan kemunduran di
sekolah
4) Social
behavior dan minatnya, antara lain: – Hobi – Hubungan sosial – Kepercayaan
kepada diri sediri – Inisiatif
5) Tes
data, antara lain: – Perhatian – Bakat – Achievement d. Interpretasi dari data
dan diagnosis (kesimpulan);
d. Langkah-langkah
yang akan diambil dalam pemberian konseling.
2.10 Cara Pelaksanaan Studi Kasus
a. Perencanaan
Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah sebagai
berikut, yaitu:
1) Mengenali
gejala. Pertama-tama mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin
ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara:
a) Guru
pembimbing menemui sendiri gejala pada siswa yang memiliki masalah
b) Guru
mata pelajaran memberikan informasi
c) Adanya
siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing
d) Wali
kelas meminta bantuan guru pembimbing untuk menangani seorang siswa yang
bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti
siswa, para guru, ataupun pihak tata usaha.
2) Membuat
deskripsi kasus. Setelah gejala itu dipahami oleh guru pembimbing, kemudian
dibuatkan suatu deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup
jelas.
3) Setelah
deskripsinya dibuat, dipelajari lebih lanjut aspek ataupun bidang-bidang
masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan
jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar atau
karir.
4) Jenis
masalah yang telah dikelompokkan itu dijabarkan dengan cara mengembnagkan
ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami
permasalahannya.
5) Adanya
jabaran masalah yang lebih terinci dapat membantu guru pembimbing untuk membuat
perkiraan kemungkianan sumber penyebab masalah.
6) Perkiraan
kemungkinaan sumber penyebab membantu mengetahui jenis informasi yang
dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang
digunakan dalam mengumpulkan informasi.
b. Pengumpulan
data. Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih sering
digunakan dalam studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Setelah data terkumpul konselor dapat mulai mengorgansasi dan
mengklasifikasi data menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola.
c. Penggunaan
dan pengolahan data. Penggunaan dan pengolahan data merupakan usaha pengolahan
data untuk merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang diperoleh
dalam tahap pengumpulan data. Dengan demikian dapat menunjukkan keseluruhan
gambaran tentang diri anak, rumusan ini bersifat ringkas dan padat.
d. Sintesa
dan interpretasi data Setelah mengolah data selanjutnya data studi kasus
diinterpretasikan dengan case conference antara petugas yang melakukan studi
kasus, dalam case conference terlibat beberapa petugas khusus yang mempelajari
setipa kasus dari individu yang bermasalah. Rumusan ini dilakukan melalui
pengambilan atau pengambilan kesimpulan yang logis.
e. Membuat
perencanaan pelaksanaan pertolongan (treatment) Merupakan langkah yang ditempuh
untuk menetapkan teknik atau bantuan yang diberikan kepada siswa yang
bermasalah serta memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh siswa sehubungan
dengan masalah yang sedang dialami. Berdasarkan hasil case conference disusun
suatu rekomendasi yang berwujud saran-saran, treatment (perlakuan) yang perlu
dilakukan dan selanjutnya secara terus menerus diikuti dan dicatat setiap
perubahan atau perkembangan yang terjadi pada siswa yang bersangkutan.
f.
Evaluasi dan tindaklanjut (follow up) Kegiatan ini
dilakukan setelah melakukan treatment atau membuat perencanaan pelaksanaan
pertolongan. Untuk tindak lanjut bisa dilakukan oleh pengajar sendiri, guru BK,
ataupun dirujuk dan di alihtangankan kepada pihak lain yang lebih berkompeten
maupun dari oarang tua siswa itu sendiri.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia cenderung
berorientasi layanan pendidikan (instruksional) dan pencegahan. Sejak tahun
1975 bimbingan dan konseling digalakkan di sekolah-sekolah (Rochman
Natawidjaja, 1987). Upaya ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa
sehingga ia dapat berkembang seoptimal mungkin.
Dalam
pelaksanaa hubungan bimbingan dan konseling (helping relationship) bukan hanya terjadi di lab bimbingan dan konseling
atau di sekolah tepapi harus terjadi di seluruh bidang kehidupan dimana ketika
terjadi hubungan antar individu seperti dalam dunia kedokteran/kesehatan,
prusahaan dan industri, dan bidang pendidikan.
Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang
membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan
sistematis, sehubungan dengan masalahnya. Sedangkan, konseling adalah upaya
bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman,
terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut
berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Suatu
hal yang paling penting dalam hubungan bimbingan dan konseling seorang konselor
harus mampu melibatkan klien secara penuh (dengan jiwanya) dengan memperhatikan
syarat dari soerang konselor yaitu kepribadiannya, ilmu dan wawasan, dan
pnguasaan keterampilan konselingnya.
Ada
5 prinsip dalam konseling pengembangan dan Islam yaitu, memberikan kabar
gembira dan kegairahan hidup, melihat klien sebagai subjek dan hamba Allah,
menghargai klien tanpa syarat, Dialog Islam yang menyentuh, dan keteladanan
yang bersumber dari kepribadian konselor. Inilah prinsip yang sangat penting
dalam konseling agar klien bersifat terbuka dan jujur dalam mengungkabkan isi
hatinya. Adapun orientasi bimbingqn konseling yaitu pedagogis, potensial,
humanistik, profesional, dalam hal ini sluruh lembaga pendidikan terutama
kepala sekola dan guru-guru sangat berperan penting dalam pengembangan
bimbingan dan konseling terhadap siswa.
Perbandingan seorang guru pembimbing dengan siswa maksimal nya 1:200,
artinya setiap guru
pembimbing dapat melayani 200 siswa selama satu tahun. Dengan begitu pembimbing
akan dapat memberikan layanan konseling individual dan kelompok secara terencana.
Permasalahan
yang dihadapi siswa dapat bersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier. Oleh karena keterbatasan kematangan siswa
dalam mengenali dan memahami hambatan dan permasalahan yang dihadapi siswa,
maka konselor sebagai pihak yang berkompeten dan
profesional
perlu memberikan intervensi. Ada banyak metode dan pendekatan yang dapat
digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu studi kasus (Case
Study). Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan
metode-metode lain.
Pelaksanaan studi kasus oleh konselor harus berdasar
pada prosedur atau langkah-langkah yang ada. Secara garis besar langkah-langkah studi kasus
daintaranya: (1) Instrumen
atau Metode Pengumpulan Data, dan (2) Data yang dikumpulkan dalam
studi kasus
Saya
sangat setuju dengan isi dari buku ini yang menjelaskan bahawq kita sebagai
guru seharusnya juga berperan sebagai bimbingqn dan konseling yang sangat
berguna dalam prose pembelajaran. Dimana guru harus menjadi teladan dan
memiliki moral religius serta sikap yang bersahabat dengan siswa. Karena dari
metode ini kita mengajarkan prkembangan siswa bukan mengajar agar siswa menjadi
pasif.
Willis ,S, Sofyan. 2014. Konseling Individual Teori dan Praktek.Bandung: Alfabeta
Sayyidatul,L,A.
(2016). Makalah Bimbingan dan Konseling
(Pengertian, tujuan, asas, landasan).[online] tersedia di https://luluksafiyah.wordpress.com/2016/02/22/makalah-bimbingan-dan-konseling-pengertian-tujuan-asas-landasan/.
Diakses pada 02 Maret 2018
Komentar
Posting Komentar