PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA PEMAHAMAN TENTANG KASUS



SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING
SERTA PEMAHAMAN TENTANG KASUS
MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling pada semester genap tahun akademik 2017/2018
dengan dosen pembimbing Dr. Isrok’atun, M.Pd.


Disusun Oleh
Kelompok: 9
Anggota:
Wulan Handayani (1701443 / 27)
Riah (1701639 / 31)
Sriana JSR Simanjuntak (1701676 / 32)
Intan Mira R (1702508 / 42)
Kelas : 1A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2017/2018



KATA PENGANTAR


Bissmillahirrohmanirrohim
Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, diiringi shalawat dan salam kepada jungjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW. Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami telah menyelesaikan salah satu tugas Bimbingan dan Konseling mengenai Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling serta Pemahaman tentang Kasus.
Harapan kami dengan tersusunnya tugas Bimbingan dan Konseling ini akan dapat membantu kita untuk lebih memahami informasi – informasi tentang Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling serta Pemahaman tentang Kasus.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kebaikan kami di masa yang akan datang. Kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman – teman.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



Sumedang,  Maret 2018

Penyusun         

DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.. 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN.. 4
1.1      Latar Belakang. 4
1.2      Rumusan Masalah. 4
1.3      Tujuan Pembahasan. 5
BAB II PEMBAHASAN.. 6
2.1      Sejarah Bimbingan dan Konseling. 6
2.2      Konseling dalam Aspek-Aspek Kehidupan. 6
2.2.1   Dunia Kedokteran/Kesehatan. 7
2.2.2   Perusahaan dan Industri 7
2.2.3   Bidang Pendidikan. 8
2.3      Pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) 9
2.3.1   Pengertian Bimbingan. 9
2.3.2   Pengertian Konseling. 11
2.4      Upaya Melibatkan Klien. 13
2.4.1   Kepribadian konselor 13
2.4.2   Ilmu dan wawasan. 13
2.4.3   Penguasaan keterampilan konseling. 14
2.5      Konseling Pengembangan dan Islam.. 14
2.5.1   Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup. 14
2.5.2   Melihat klien sebagai subjek dan hamba Allah. 14
2.5.3   Menghargai klien tanpa syarat 14
2.5.4   Dialog Islam yang Menyentuh. 15
2.5.5   Keteladanan pribadi konselor 15
2.6      Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling. 15
2.7      Jenis-Jenis Konseling. 19
2.7.1   Layanan Orientasi 19
2.7.2   Layanan Informasi 19
2.7.3   Layanan Pembelajaran. 19
2.7.4   Layanan Penempatan dan Penyaluran. 20
2.7.5   Layanan Konseling Perorangan. 20
2.7.6   Layanan Bimbingan Kelompok. 20
2.7.7   Layanan Konseling Kelompok. 20
2.8      Pemahaman tentang Kasus. 21
2.9      Pelaksanaan Studi Kasus. 23
2.9.1   Instrumen atau Metode Pengumpulan Data. 23
2.9.2   Data Yang Dikumpulkan Dalam Studi Kasus. 23
2.10    Cara Pelaksanaan Studi Kasus. 24
BAB III PENUTUP. 27
3.1      Kesimpulan. 27
3.2      Saran. 28
DAFTAR PUSTAKA.. 29


BAB I

PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan sebuah proses hubungan yang membantu antara satu individu dengan individu lainnya untuk saling memahami diri mereka sendiri. Di dalam pendidikan, bimbingan dan konseling mewakili kebutuhan masyarakat untuk saling membantu, peranan bimbingan dan konseling menambah pemahaman tentang informasi pendidikan. Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai suatu aspek yang diharapkan tidak bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor sangat berbeda dengan guru, petugas sekolah atapun orang tua dalam tugasnya. Konselor mampu untuk menyelenggarakan hubungan yang harmonis antara mereka sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan untuk membantu peserta didik memahami berbagai pengalaman diri, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka mengenal diri, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri yang bersumber dari diri peserta didik sendiri dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Suatu upaya dalam bimbingan dan konseling harus mampu melibatkan klien secara penuh atau dengan seluruh jiwanya. Dalam membantu pekembangannya konselor harus memiliki prinsip-prinsip yang sangat penting, seperti layanan bimbingan dan konseling yang diharapkan mampu mengembangkan potensi dari setiap peserta didik dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya.

    1.2    Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas  diantaranya:
1.2.1          Bagaimana Sejarah Bimbingan dan Konseling?
1.2.2          Bagaimana Konseling dalam Aspek-Aspek Kehidupan?
1.2.3          Apa Pengertian Bimbingan dan Konseling?
1.2.4          Bagaimana Upaya Melibatkan Klien?
1.2.5          Bagaimana Konseling Pengembangan dan Islam?
1.2.6          Bagaimana Orientasi Bimbingan dan Konseling?
1.2.7          Apa Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling?
1.2.8          Bagaimana Pemahaman tentang Kasus? 

1.3  Tujuan Pembahasan

            Dengan dibuatnya makalah ini ada beberapa tujuan diantaranya:
1.3.1          Untuk mengetahui Sejarah Bimbingan dan Konseling
1.3.2          Untuk mengetahui Konseling dalam Apek-Aspek Kehidupan
1.3.3          Untuk mengetahui Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.3.4          Untuk mengetahui Upaya Melibatkan Klien
1.3.5          Untuk mengetahui Konseling Pengembangan dan Islam
1.3.6          Untuk mengetahui Orientasi Bimbingan dan Konseling
1.3.7          Untuk mengetahui Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
1.3.8          Untuk mengetahui Pemahaman tentang Kasus

BAB II

PEMBAHASAN


2.1  Sejarah Bimbingan dan Konseling

Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di negara asalnya Amerika Serikat. Bermula dari banyaknya pakar pendidikan yang menamatkan studinya di negeri Paman Sam itu dan kembali ke Indonesia dengan membawa konsep-konsep bimbingan dan konseling yang baru. Hal itu terjadi sekitar tahun 60-an. Tidak dapat dibantah bahwa pakar pendidikan itu telah menggunakan dasar-dasar pemikiran yang diambil dari pustaka Amerika Serikat. Khusus mengenai pandangan terhadap anak didik yaitu bahwa anak didik mempunyai potensi untuk berkembang karena itu pendidikn harus memberikan situasi kondusif bagi perkembangan potensi tersebut secara optimal.
Potensi yang dimaksud adalah potensi yang baik, yang bermanfaat bagi anak dan masyarakatnya. Pandangan itu bersumber dari aliran filsafat humanistik, yang mana menganggap bahwa manusia adalah unggul dan mempunyai kemampuan untuk mengatasi segala persoalan kehidupannya di dunia. Manusia menjadi sentral kekuatan melalui otaknya. Karena itu pendidikan haruslah mengutamakan otak (kognitif dan daya nalar).
Untuk kondisi Indonesia, sebaiknya diterapkan paham humanistik-religius. Artinya menghargai manusia atau potensinya, namun kekuatan kepada Tuhan tetap tidak terabaikan. Sehingga bimbingan dan konseling menjurus kepada pengembangan potensi dan penyerahan diri kepada Allah SWT.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia cenderung berorientasi layanan pendidikan (instruksional) dan pencegahan. Sejak tahun 1975 bimbingan dan konseling digalakkan di sekolah-sekolah (Rochman Natawidjaja, 1987). Upaya ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa sehingga ia dapat berkembang seoptimal mungkin.

2.2  Konseling dalam Aspek-Aspek Kehidupan

Pelaksanaan hubungan konseling (helping relationship) tidak hanya terdapat dalam lab bimbingan dan konseling atau sekolah tetapi juga dalam seluruh aspek-aspek kehidupan harus memilikinya. Apabila terjadi interaksi antar individu maka dengan individu lain maka disanalah terjadi hubungan yang membantu atau hubungan konseling, dengan tujuan untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membantu individu yang membutuhkannya. Berikut ini ada beberapa bidang kehidupan atau profesi yang melakukan hubungan konseling diantaranya:

2.2.1    Dunia Kedokteran/Kesehatan

Dalam dunia kedokteran/kesehatan terjadi hubungan antara dokter dengan pasien atau perawat dengan pasien. Relasi dokter-pasien seharusnya merupakan hubungan yang membantu (helping relationship), artinya sebagai tenaga profesional dibidang ini, dokter membantu pasien yang sangat membutuhkan banyak informasi yang jelas tentang penyakitnya, obat, operasi, biaya, dan sebagainya yang berhubungan dengan kesehatan pasien melalui hubungan baik sesama manusia.
Masalah yang seringkali dihadapi dokter dan perawat bukan soal profesinya melainkan bagaimana cara atau teknik dalam berkomunikasi yang dapat mempercepat proses kesembuhan dan perkembangan pasien. Cara komunikasi ini adalah dialog dua arah bukan hanya dialog yang searah berupa instruksi dokter, akan tetapi dialog yang harus dilakukan dapat membuat pasien menyatakan semua keinginan, keluhan, dan kecemasan akan penyakit yang dideritanya, kemudian dokter menanggapinya dengan positif, ramah, dan bersahabat. Semua teknik yang dilakukan dalam komuikasi ini juga terdapat dalam hubungan konseling.
Hubungan konseling dalam bidang ini yaitu antara pimpinan perusahaan dengan karyawa. Hubungan ini seharusnya memiliki tujuan agar karyawan dapat mengembangkan kreativitasnya secara optimal. Pimpinan perusahaan juga tidak lupa akan kehidupan psikis karyawannya terutama kebutuhan fisik, biologis, kejiwaan dan sosial, serta emosionalnya. Namun pada kenyataannya perusahaan saat ini bila dilihat hubungan pengusaha dengan karyawan sangat formal, tertutup, otoriter bahkan menekan. Bukti yang bisa dilihat saat ini yaitu pemutusan hubungan kerja (PHK) tanpa musyawara dengan karyawan sehingga menimbulkan demo-demo yang dilakukan karyawan. Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi dan perhatian pengusaha terhadapnya. Komunikasi konseling yang dikembangakan dalam bidang ini yaitu menggunakan teknik-teknik untuk lebih menggali keinginan karyawan, tekanan perasaan, dan motif.

2.2.3    Bidang Pendidikan

Pendidikan pada umumnya selalu berkaitan dengan bimbingan, karena pendidikan memiliki tujuan agar peserta didik menjadi kreatif, produktif, dan mandiri. Artinya pendidikan berusaha untuk mengembangkan setiap peserta didik. Segala aspek yang ada dalam peserta didik harus dikembangakan seperti intelektual, moral, sosial, kognitif dan emosional. Bibingan dan konseling dalam bidang ini adalah upaya untuk membantu perkembangan aspek-aspek tersebut menjadi optimal, harmonis dan wajar.
Relasi dalam dunia sekolah yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik merupakan hubungan yang membantu karena selalu diupayakan agar ada motivasi pendidik untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik dan membantu peserta didik dalam memecahkan masalahnya. Dalam keluarga, relasi yang terjadi yaitu antara orang tua dengan anak-anak merupakan relasi yang membantu, karena orang tua harus menyadarinya bahwa potensi anak harus dikembangkan. Mulai dari menciptakan situasi rumah yang kondusif untuk berkembang, belajar, berinisiatif, berkreatif, dan sebagainya.
Secara umum tujuan hubungan yang membantu sebagaimana yang terjadi di atas adalah sebagai berikut:
1.       Mengembangkan potensi individu secara optimal sehingga dia kreatif, produktif, mandiri, dan bersifat religious.
2.       Memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dia terlepas dari tekanan emosional (stress), sehingga muncul idenya untuk merencanakan hidupnya.
Dalam kehidupan sosial terutama dalam relasi antar manusia, mempunyai keterampilan konseling (hubungan yang membantu) sangat bermanfaat. Tetapi keterampilan-keterampilan tersebut harus digunakan dengan cara yang intens (mendalam) atau tidak karena semuanya bergantung pada taraf professional seseorang.
Menurut Barbara Okun (1987:5-6) ada tiga taraf pembimbing diantaranya:
1.       Pembimbing profesional. Pembimbing ini adalah psesialis yang telah dilatih dalam konseling dan biasa paling sedikit yang berijazah S1.Pembimbing ini disebut konselor.
2.       Pembimbing praprofesional, yaitu orang-orang yang bekerja dibidang pelayanan manusia. Minimal mereka adalah sarjana mudah, seperti pekerja sosial, pembantu psikolog dan psikiater, pekerja lapangan, petugas masjid atau gereja, guru, petugas panti asuhan dan sebagainya.
3.       Pembibing nonprofessional, yaitu biasanya orang-orang yang tidak mendapat latihan khusus dalam bibingan kecuali melalui seminar, penataran serta bacaan-bacaan. Orang-orang ini bekerja sebagai peawancara, pemipin perusahaaan, dokter, pelatih, dan supervisor.
Merujuk pada pendapat Barbara Okun maka konseling dapat dilatihkan kepada orang-orang yang bergerak dalam interaksi dengan manusia seperti ibu rumah tangga ataupun profesi lainnya.

2.3       Pengertian Bimbingan dan Konseling (BK)

Mengapa bimbingan dan konseling amat penting di sekolah? Karena bimbingan dan konseling merupakan usaha membantu murid-murid agar dapat memahami dirinya, yaitu potensi dan kelemahan-kelemahan diri.

2.3.1    Pengertian Bimbingan

Pada mulanya bimbingan dimaksud sebagai usaha membantu para pemuda agar mendapatkan pekerjaan. Hal ini berguna untuk mengatasi kenakalan remaja, dengan asumsi bahwa memberikan pekerjaan diharapkan ketegangan emosional dan keliaran remaja dapat berkurang.
Arthur J. Jones (1970)mengartikan bimbingan sebagai ”The help given by one person to another in making choices and adjustment and in solving problems”. Pengertian bimbingan yang dikemukakan Arthur ini amat sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu diterbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Penyesuaian diri merupakan hal yang penting pula dari tujuan bimbingan. Penyesuaian diri itu berarti individu mampu menyesuaikan diri terhadapa diri sendiri dan terhadap lingkungannya.
Satu lagi tujuan bimbingan adalah agar individu mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Kemampuan fasilitatif yang ada pada konselor dapat menimbulkan motivasi bagi klien untuk mencari berbagai alternatif dalam usaha pemecahan masalahnya.
Frank W. Miller dalam bukunya Guidance, Principle and Services (1968), mengemukakan definisi bimbingan sebagai berikut (terjemahan):
“Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diiri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga, dan masyarakat.”
Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan sistematis, sehubungan dengan masalahnya.
Dari pengertian-pengertian bimbingan sebagaimana dikemukakakan diatas tadi, dapat disimpulkan karakteristik bimbingan (guidance) adalah sebagai berikut:
1.       Bimbingan merupakan upaya yang bersifat preventif
Artinya lebih baik diberikan kepada individu yang belum bermasalah, sehingga dengan bimbingan ia akan memelihara diri sendiri dari berbagai kesulitan.
2.       Bimbingan dapat diberikan secara individual dan kelompok
Upaya bimbingan dapat diberikan secara individual, artinya seorang pembimbing menghadapai seorang klien ( si terbimbing). Mereka berdiskusi untuk pengembangan diri klien, kemudian merencanakan upaya-upaya bagi diri klien yang terbaik baginya.
3.       Bimbingan dapat dilakukan oleh para guru, pemimpin, ketua-ketua oraganisasi, dan sebagainya
Yang penting para pembimbing tersebut memiliki pengetahuan tentang psikologi, sosiologi, budaya, dan berbagai teknik bimbingan seperti, diskusi dan dinamika kelompok, sosio-drama, teknik mewawancarai, dan sikap-sikap yang menghargai, ramah, jujur, dan terbuka.

2.3.2      Pengertian Konseling

Secara historis asal mula pengertian konseling adalah untuk memberi nasehat, seperti penasehat hukum, penasehat perkawinan, dan penasehat camping anak-anak pramuka. Pengertian konseling dalam kegiatan-kegiatan seperti tersebut di atas menekan pada nasehat (advise giving), mendorong, memberi informasi, menginterpretasi hasil tes, dan analisa psikologis.
Kemudian muncul English & English pada tahun 1958 mengemukakan arti konseling adalah:
“Suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain, dimana seorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam langka penyesuaian dirinya.”
Pada tahun 1955, yakni tiga tahun sebelum English, Slen E. Smith mendefinisikan konseling yakni:
“Suatu proses dimana konselor membantu konseli (klien) agar ia dapat memahami dan menafsirkan fakta-fakta yang berhubungan dengan pemilihan, perencanaan dan penyesuaian diri sesuai dengan kebutuhan individu.”
     Maka definisi konseling yang antisipatif sesuai tantangan pembangunan adalah:
“Konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.”
            Karakteristik untuk pengembangan adalah:
1.       Konselor/pembimbing selalu melihat potensi individu dan dari sinilah dimulai penjelajahan dalam proses konseling. Akan tetapi bukan sebaliknya, bahwa seorang konselor hanya melihat sisi kelemaha/problem/kesulitan klien belaka. Akibatnya psoses konseling dipandang oleh para klien adalah suasana yang tidak menyenangkan.
2.       Jika sekiranya klien memiliki masalah/kelemahan atau kesulitan, biarlah klien yang mengungkapkannya berkat dorongan dari konselor.
3.       Konselor berusaha dengan menggunakan keterampilan, kepribadian dan wawasannya, untuk menciptakan situasi konseling yang kondusif bagi pengembangan potensi klien.
4.       Konselor berusaha memberikan kesempatan kepada klien untuk memberikan alternatif-alternatif pilihan yang sesuai dengan kondisi dan situasi dirinya.
5.       Konseling pengembangan berjalan nelalui proses yang menggairahkan, menggembirakan klien, yaitu melalui dialog/wawancara konseling yang menyentuh hati nurani dan kesadaran klien.
6.       Konselor dituntut agar dapat membaca bahasa tubuh yang berkaitan dengan lisan klien atau bahasa tubuh yang memberikan isyarat tertentu yang mengandung arti tertentu.
Perbedaan Konseling Pengembangan (Orientasi Baru) dan Konseling Gaya Lama:
Konseling Pengembangan
(Orientasi Brau)
Konseling Gaya Lama
-          Bersifat pedagodis
-          Melihat potensi klien bukan pemahaman
-          Berorientasi pengembangan potensi positif klien
-          Menggembirakan klien
-          Dialog konselor mentuh klien; klien terbuka
-          Bersifat humanistif-religius
-          Klien sebagai subjek memegang peranan, memutuskan tentang dirinya
-          Konsekolor haya membantu dan memberi alternatif-alternatif
-          Bersifat klinis
-          Melihat kelemahan klien
-          Berorientasi pemecahan masalah klien
-          Konselor serius
-          Klien sering tertutup
-          Dialog menekan perasaan klien
-          Klien sebagai objek

2.4  Upaya Melibatkan Klien

Hal yang paling penting dalam hubungan konseling adalah supaya konselor mampu melibatkan klien secara penuh dengan jiwanya. Pada saat klien sudah telibat dalam proses konseling, maka ia akan terbuka dan jujur (disclosed) sehingga dengan mudah menyatakan perasaannya, pengalaman ataupun idenya. Untuk melibatkan klien sesuai dengan harapan konselor maka diperlukan beberapa syarat yaitu:

2.4.1    Kepribadian konselor

Seorang konselor yang efektif memiliki karakteristik kepribadian sebagai berikut:
a.       Empati, artinya mampu merasakan apa yang dirasakan klien.
b.       Asli atau jujur, yaitu tingkah laku ataupun kata-kata konselor tidak dibuat-buat akan tetapi asli dan jujur sesuai dengan kenyataan dan keadaan.
c.       Memahami keadaan klien baik kekuatan atau kelemahannya.
d.       Menghargai
e.       Menerima klien walau dalam keadaan bagaimanapun.
f.        Tidak menilai atau membanding-bandingkan klien dengan yang lainnya.
g.       Mengetahui keterbatasan diri seperti ilmu, wawasan, atau teknik konselor.
h.       Pemahaman keadaan sosial-budaya dan ekonomi klien.

2.4.2    Ilmu dan wawasan

Ilmu konseling biasanya didukung oleh ilmu-ilmu tentang manusia seperti filsafat manusia, agama, psikologi, antropologi, sosiologi, dan seni peran. Hal ini dikarenakan manusia mempunyai banyak segi tersembunyi dan merupakan teka-teki (human enigma). Sehingga sangat diperlukan banyak sekali ilmu dan keterampilan yang beragam untuk mendekatinya.

2.4.3    Penguasaan keterampilan konseling

Dalam pengusaan keterampilan konselor harus menguasai teknik-teknik konseling yang bervariasi dan berganda yang sangat penting sepeti refleksi, bertanya untuk membuka percakapan, mengarahkan dan masih banyak lagi.

2.5  Konseling Pengembangan dan Islam

Ada 5 prinsip dalam membantu konseling dalam pengembangan individu yng perlu diperhatikan, yaitu:

2.5.1    Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup

Dalam situasi ini biasakan memberikan suasana kegembiraan terhadap klien. Karena, ini akan membuat klien merasa senang dan tertarik untuk melibatkq[an diri dalam pembicaraan sehingga membuatnya untuk terbuka untuk mengeluarkan isi hatinya. Dengan adanya suasana ini mereka akan mengungkapkan kesalahannya dan kelemahannya, sehinnga dengan mudah klien mampu menerima nasehat.

2.5.2    Melihat klien sebagai subjek dan hamba Allah

Klien bukanlah objek konselor yang akan diperlakukan tanpa nilai moral religius. Akan tetapi menghargai dirinya juga sebagai pribadi yang bebas(merdeka). Maka disini yang paling banyak berbicara itu adalah klien agar klien semakin terbuka dan jujur. Banyak yang berpendapat bahwa konselor yang baik itu adalah memberi banyak nasehat akan tetapi itu sungguh tidak baik bagi klien dimana mereka akan hanya manggut-manggut saja. Maka dari sini diperlukanlah nasehat agama yang penting agar mereka mampu intofeksi diri masing-masing.

2.5.3    Menghargai klien tanpa syarat

Dalam hal ini konselor memberikan penghargaan bagi klien agar klien semakin terbuka dan merasa senang dalam mengungkapkan tanpa ada tekanan. Dengan memberikan penghargaan melalui ucapan-ucapan, serta bahasa badan yang menghargai.

2.5.4    Dialog Islam yang Menyentuh

Konselor harus berupaya mengungkapkan kata-kata dalam setiap dialog yang menyentuh hati klien sehingga muncul rasa syukur, rasa cinta, dan bahkan rasa berdosa. Keakraban terhadap klien adalah kata-kata kunci dalam hubungan konseling untukembuat klien menfalami perasaan yang tersentuh terhadap agama dan kemanusiaan oleh sebab itu klien harus mengetahui tentang ilmu agama.

2.5.5    Keteladanan pribadi konselor

Keteladanan dapat meyentuh perasaan klien untuk mengidentifikasi diri konselor. Hal ini merupakan motivasi atau nasehat secara tidak langsunh bagi klien dengan melihat kepribadian konselor yang jujur, saleh, berpandangan luas dan penuh perhatian terhadap klien.

2.6       Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling

Siswa adalah manusia yang memiliki banyak potensi yang layak dikembangkan untuk mencapai kemandirian, kreativitas, dan produktivitas. Maka untuk mengembangkan hal tersebut diperlukan sistem pendidikan yang sangat optimal dan kondusif. Permasalahan pada saat ini terutama pada sekolah yang pendidikan formal, dimana para siswa dituntut untuk cerdas, dan memiliki nilai yang sangat bagus. Sehingga pada tujuannya bisa masuk perguruan tinggi. Dan masih banyak sekolah yang terjebak pada perkemangan kognitif ini. Hakikatnya guru-guru menekankan pada perkembangan otak siswa. Menurut ahli Carl bagwa manusia memiliki dua otak yaitu otak kanan dan otak kiri. Sedangkan otqk kiri yang berkemampuan tentqng matematis dan logika. Maka dari sini kita melihat bhwa sekolah mengabaikan kinerja otak bagian kanan yang hanya mengasah otak bagian kiri.
Selain masalah diatas guru juga mengajar yang selalu monoton dan menggunakan metode ceramah, dan bahkan tidak ada lagi sedikit rumor. Sehingga itu mengakibatkan anak menjadi cepat bosan dalam belajar dan malas sehingga apa yang telah di ajarkan sulit unuk dipahami. Munculnya otoriter guru yang tidak baik terhadap murid membuat murid menjadi manusia yang membangkang dan bolos. Dari masalah tersebut perlu upaya pelayanan terhadap pengembangan diri dan potensi siswa yang lebih terarah. Adapun pelayanan BK hanya untuk siswa yang bermasalah akan tetapi bukan untuk pengembangan potensi anak. Pada umumnya dapat kita lihat bahwajumlah anak yang bermasalah dari 100 paling banyak adalah 5 sampai 10 atau 5%-10% lalu yang 95% diabaikan karena tidak bermasalah. Dengan kata lain bahwa orientasi bimbingan dan konseling selama ini bersifat klinis, artinyq hanya memperhqtikan siswa yang bermasalah. Ada beberapa kondisi yqng menunjang keburukan layanan BK:
1.       Mengutamakan siswa yang jumlahnya sedikit dan bermasalah
2.       BK laksana sebagai kantor polisi untuk menghukum siswa yang melanggar
3.       Anggapan bahwa BK adalah tempat orang-orang yang terbuang atau nakal dan bolis dll. Padahal ini sudah biasa terjadi dan guru biasa sekalipun bisa mengatasinya
4.       Guru-guru pembimbing tidak mampu dalam menjelas betapa pentingnya bimbingan dan konseling. Sehingga mereka terkesan pasif dan tidak memiliki program nyata dalam pengembangan siswa
5.       Guru pembimbing biasanya tidak professional
6.       Bimbingan dan konseling ini biasanya dianggab sebagai tempat guru-guru yang kurang jam mengajar
7.       Banyaknya anggapan bahwa pekerjaan ini boleh dilakukan siapa saja karena hanya memberi nasehat , peringatan ataupun ancaman
Ada 4 orientasi baru BK dalam pengembangan yaitu:
a.       Pedagogis, artinya menciptqkan kondisi sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa dengan memperhatikqn perbedaan idividual diantara siswa.
b.       Potensial, perlunya penhembangn potensi setiap anqk-anak.
c.       Humanistik-religius, pendekatan terhadap anak haruslah manusiawi dengan landasan ketuhanan.
d.       Profesional, BK harus dilakukan dengan profesional teoritis dan berwawasan.
Ada 3 topik yang mendasari dan berperan dalam pengembangan siswa.
1.       Peran kepala sekolah dan guru-guru.
Bimbingan adalah bertujuan unuk memberitagukan kepada siswa betapa pentingnya merencanakan masa depan mulai dari awal. Agar nantinya siswa dapat mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang tepat mengenai masa depannya baik dalam bidang pendidikan, karir, maupun keluarga. Dilihat betapa pentingnya bimbingan bagi seluruh siswa diperlukan kepala sekolah dan guru untuk berperan penting. Dimana kepala sekolah sebagai pengkoordinir keberhasilan bimbingan dan konseling disamping kegiatan kurikulum dqn administrasi. Karena itu kepedulian kepala sekolah untuk menyediakankonselor profesional. Sedangkan guru-guru adalah sebagai pembimbing artinya pendekatan terhdap siswa dengan manusiawi-religius, bersahabat, jujur,ramah dan mendorong dengan metode ini guru mengajarkan perkembangan siswa, bukan untuk membuqt siswa yang pasif.
2.       Bimbingan Pengembangan Potensi Siswa.
Dalam hal ini adalah slah satunya dengan membuat kelas unggulan yang bermanfaat bagi pengembangan kreqtifitas dan akademik siswa. Biasanya diadakan di SMA agar bsa menentukan secara mudah masa depanya salah satunya agar bisa masuk PTN. Adapun program pengembangan anak adalah sebagai berikut:
a.       Program pengembangan siswa unggul akademi (SUA)
Ada beberapa tahahapan yang perlu dilakukan yaitu:
1.       Seleksi kemampuan akadamik
2.       Membuat kurikulum khusus
3.       Memilih guru yang berkualitas dan catatan dalam mengajar
4.       Menyediakan sarana penunjang
5.       Menyiapkan program bimbingan dan konseling bagi keberhasilan belajar, pengembangan pribadi dan minat.
b.       Program Pengembangan Siswa Unggul Kreativitas
Memiliki beberapa tujuan yaitu:
1.       Menentukan dan melatih siswa yang berbakat dan kreatif sehingga mereka terampil dalam bidang-bidang tertentu seperti seni,teknologi, dll.
2.       Menyiapkan para siswa untuk pasar kerja dengan memiliki semi keterampilan atau siap latih.
Untuk tahapannya yaitu:
1.       Seleksi minat, bakat dan kreativitas melalui wawancara, penilaian karya dan tes psikotes.
2.       Menyusun program keterampilan yang sesuai kebutuhan dan kondisi sekolah.
3.       Menyediakan sarana latihan dan pmbimbing latihan .
4.       Menggalang kerjasama dengan pihak indystri.
5.       Menyiapkan program bimbingn dan konseling bagisiswa untuk membantu keberhasilan mereka.
3.       Bimbingan Siswa Bermasalah
Dalam kegiatan ini perlu adanya ketelitian dalam menyikapi kass. Dan harus memiliki kemampuan khusus dalam mengatasi setiap masalah. Meskipun jumlah anak yang bermasalah dibilang sedikit akan tetapi mereka tetap menjadi perharian lembaga bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam mengatasinya perlu adanya pemilahan dalam bentuk tabel berikut ini .
Masalah Siswa
Konselor
Jenis Kasus
Contoh Kasus
Ringan
Membolos, merokok ringan, pertengkaran, kesulitan dalam belajar
Semua guru/wali kelas
Sedang
Gangguan emosional, bepacaran dengan perbuatan menyimpang, mencuri tahap pertengahan
Guru pembimbing
Berat
Neurosis, narkotika, hamil percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata
Alih tangan/referal

2.7  Jenis-Jenis Konseling

Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, perlu adanya kegiatan layanan konseling yang terorganisir, terprogram dan terarah. Diperlukan guru pembimbing yang profesional di sekolah dengan jumlah yang banyak, hal ini dilakukan untuk menjaga citra sekolah dan citra bimbingan konseling. Perbandingan seorang guru pembimbing dengan siswa maksimal nya 1:200, artinya setiap guru pembimbing dapat melayani 200 siswa selama satu tahun. Dengan begitu pembimbing akan dapat memberikan layanan konseling individual dan kelompok secara terencana.
Jenis jenis kegiatan layanan konseling terdiri dari :

2.7.1    Layanan Orientasi

Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

2.7.2    Layanan Informasi

Layanan informasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

2.7.3    Layanan Pembelajaran

Layanan pembelajaran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi belajar atau penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.

2.7.4    Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.

2.7.5    Layanan Konseling Perorangan

Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

2.7.6    Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan.

2.7.7    Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

2.8  Pemahaman tentang Kasus

Setiap siswa mempunyai masalah yang sangat beragam. Permasalahan yang dihadapi siswa dapat bersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier. Oleh karena keterbatasan kematangan siswa dalam mengenali dan memahami hambatan dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka konselor sebagai pihak yang berkompeten dan profesional perlu memberikan intervensi. Apabila siswa tidak mendapatkan intervensi, siswa mendapatkan permasalahan yang cukup berat untuk dipecahkan. Konselor sekolah diharapkan dapat mengetahui keadaan dan kondisi siswanya secara mendalam serta membantu siswa untuk mengatasi permasalahan dan hambatan dalam perkembangannya.
Sebelum melakukan proses konseling, sebaiknya konselor mengetahui kondisi dan keadaan siswa. Konseling baru dapat diberikan dengan baik apabila data mengenai individu yang akan di konseling sudah diperoleh. Ada banyak metode dan pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu studi kasus (Case Study). Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode-metode lain. Dengan metode studi kasus ini pembimbing bisa mendapatkan tinjauan yang mendalam. Studi kasus akan mempermudah konselor sekolah untuk membantu memahami kondisi siswa seobyektif mungkin dan sangat mendalam. Membedah permasalahan dan hambatan yang dialami siswa sampai ke akar permasalahan, dan akhirnya konselor dapat menentukan skala prioritas penanganan dan pemecahan masalah bagi siswa tersebut.
Pada peraktik nya seorang konselor dituntut untuk memahami secara menyeluruh tentang tujuan, struktur, dan proses konseling. Terutama yang harus konselor kuasai adalah :
  1. Hubungan konseling
  2. Respon konselor terhadap perilaku verbal dan nonverbal klien
  3. Kemampuan melibatkan klien dalam pembicaraan yang jujur dan terbuka
  4. Kemampuan membuka awal konseling yang mampu mengungkap permasalahan atau isu pokok dari klien
  5. Meningkatkan proses konseling hingga tercapainya tujuan
  6. Mengakhiri proses konseling yang bermakna yakni menurunnya kecemasan klien dan adanya rencana hidup klien selanjutnya. Dengan kata lain tujuan konseling adalah tujuan klien
Dalam prakteknya konseling selama ini masih ditemukan banyaknya konselor yang belummencapai tujuan sebagaimana diharapkan oleh klien. Ini disebabkan oleh lemahnya kemampuan teori dan keterampilan konseling yang dapat terlihat dalam respon konselor terhadap perilaku verbal dan nonverbal. Maka diharuskan adanya analisis yang gunanya untuk membantu calon konselor dan konselor dalam memahami kelemahan dan kekuatan responnya sehingga akan membuatnya semakin terlatih dan mempunyai Pemahaman yang baik terhadap proses dan tujuan konseling yang dilakukannya.
Selain itu berikut adalah Tujuan pelaksanaan studi kasus yaitu agar:
1.       Konselor dapat mengenal diripribadi klien yang dianggap mempunyai masalahsecaraluasdanmendalam.
2.       Konselor dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi klien.
3.       Konselor dapat menentukan jenis layanan yang tepat sesuai dengan permasalahan klien
4.       Konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.
5.       Siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.
Dalam memberikan analisis terhadap proses konseling, akan dikemukakan deskripsi tertulis wawancara konseling sebagai hasil rekaman suara, dan catatan yang dibuat oleh para calon konselor. Disamping itu untuk menganalisis struktur konseling yaitu kemampuan melakukan proses konseling secara sistematis dan sesuai dengan teknik teknik konseling.

2.9       Pelaksanaan Studi Kasus

Pelaksanaan studi kasus oleh konselor harus berdasar pada prosedur atau langkah-langkah yang ada. Secara garis besar langkah-langkah studi kasus sebagai berikut:

2.9.1    Instrumen atau Metode Pengumpulan Data

Dalam Studi Kasus Terdapat banyak metode yang dapat dipakai dalam mengumpulkan data untuk kepentingan identifikasi masalah siswa, yaitu:
a.       Kartu pribadi
b.       Angket
c.       Wawancara
d.       Kunjungan Rumah(Home Visit)
e.       Buku rapor
f.        Testing
g.       Rating scale
h.       Autoboigrafi
i.        Sosiometri
j.        Studi dokumentasi
k.       Daftar cek masalah (DCM)
Dalam penggunaan alat-alat tersebut ditentukan prioritas teknik yang dapat dipakai secara efektif dan efisien.

2.9.2    Data Yang Dikumpulkan Dalam Studi Kasus

Studi kasus merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh pemahaman diri klien yang dijadikan sebagai kasus. Dalam pelaksanaan studi kasus konselor harus mencari data yang berkaitan dengan diri klien.
Data yang dikumpulkan dalam studi kasus antara lain:
a.       Data identitas (data pengenal);
b.       Tanda-tanda atau gejala yang nampak;
c.       Data sekitar klien:
1)      Latar belakang keluarga (familiy bacground), antara lain: – Lingkungan rumah – Bagaimana hubungan anggota keluarga – Status ekonominya – Disiplin dalam rumah – Bagaimana sikap oang tua terhadap anak dan sebaliknya
2)      Latar belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain: – Kesehatan anak pada umumnya – Keadaan physical defect – Keadaan alat indera pada umumnya
3)      Data mengenai segi pendidikannya: – Records di sekolah – Kemajuan dan kemunduran di sekolah
4)      Social behavior dan minatnya, antara lain: – Hobi – Hubungan sosial – Kepercayaan kepada diri sediri – Inisiatif
5)      Tes data, antara lain: – Perhatian – Bakat – Achievement d. Interpretasi dari data dan diagnosis (kesimpulan);
d.       Langkah-langkah yang akan diambil dalam pemberian konseling.

2.10     Cara Pelaksanaan Studi Kasus

a.       Perencanaan
Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:
1)      Mengenali gejala. Pertama-tama mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara:
a)       Guru pembimbing menemui sendiri gejala pada siswa yang memiliki masalah
b)      Guru mata pelajaran memberikan informasi
c)       Adanya siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing
d)      Wali kelas meminta bantuan guru pembimbing untuk menangani seorang siswa yang bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti siswa, para guru, ataupun pihak tata usaha.
2)      Membuat deskripsi kasus. Setelah gejala itu dipahami oleh guru pembimbing, kemudian dibuatkan suatu deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.
3)      Setelah deskripsinya dibuat, dipelajari lebih lanjut aspek ataupun bidang-bidang masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar atau karir.
4)      Jenis masalah yang telah dikelompokkan itu dijabarkan dengan cara mengembnagkan ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya.
5)      Adanya jabaran masalah yang lebih terinci dapat membantu guru pembimbing untuk membuat perkiraan kemungkianan sumber penyebab masalah.
6)      Perkiraan kemungkinaan sumber penyebab membantu mengetahui jenis informasi yang dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi.
b.       Pengumpulan data. Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih sering digunakan dalam studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Setelah data terkumpul konselor dapat mulai mengorgansasi dan mengklasifikasi data menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola.
c.       Penggunaan dan pengolahan data. Penggunaan dan pengolahan data merupakan usaha pengolahan data untuk merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang diperoleh dalam tahap pengumpulan data. Dengan demikian dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri anak, rumusan ini bersifat ringkas dan padat.
d.       Sintesa dan interpretasi data Setelah mengolah data selanjutnya data studi kasus diinterpretasikan dengan case conference antara petugas yang melakukan studi kasus, dalam case conference terlibat beberapa petugas khusus yang mempelajari setipa kasus dari individu yang bermasalah. Rumusan ini dilakukan melalui pengambilan atau pengambilan kesimpulan yang logis.
e.       Membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan (treatment) Merupakan langkah yang ditempuh untuk menetapkan teknik atau bantuan yang diberikan kepada siswa yang bermasalah serta memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh siswa sehubungan dengan masalah yang sedang dialami. Berdasarkan hasil case conference disusun suatu rekomendasi yang berwujud saran-saran, treatment (perlakuan) yang perlu dilakukan dan selanjutnya secara terus menerus diikuti dan dicatat setiap perubahan atau perkembangan yang terjadi pada siswa yang bersangkutan.
f.        Evaluasi dan tindaklanjut (follow up) Kegiatan ini dilakukan setelah melakukan treatment atau membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan. Untuk tindak lanjut bisa dilakukan oleh pengajar sendiri, guru BK, ataupun dirujuk dan di alihtangankan kepada pihak lain yang lebih berkompeten maupun dari oarang tua siswa itu sendiri.

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia cenderung berorientasi layanan pendidikan (instruksional) dan pencegahan. Sejak tahun 1975 bimbingan dan konseling digalakkan di sekolah-sekolah (Rochman Natawidjaja, 1987). Upaya ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa sehingga ia dapat berkembang seoptimal mungkin.
Dalam pelaksanaa hubungan bimbingan dan konseling (helping relationship) bukan hanya terjadi di lab bimbingan dan konseling atau di sekolah tepapi harus terjadi di seluruh bidang kehidupan dimana ketika terjadi hubungan antar individu seperti dalam dunia kedokteran/kesehatan, prusahaan dan industri, dan bidang pendidikan.
Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan sistematis, sehubungan dengan masalahnya. Sedangkan, konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Suatu hal yang paling penting dalam hubungan bimbingan dan konseling seorang konselor harus mampu melibatkan klien secara penuh (dengan jiwanya) dengan memperhatikan syarat dari soerang konselor yaitu kepribadiannya, ilmu dan wawasan, dan pnguasaan keterampilan konselingnya.
Ada 5 prinsip dalam konseling pengembangan dan Islam yaitu, memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup, melihat klien sebagai subjek dan hamba Allah, menghargai klien tanpa syarat, Dialog Islam yang menyentuh, dan keteladanan yang bersumber dari kepribadian konselor. Inilah prinsip yang sangat penting dalam konseling agar klien bersifat terbuka dan jujur dalam mengungkabkan isi hatinya. Adapun orientasi bimbingqn konseling yaitu pedagogis, potensial, humanistik, profesional, dalam hal ini sluruh lembaga pendidikan terutama kepala sekola dan guru-guru sangat berperan penting dalam pengembangan bimbingan dan konseling terhadap siswa.
Perbandingan seorang guru pembimbing dengan siswa maksimal nya 1:200, artinya setiap guru pembimbing dapat melayani 200 siswa selama satu tahun. Dengan begitu pembimbing akan dapat memberikan layanan konseling individual dan kelompok secara terencana.
Permasalahan yang dihadapi siswa dapat bersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier.  Oleh karena keterbatasan kematangan siswa dalam mengenali dan memahami hambatan dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka konselor sebagai pihak yang berkompeten dan profesional perlu memberikan intervensi. Ada banyak metode dan pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu studi kasus (Case Study). Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode-metode lain.
Pelaksanaan studi kasus oleh konselor harus berdasar pada prosedur atau langkah-langkah yang ada. Secara garis besar langkah-langkah studi kasus daintaranya: (1) Instrumen atau Metode Pengumpulan Data, dan (2) Data yang dikumpulkan dalam studi kasus

3.2  Saran

Saya sangat setuju dengan isi dari buku ini yang menjelaskan bahawq kita sebagai guru seharusnya juga berperan sebagai bimbingqn dan konseling yang sangat berguna dalam prose pembelajaran. Dimana guru harus menjadi teladan dan memiliki moral religius serta sikap yang bersahabat dengan siswa. Karena dari metode ini kita mengajarkan prkembangan siswa bukan mengajar agar siswa menjadi pasif.


DAFTAR PUSTAKA

Willis ,S, Sofyan. 2014. Konseling Individual Teori dan Praktek.Bandung: Alfabeta
Sayyidatul,L,A. (2016). Makalah Bimbingan dan Konseling (Pengertian, tujuan, asas, landasan).[online] tersedia di https://luluksafiyah.wordpress.com/2016/02/22/makalah-bimbingan-dan-konseling-pengertian-tujuan-asas-landasan/. Diakses pada 02 Maret 2018


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN