PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

KESULITAN DALAM MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR

 A.    PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang

Membaca adalah proses penyerapan ilmu pengetahuan yang kemudian akan dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup. Membaca permulaan merupakan salah satu keterampilan bagi anak dalam menyerap sebuah gagasan dan menuangannya kembali menjadi sebuah pengetahuan yang nyata (Pratiwi & Ariawan, 2017). Sejalan dengan hal itu Curtain, dkk (2016, hlm. 23) menuturkan kemampuan membaca erat kaitannya dengan keterampilan menuliskan sebuah gagasan. Menurut Tarigan (2008, hlm. 7) menjelaskan bahwa proses satu kesatuan yang dilakukan untuk diperguanakn oleh pembaca agar memperoleh pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembcana melalui kata-kata/tulisan. Oleh sebab itu membaca merupakan proses seseorang dalam mendapatkan informasi atau pesan dari yang disampaikan oleh penulis kepada orang lain melalui media tulisan.

Membaca adalah keterampilan yang perlu dikuasai oleh siswa sekolah dasar (Nurani, R. Z dkk, 2021). Menurut Sukirno (2009) mengemukakan bahwa pada sekolah dasar kemampuan membaca terbagi menjadi dua yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan. Membaca permulaan diajarkan pada siswa kelas 1 dan kelas 2, sedangkan membaca lanjut dimulai dari kelas 3 dan seterusnya (Rahma, M., & Dafit, F., 2021). Penting bagi siswa untuk menguasai membaca permulaan dimaksudkan keterampilan membaca membaca permulaan akan mempengaruhi keterampilan membaca selanjutnya. Sebagai keterampilan yang mendasari keterampilan selanjutnya, maka perhatian guru haru benar-benar diperlukan. Dasar yang kuat akan menjadi bekal bagi siswa dalam tahap selanjutnya dan ketika dasarnya lemah maka siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki keterampilan membaca yang mumpuni (Muhyidin, 2018).

Yuliana R (2017) berpendapat bahwa proses membaca permulaan hal yang diutamakan yaitu siswa mengenali huruf. Proses yang dilakukan dalam membaca permulaan yaitu untuk mengenal huruf vokal maupun huruf konsonan. Ketika siswa sudah dikenalkan huruf kemudian siswa diajak untuk merangkai sebuah kata dari huruf yang telah siswa pelajari sebelumnya. Sejalan dengan itu, Pratiwi & Ariawan (2017) menjelaskan siswa pada tahap membaca permulaan dikenalkan dengan huruf abjad dari A/a sampai Z/z. huruf tersebut dilafalkan sesuai dengan bunyi secara berulang-ulang hingga siswa kenal dan paham tentang huruf yang dibaca. Setelah diperkenalkan dengan bentuk sekaligus bunyi huruf abjak, langkah selanjutnya yaitu siswa diajak untuk mengeja suku kata, membaca kata, dan membaca kalimat pendek.

Proses kesulitan belajar yang dialami siswa merupakan hal yang umum dan lumrah, akan tetapi persoalan ini tidak boleh dianggap enteng. Masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran sepatutnya sesegera mungkin untuk dilakukan tindakan, diharapkan siswa berdaya untuk segera menuntaskan belajarnya di sekolah (Nurani dkk, 2021). Fauzi (2018) mengemukakan bahwa kesulitan siswa dalam proses membaca permulaan berbeda-beda dari setiap individunya, siswa yang memiliki kelemahan dalam hal ini akan cendrung memiliki hasil belajar yang rendah pada mata pelajaran lainnya. Pembelajaran di sekolah dasar terlihat masih belum berhasil dalam mengatasi kesulitan belajar yang terjadi kepada siswa, terkhusus pada persoalan menyangkut dengan siswa sulit membaca yang seringkali kurang mendapat perhatian dari guru. Membaca ialah kegiatan yang tidak hanya mengucapkan tulisan, namun ini juga melibatkan dengan berbagai aktivitas lain termasuk melihat, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif (Rafika dkk, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Rafika dkk (2020) menuturkan bahwa berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada sekolah dasar di Kota Madiun terdapat indikasi bahwa sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam membaca permulaan. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena faktor internal yang berasal dari diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa (Syah, 2012). Kemampuan siswa di sekolah dasar tersebut berbeda-beda, hal ini menunjukkan bahwa terdapat sebagian siswa yang memahami dan fasih dalam membaca, kemudian sebagian dari siswa tersebut masih belum lancar dalam membaca. Sejalan dengan itu Nurani dkk (2021) mengemukakan kemampuan membacaa pada siswa akan berbeda-beda tergantung dengan stimulus yang diberikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahma & Dafit (2021) menjelaskan bahwa peneliti menemukan informasi terkait masih banyaknya siswa yang memiliki kesulitan dalam membaca permulaan, permasalahan yang dialami siswa sangat beragam. Mulai dari siswa belum bisa mengenal dan membedakan huruf yang bunyinya hamper sama seperti huruf b dan d, huruf p dan q, huruf f dan v, huruf m dan w, kemudian ketika siswa membaca sulit untuk merangkai sebuah kata dan masih terbata-bata. Sejalan dengan penelitian itu Pratiwi & Ariawan (2017) menambahkan bahwa kesalahan membaca permulaan yang dialami siswaa hendaknya segera diatasi karena akan berdaampak pada kemampuan membaca siswa. Siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca, ini menjadikan siswa kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Rahim, 2008).

b.     Fokus Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu tentang:

1.     Kesulitan dalam Membaca Permulaan di Sekolah Dasar;

2.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Membaca;

3.     Solusi untuk Mengatasi Kesulitan Membaca

B.    KAJIAN TEORI

a.     Kesulitan Membaca Permulaan

Proses belajar tidak akan terlepas dari hambatan-hambatan yang terjadi ketika kegitan berlangusng. Hambatan terjadi pada membaca permulaan yaitu salah satunya kesulitan belajar. Kendala ini dihadapi oleh siswa ketika melaksanakan pembelajaran sehingga berefek pada hasil belajar siswa yang tidak begitu ideal (Yani, 2019). Sejalan dengan pendapat tersebut Irham & Wiyani (2013) menyatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar merupakan kondisi mengalami hambatan-hambatan tertentu dalam mengikuti proses pembelajaran dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Sementara itu menurut Ahmad & Supriyono (2013) menjelaskan beberapa gejala yang timbul sebagai tanda adanya kesulitan belajar.

(1) Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas; (2) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar; (4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar; serta (5) Anak didik menunjukkan tingkah-laku yang berlainan.

Berkaitan dengan kesulitan membaca Snowling (2013, hlm 70) menyatakan bahwa sebuah keadaan ketika siswa tidak mampu untuk merekognisi kata sehingga siswa lambat dalam memahami sebuah bacaan dan memiliki pemahaman bacaan yang rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rafika dkk (2020) memaparkan bahwa ada beberapa karakteristik kesulitan membaca yang dialami siswa.

Pertama, kesulitan dalam mengenal huruf. Karakteristik kesulitan membaca pada indikator mengenal huruf yaitu kesulitan mengidentifikasi huruf dan melakukan penghilangan huruf. Penghilangan huruf yang dilakukan siswa sering terjadi di akhir kata. Kedua, kesulitan dalam mengeja. Kesulitan mengeja terlihat saat siswa terbata-bata dalam mengeja kata atau kalimat yang menggunakan huruf diftong. Ketiga, kesulitan melafalkan fonem. Kemampuan dalam pelafalan bunyi bahasa berkaitan dengan kemampuan berbicara siswa. Diketahui bahwa kelemahan berbicara cadel (pelo) menyebabkan siswa kesulitan melafalkan beberapa huruf dengan baik. Siswa yang cadel (pelo) biasanya sulit dalam menyebutkan huruf-huruf seperti huruf „d‟, „r‟, dan „s‟.

Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Abdurrahman (2012) yang mengatakan bahwa penghilangan huruf biasanya terjadi pada pertengahan atau akhir kata. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi & Ariawan (2017) menuturkan ada beberapa kesulitan membaca permulaan yang dialami oleh siswa yaitu (1) belum mampu membaca diftong, vokal rangkap, dan konsonan rangkap; (2) belum mampu membaca kalimat; (3) membaca tersendat-sendat; (4) belum mampu menyebutkan beberapa huruf konsonan; (5) belum bisa mengeja; (6) membaca asal-asalan; (7) cepat lupa kata yang telah diejanya; (8) melakukan penambahan dan penggantian kata; (9) mengeja dengan waktu yang cukup lama; (10) belum mampu membaca dengan tuntas.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak hanya siswa yang mempunyai kelainan disleksia atau ADHD, tetapi masih banyak yang ditemukan perkara kesulitan membaca yang dialami siswa tanpa riwayat kelainan apapun. Pendapat ini sejalann dengan Slavin, dkk (2014) siswa yang kurang begitu lancar membaca dan mengeja dapat dikatakan memiliki kesulitan membaca tetapi beberapa guru tidak menyadari hal tersebut dan menganggap mereka akan lancar jika naik ke kelas berikutnya.

Dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran di sekolah kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa ketika membaca dapat dikategorikan sebagai kesulitan membaca (Zubaidah, 2013). Siswa yang mengalami kesulitan membaca memiliki kemampuan membaca lebih lamban daripada siswa yang tidak mengalami kesulitan membaca. Oleh sebab itu, perlu adanya tindakan untuk menganalisis kesulitan membaca yang dialami siswa. Kesulitan menbaca yang dialami siswa SD dikaitkan dengan pola pembelajaran yang dilakukan guru, pola pembelajaran membaca yang dilakukan guru cenderung bersifat statis dan klasik. Semua aktivitas dilakukan tanpa adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca. Siswa cenderung membaca dengan caranya sendiri. Analisis kesulitan membaca sangat penting dilakukan guru maupun orangtua untuk mengenali kesulitan yang dimiliki siswa sehingga mereka dapat diberi penanganan secara tepat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahma & Dafit (2021) menemukan bahwa siswa kelas I menghadap beberapa kesulitan dalam membaca permulaan yaitu

(1) Belum mengenal huruf; (2) belum mampu membaca suku kata; (3) membaca kata demi kata; (4) belum mampu membaca huruf diftong; (5) belum mampu membaca huruf konsonan; (6) belum mampu membaca huruf vokal; (7) pengulangan; (8) memprafase yang salah; (9) belum mengenali kata.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian menurut Pridasari & Anafiah (2020) yang menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan membaca permulaan siswa adalah

(1)Belum mampu membaca diftong, vokal rangkap, dan konsonan rangkap, (2) belum mampu membaca kalimat, (3) membaca tersendat-sendat, (4) belum mampu menyebutkan beberapa huruf konsonan, (5) belum bisa mengeja, (6) membaca asal-asalan, (7) cepat lupa kata yang telah diejanya, (8) melakukan penambahan dan penggantian kata, (9) waktu mengeja cukup lama, dan, (10) belum mampu membaca dengan tuntas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurani, dkk (2021) menemukan kesulitan membaca permulaan disekolah dasar yaitu (1) membaca tersendat-sendat; (2) pelafalan kurang sesuai.

b.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Membaca

Kesulitan membaca yang dialami siswa tentuya dipengaruhi oleh faktor penyebab kesulitan membaca. Faktor penyebab kesulitan membaca dapat dari dalam diri siswa maupun luar diri siswa. Menurut Rafika, dkk (2020) setelah menganalisis siswa di sekolah dasar mendpatkan beberapa faktor yang mempengaruhi siswa mengalami kesulitan membaca sebagai berikut.

1.     Kesehatan Fisik

Keadaan tubuh yang optimal akan mempengaruhi penerimaan siswa terhadap informasi yang disampaikan. Sejalan dengan pendapat Syah (2012) bahwa kondisi tubuh yang lemah dapat mempengaruhi tingkat berpikir yang rendah sehingga siswa akan kurang bisa menangkap materi yang dipelajari.

2.     Kemampuan Pengindraan

Gangguan pengindraan seperti masalah penglihatan, pendengaran, dan pengucapan dapat menyebabkan menghambat perkembangan belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Rizkiana (2016) bahwa gangguan pengindraan seperti persepsi visual dapat menyebabkan siswa sulit membedakan bentuk huruf.

3.     Variasi Mengajar Guru

Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menyebabkan siswa kesulitan belajar membaca. Hasil analisis menunjukkan bahwa guru telah berupaya menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam mengajarkan membaca di kelas.

4.     Penggunaan Media Pembelajaran

Media pembelajaran membaca berupa media kartu huruf untuk mengenalkan huruf dan kartu kata untuk mengenalkan kata kepada siswa. Mesikupun media yang digunakan masih belum memadai namun dengan adanya media tersebut dapat membantu proses belajar membaca siswa dalam mengenalkan sesuatu yang konkret. Hal tersebut selaras dengan yang diungkapkan oleh Rahman & Haryanto (2014) bahwa media pembelajaran dapat merangsang siswa agar tertarik terhadap pembelajaran, sehingga siswa mudah dalam memahami materi.

5.     Sarana Prasarana

Kondisi kelas yang bersih dapat membuat siswa merasa nyaman untuk belajar di kelas. Kenyamanan siswa dalam belajar dapat memicu konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran.

6.     Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama bagi siswa. Bimbingan dari orang tua serta perhatian dari orang tua menjadi faktor penting dalam keberhasilan belajar siswa.

7.     Motivasi dan Minat

Motivasi berfungsi mengarahkan perbuatan siswa dalam belajar. Sedangkan minat berkaitan dengan ketertarikan siswa dalam membaca buku.

Menurut Yani (2019) ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa ketika kesulitan membaca permulaan sebagai berikut.

1.     Faktor Pendidik

Guru harus mampu memahami dan mempunyai kemampuan untuk menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam membaca permulaan dan juga mampu mengontrol kemampuan membaca permulaan secara menyeluruh.

2.     Faktor Psikologis

Faktor ini yaitu yang berkaitan dengan motivasi, minat, dan kematangan sosial. Menurut Rahim (2008) motivasi merupakan hal yang mendorong siswa agar belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh suasana belajar yang kondusif dan peranan guru untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa.

3.     Faktor Lingkungan atau Sosial Budaya

Faktor lain yang turut mempengaruhi kesulitan membaca permulaan pada anak usia dini adalah lingkungan atau sosial-budaya. Faktor lingkungan itu mencakup latar belakang dan pengalaman anak di rumah, serta keadaan sosial-ekonomi keluarga. Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak (Slameto, 2010). Berkaitan dengan hal tersebut, Rahim (2008) mengemukakan bahwa orang tua yang bersikap hangat dan demokratis bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi Pendidikan, suka menantang anak untuk berpikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang dibutuhkan oleh anak-anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah.

Menurut Pramesti (2018) menuturkan bahwa faktor penghambat dalam membaca permulaan pada siswa kelas I sekolah dasar yaitu

(1) Faktor Intelektual mencakup tingkat kecerdasan anak yaitu kemampuan siswa yang rendah disbanding dengan teman-temannya sehingga siswa tersebut lamban dalam membaca dan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) Faktor lingkungan lingkungan keluarga juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan mmebaca siswa, memcakup latar belakang dan pengalman siswa yang kurang , siswa sangat memerlukan keteladanan dalam membaca. Keteladanan tersebut harus ditunjukkan orang tua sesering mungkin.keadaan ekonomi keluarga yang rendah juga menyebabakan anak mengslami hambatan dalam membaca permulaan; (3) Motivasi, kurangnya motivasi dari pihak orang tua siswa untuk mendorng dan memberi semnagat untuk anaknya dalam membaca; (4) Minat, Kurangnya minat membaca siswa yang rendah menyebabkan tingkat keberhasilan anak dalam membaca sulit tercapai.

c.     Solusi untuk Mengatasi Kesulitan Belajar

Menurut Rahma & Dafit (2021) ada beberapa solusi untuk mengatasi kesulitan membaca permulaan pada siswa sekolah dasar khususnya kelas I yaitu (1) guru mengadakan jam tambahan bagi siswa yang kesulitan membaca permulaan; (2) guru memberikan perhatian yang lebih kepada siswa yang kesulitan membaca permulaan; (3) bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam mengenali huruf bisa dilakukan dengan cara yaitu huruf menjadi bahan untuk nyayian kemudian dinyanyikan bersama siswa, mengidentifikasi huruf serta mendiskusikannya dari bentuk dan bunyi dari huruf tersebut, menggunakan bahan bacaan yang tidak terlalu rumit, dan siswa diminta menulis dan membacanya di kelas. Hal tersebut hampir sesuai dengan menurut Udhiyanasari (2019) solusi atau upaya yang dapat diakukan guru untuk mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa diantaranya sebagai berikut.

1. Menggunakan media pembelajaran yang menarik dan efektif, menggunakan metode pembelajaran dengan bantuan gambar akan sangat memudahkan siswa dalam mengenal huruf.

2.   Membacakan dongeng dan menjelaskan berbagai macam manfaat dengan biasa membaca dapat mendorong rasa percaya disi siswa. Selain itu percaya diri juga harus ditimbulkan karena siswa yang mengalami kesulitan membaca sulit dalam mengikuti pelajaran di kelas, sehingga sering dikucilkan oleh teman sekelasnya. Hal tersebut juga dapat dilakukan dengan menimbulkan rasa percaya diri siswa dengan cara memunculkan semangat belajar anak di kelas.

3. Memberikan program khusus membaca remedial. Program tersebut mengacu pada pemberian remedial kepada anak yang mengalami kesulitan membaca.

4.     Memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan membaca.

C.    SIMPULAN

Kesulitan membaca ialah suatu kondisi ditandai adanya siswa yang belum mampu mengenali kata sehingga mengalami keterlambatan dalam memahami sebuah bacaan. Keadaan ini ditandai dengan gejala prestasi belajar yang rendah, hasil belajar yang kurang seimbang, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, adanya sikap kurang wajar, dan anak menunjukkan tingkah yang berbeda. Hal-hal yang melatarbelakangi kesulitan membaca antara lain Kesehatan fisik, kemampuan penginderaan, variasi mengajar guru, penggunaan media pembelajaran, sarana prasarana, dan motivasi dan minat. Jika ditinjau dari segi lainnya, faktor pendidik, psikologis, lingkungan dan sosial budaya, dan intelektual turut andil dalam memengaruhi kesulitan membaca siswa. Adapun dalam rangka mengatasi kesulitan membaca, guru dapat mengadakan jam tambahan bagi siswa yang kesulitan membaca, memberikan perhatian lebih, menggunakan media atau metode yang selaras untuk meningkatkan kemampuan membaca seperti bernyanyi, bercerita, dan media kartu.

 

D.    DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2012). Pendidikan bagi Anak Kesulitan Belajar. Rineka Cipta.

Ahmadi, A. & W. Supriyono. (2013). Psikologi Belajar. Rineka Cipta.

Curtain, H., Donato, R., & Gilbert, V. (2016). Elementary School Foreign Language Programs in the United States. In Foreign Language Education in America (pp.19-41). Palgrave Macmillan UK.

Fauzi. (2018). Karakteristik Kesulitan Belajar Membaca Pada Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar. PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan, Vol. 32, No. 2, hlm. 95-105. https://doi.org/10.21009/PIP.322.2

Irham, M. & A.N. Wiyani. (2013). Psikologi Pendidikan. Ar-Ruzz Media.

Muhyidin, A., Rosidin, O., & Salpariansi, E. (2018). Metode Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan Di Kelas Awal. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 4(1), 30. https://doi.org/10.30870/jpsd.v4i1.2464

Nurani, R. Z., Nugraha, F., & Mahendra, H. H. (2021). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu5(3), 1462-1470. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.907

Pratiwi, I. M., & Ariawan, V. A. N. (2017). Analisis kesulitan siswa dalam membaca permulaan di kelas satu sekolah dasar. Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan26(1), 69-76. http://journal2.um.ac.id/index.php/sd/article/view/1332/698

Pridasari, F., & Anafiah, S. (2020). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas I Di Sdn Demangan Yogyakarta. TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An6(2), 432-439. https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/trihayu/article/view/8054

Rafika, N., Kartikasari, M., & Lestari, S. (2020). Analisis kesulitan membaca permulaan pada siswa sekolah dasar. Prosiding Konferensi Ilmiah Dasar2, 301-306. http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/KID/article/view/1580/1238

Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Bumi Aksara.

Rahma, M., & Dafit, F. (2021). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama13(2), 397-410. 10.37680/qalamuna.v13i2.979

Rahman, B., & Haryanto, H. (2014). Peningkatan keterampilan membaca permulaan melalui media flashcard pada siswa kelas I SDN Bajayau Tengah 2. Jurnal Prima Edukasia2(2), 127-137. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article/view/2650

Rizkiana, R. (2016). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD N Bangunrejo 2 Yogyakarta. Basic Education5(34), 3-236. https://eprints.uny.ac.id/40935/

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta.

Slavin, E.R. (2014). Membaca Membuka Pintu Dunia Program Success for All Model yang Jelas dan Kuat untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Sekolah Dasar. Pustaka Pelajar.

Snowling, M. J. (2013). Early identification and interventions for dyslexia: a contemporary view. Journal of Research in Special Educational Needs13(1), 7-14. https://doi.org/10.1111/j.1471-3802.2012.01262.x

Sukirno. (2009). Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. UMP Press.

Syah, M. (2012). Psikologi Belajar. Rajawali Pers.

Tarigan, H. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Udhiyanasari, K. Y. (2019). Upaya Penanganan Kesulitan Membaca Permulaan Pada Anak Berkesulitan Membaca Kelas II di SDN Manahan Surakarta. SPEED Journal: Journal of Special Education3(1), 39-50. https://jurnal.ikipjember.ac.id/index.php/speed/article/view/203

Yani, A. (2019). Kesulitan Membaca Permulaan pada Anak Usia Dini dalam Perspektif Analisis Reading Readiness. Mimbar Pendidikan: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan4(2), 113-126. http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/4515

Yuliana, R. (2017, May). Pembelajaran membaca permulaan dalam tinjauan teori artikulasi penyerta. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP (Vol. 1, No. 2). https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/343-350

Zubaidah, E. (2013). Kesulitan Membaca Permulaan pada Anak Diagnosa dan Cara Mengatasinya. Universitas Negeri Yogyakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN