KESULITAN DALAM MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
A. PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Membaca adalah
proses penyerapan ilmu pengetahuan yang kemudian akan dimanfaatkan untuk
kelangsungan hidup. Membaca permulaan merupakan salah satu keterampilan bagi
anak dalam menyerap sebuah gagasan dan menuangannya kembali menjadi sebuah
pengetahuan yang nyata (Pratiwi & Ariawan, 2017). Sejalan dengan hal itu
Curtain, dkk (2016, hlm. 23) menuturkan kemampuan membaca erat kaitannya dengan
keterampilan menuliskan sebuah gagasan. Menurut Tarigan (2008, hlm. 7)
menjelaskan bahwa proses satu kesatuan yang dilakukan untuk diperguanakn oleh
pembaca agar memperoleh pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada
pembcana melalui kata-kata/tulisan. Oleh sebab itu membaca merupakan proses
seseorang dalam mendapatkan informasi atau pesan dari yang disampaikan oleh
penulis kepada orang lain melalui media tulisan.
Membaca adalah
keterampilan yang perlu dikuasai oleh siswa sekolah dasar (Nurani, R. Z dkk, 2021).
Menurut Sukirno (2009) mengemukakan bahwa pada sekolah dasar kemampuan membaca
terbagi menjadi dua yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan. Membaca
permulaan diajarkan pada siswa kelas 1 dan kelas 2, sedangkan membaca lanjut
dimulai dari kelas 3 dan seterusnya (Rahma, M., & Dafit, F., 2021). Penting
bagi siswa untuk menguasai membaca permulaan dimaksudkan keterampilan membaca
membaca permulaan akan mempengaruhi keterampilan membaca selanjutnya. Sebagai
keterampilan yang mendasari keterampilan selanjutnya, maka perhatian guru haru
benar-benar diperlukan. Dasar yang kuat akan menjadi bekal bagi siswa dalam
tahap selanjutnya dan ketika dasarnya lemah maka siswa akan mengalami kesulitan
untuk dapat memiliki keterampilan membaca yang mumpuni (Muhyidin, 2018).
Yuliana R (2017)
berpendapat bahwa proses membaca permulaan hal yang diutamakan yaitu siswa mengenali
huruf. Proses yang dilakukan dalam membaca permulaan yaitu untuk mengenal huruf
vokal maupun huruf konsonan. Ketika siswa sudah dikenalkan huruf kemudian siswa
diajak untuk merangkai sebuah kata dari huruf yang telah siswa pelajari
sebelumnya. Sejalan dengan itu, Pratiwi & Ariawan (2017) menjelaskan siswa
pada tahap membaca permulaan dikenalkan dengan huruf abjad dari A/a sampai Z/z.
huruf tersebut dilafalkan sesuai dengan bunyi secara berulang-ulang hingga
siswa kenal dan paham tentang huruf yang dibaca. Setelah diperkenalkan dengan bentuk
sekaligus bunyi huruf abjak, langkah selanjutnya yaitu siswa diajak untuk
mengeja suku kata, membaca kata, dan membaca kalimat pendek.
Proses kesulitan
belajar yang dialami siswa merupakan hal yang umum dan lumrah, akan tetapi
persoalan ini tidak boleh dianggap enteng. Masalah yang terjadi dalam proses
pembelajaran sepatutnya sesegera mungkin untuk dilakukan tindakan, diharapkan
siswa berdaya untuk segera menuntaskan belajarnya di sekolah (Nurani dkk, 2021).
Fauzi (2018) mengemukakan bahwa kesulitan siswa dalam proses membaca permulaan
berbeda-beda dari setiap individunya, siswa yang memiliki kelemahan dalam hal
ini akan cendrung memiliki hasil belajar yang rendah pada mata pelajaran
lainnya. Pembelajaran di sekolah dasar terlihat masih belum berhasil dalam
mengatasi kesulitan belajar yang terjadi kepada siswa, terkhusus pada persoalan
menyangkut dengan siswa sulit membaca yang seringkali kurang mendapat perhatian
dari guru. Membaca ialah kegiatan yang tidak hanya mengucapkan tulisan, namun
ini juga melibatkan dengan berbagai aktivitas lain termasuk melihat, berpikir,
psikolinguistik dan metakognitif (Rafika dkk, 2020).
Penelitian yang
dilakukan oleh Rafika dkk (2020) menuturkan bahwa berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada sekolah dasar di Kota Madiun terdapat indikasi bahwa sebagian
siswa masih mengalami kesulitan dalam membaca permulaan. Penelitian tersebut
menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena faktor internal yang berasal dari diri
siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa (Syah, 2012).
Kemampuan siswa di sekolah dasar tersebut berbeda-beda, hal ini menunjukkan
bahwa terdapat sebagian siswa yang memahami dan fasih dalam membaca, kemudian
sebagian dari siswa tersebut masih belum lancar dalam membaca. Sejalan dengan
itu Nurani dkk (2021) mengemukakan kemampuan membacaa pada siswa akan
berbeda-beda tergantung dengan stimulus yang diberikan.
Penelitian yang
dilakukan oleh Rahma & Dafit (2021) menjelaskan bahwa peneliti menemukan
informasi terkait masih banyaknya siswa yang memiliki kesulitan dalam membaca
permulaan, permasalahan yang dialami siswa sangat beragam. Mulai dari siswa
belum bisa mengenal dan membedakan huruf yang bunyinya hamper sama seperti
huruf b dan d, huruf p dan q, huruf f dan v, huruf m dan w, kemudian ketika siswa
membaca sulit untuk merangkai sebuah kata dan masih terbata-bata. Sejalan
dengan penelitian itu Pratiwi & Ariawan (2017) menambahkan bahwa kesalahan
membaca permulaan yang dialami siswaa hendaknya segera diatasi karena akan
berdaampak pada kemampuan membaca siswa. Siswa yang mengalami kesulitan dalam
membaca, ini menjadikan siswa kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
(Rahim, 2008).
b. Fokus
Kajian Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu tentang:
1. Kesulitan
dalam Membaca Permulaan di Sekolah Dasar;
2. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kesulitan Membaca;
3.
Solusi untuk Mengatasi
Kesulitan Membaca
B. KAJIAN
TEORI
a. Kesulitan
Membaca Permulaan
Proses belajar
tidak akan terlepas dari hambatan-hambatan yang terjadi ketika kegitan
berlangusng. Hambatan terjadi pada membaca permulaan yaitu salah satunya
kesulitan belajar. Kendala ini dihadapi oleh siswa ketika melaksanakan
pembelajaran sehingga berefek pada hasil belajar siswa yang tidak begitu ideal
(Yani, 2019). Sejalan dengan pendapat tersebut Irham & Wiyani (2013)
menyatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar merupakan kondisi
mengalami hambatan-hambatan tertentu dalam mengikuti proses pembelajaran dan
mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Sementara itu menurut Ahmad &
Supriyono (2013) menjelaskan beberapa gejala yang timbul sebagai tanda adanya
kesulitan belajar.
(1) Menunjukkan prestasi belajar
yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas; (2)
Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3)
Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar; (4) Menunjukkan sikap yang kurang
wajar; serta (5) Anak didik menunjukkan tingkah-laku yang berlainan.
Berkaitan dengan kesulitan membaca
Snowling (2013, hlm 70) menyatakan bahwa sebuah keadaan ketika siswa tidak
mampu untuk merekognisi kata sehingga siswa lambat dalam memahami sebuah bacaan
dan memiliki pemahaman bacaan yang rendah. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Rafika dkk (2020) memaparkan bahwa ada beberapa karakteristik
kesulitan membaca yang dialami siswa.
Pertama, kesulitan dalam mengenal
huruf. Karakteristik kesulitan membaca pada indikator mengenal huruf yaitu
kesulitan mengidentifikasi huruf dan melakukan penghilangan huruf. Penghilangan
huruf yang dilakukan siswa sering terjadi di akhir kata. Kedua, kesulitan dalam
mengeja. Kesulitan mengeja terlihat saat siswa terbata-bata dalam mengeja kata
atau kalimat yang menggunakan huruf diftong. Ketiga, kesulitan melafalkan
fonem. Kemampuan dalam pelafalan bunyi bahasa berkaitan dengan kemampuan
berbicara siswa. Diketahui bahwa kelemahan berbicara cadel (pelo) menyebabkan
siswa kesulitan melafalkan beberapa huruf dengan baik. Siswa yang cadel (pelo)
biasanya sulit dalam menyebutkan huruf-huruf seperti huruf „d‟, „r‟, dan „s‟.
Pernyataan tersebut selaras dengan
pendapat Abdurrahman (2012) yang mengatakan bahwa penghilangan huruf biasanya
terjadi pada pertengahan atau akhir kata. Penelitian yang dilakukan oleh
Pratiwi & Ariawan (2017) menuturkan ada beberapa kesulitan membaca
permulaan yang dialami oleh siswa yaitu (1) belum mampu membaca diftong, vokal
rangkap, dan konsonan rangkap; (2) belum mampu membaca kalimat; (3) membaca
tersendat-sendat; (4) belum mampu menyebutkan beberapa huruf konsonan; (5)
belum bisa mengeja; (6) membaca asal-asalan; (7) cepat lupa kata yang telah
diejanya; (8) melakukan penambahan dan penggantian kata; (9) mengeja dengan
waktu yang cukup lama; (10) belum mampu membaca dengan tuntas.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak hanya
siswa yang mempunyai kelainan disleksia atau ADHD, tetapi masih banyak
yang ditemukan perkara kesulitan membaca yang dialami siswa tanpa riwayat
kelainan apapun. Pendapat ini sejalann dengan Slavin, dkk (2014) siswa yang
kurang begitu lancar membaca dan mengeja dapat dikatakan memiliki kesulitan
membaca tetapi beberapa guru tidak menyadari hal tersebut dan menganggap mereka
akan lancar jika naik ke kelas berikutnya.
Dalam kaitannya
dengan kegiatan pembelajaran di sekolah kesalahan-kesalahan yang sering
dilakukan siswa ketika membaca dapat dikategorikan sebagai kesulitan membaca (Zubaidah,
2013). Siswa yang mengalami kesulitan membaca memiliki kemampuan membaca lebih
lamban daripada siswa yang tidak mengalami kesulitan membaca. Oleh sebab itu,
perlu adanya tindakan untuk menganalisis kesulitan membaca yang dialami siswa.
Kesulitan menbaca yang dialami siswa SD dikaitkan dengan pola pembelajaran yang
dilakukan guru, pola pembelajaran membaca yang dilakukan guru cenderung bersifat
statis dan klasik. Semua aktivitas dilakukan tanpa adanya upaya untuk
meningkatkan kemampuan membaca. Siswa cenderung membaca dengan caranya sendiri.
Analisis kesulitan membaca sangat penting dilakukan guru maupun orangtua untuk
mengenali kesulitan yang dimiliki siswa sehingga mereka dapat diberi penanganan
secara tepat.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Rahma & Dafit (2021) menemukan bahwa siswa
kelas I menghadap beberapa kesulitan dalam membaca permulaan yaitu
(1) Belum mengenal huruf; (2) belum mampu membaca suku kata; (3) membaca kata demi kata; (4) belum mampu membaca huruf diftong; (5) belum mampu membaca huruf konsonan; (6) belum mampu membaca huruf vokal; (7) pengulangan; (8) memprafase yang salah; (9) belum mengenali kata.
Hal tersebut
sesuai dengan hasil penelitian menurut Pridasari & Anafiah (2020) yang
menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan membaca permulaan siswa adalah
(1)Belum mampu membaca diftong,
vokal rangkap, dan konsonan rangkap, (2) belum mampu membaca kalimat, (3)
membaca tersendat-sendat, (4) belum mampu menyebutkan beberapa huruf konsonan,
(5) belum bisa mengeja, (6) membaca asal-asalan, (7) cepat lupa kata yang telah
diejanya, (8) melakukan penambahan dan penggantian kata, (9) waktu mengeja
cukup lama, dan, (10) belum mampu membaca dengan tuntas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurani, dkk (2021) menemukan kesulitan membaca permulaan disekolah dasar yaitu (1) membaca tersendat-sendat; (2) pelafalan kurang sesuai.
b. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kesulitan Membaca
Kesulitan membaca
yang dialami siswa tentuya dipengaruhi oleh faktor penyebab kesulitan membaca.
Faktor penyebab kesulitan membaca dapat dari dalam diri siswa maupun luar diri
siswa. Menurut Rafika, dkk (2020) setelah menganalisis siswa di sekolah dasar
mendpatkan beberapa faktor yang mempengaruhi siswa mengalami kesulitan membaca
sebagai berikut.
1. Kesehatan
Fisik
Keadaan tubuh yang
optimal akan mempengaruhi penerimaan siswa terhadap informasi yang disampaikan.
Sejalan dengan pendapat Syah (2012) bahwa kondisi tubuh yang lemah dapat
mempengaruhi tingkat berpikir yang rendah sehingga siswa akan kurang bisa
menangkap materi yang dipelajari.
2. Kemampuan
Pengindraan
Gangguan
pengindraan seperti masalah penglihatan, pendengaran, dan pengucapan dapat
menyebabkan menghambat perkembangan belajar siswa. Seperti yang dikemukakan
oleh Rizkiana (2016) bahwa gangguan pengindraan seperti persepsi visual dapat
menyebabkan siswa sulit membedakan bentuk huruf.
3. Variasi
Mengajar Guru
Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat dapat menyebabkan siswa kesulitan belajar
membaca. Hasil analisis menunjukkan bahwa guru telah berupaya menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi dalam mengajarkan membaca di kelas.
4. Penggunaan
Media Pembelajaran
Media pembelajaran
membaca berupa media kartu huruf untuk mengenalkan huruf dan kartu kata untuk
mengenalkan kata kepada siswa. Mesikupun media yang digunakan masih belum
memadai namun dengan adanya media tersebut dapat membantu proses belajar membaca
siswa dalam mengenalkan sesuatu yang konkret. Hal tersebut selaras dengan yang
diungkapkan oleh Rahman & Haryanto (2014) bahwa media pembelajaran dapat
merangsang siswa agar tertarik terhadap pembelajaran, sehingga siswa mudah
dalam memahami materi.
5. Sarana
Prasarana
Kondisi kelas yang
bersih dapat membuat siswa merasa nyaman untuk belajar di kelas. Kenyamanan
siswa dalam belajar dapat memicu konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran.
6. Lingkungan
Keluarga
Keluarga merupakan
pusat pendidikan yang pertama bagi siswa. Bimbingan dari orang tua serta
perhatian dari orang tua menjadi faktor penting dalam keberhasilan belajar
siswa.
7. Motivasi
dan Minat
Motivasi berfungsi
mengarahkan perbuatan siswa dalam belajar. Sedangkan minat berkaitan dengan
ketertarikan siswa dalam membaca buku.
Menurut Yani (2019) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi siswa ketika kesulitan membaca permulaan sebagai
berikut.
1. Faktor
Pendidik
Guru harus mampu
memahami dan mempunyai kemampuan untuk menggunakan berbagai model pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam membaca permulaan dan juga mampu
mengontrol kemampuan membaca permulaan secara menyeluruh.
2. Faktor
Psikologis
Faktor ini yaitu
yang berkaitan dengan motivasi, minat, dan kematangan sosial. Menurut Rahim
(2008) motivasi merupakan hal yang mendorong siswa agar belajar atau melakukan
suatu kegiatan. Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh suasana belajar yang
kondusif dan peranan guru untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa.
3. Faktor
Lingkungan atau Sosial Budaya
Faktor lain yang
turut mempengaruhi kesulitan membaca permulaan pada anak usia dini adalah
lingkungan atau sosial-budaya. Faktor lingkungan itu mencakup latar belakang
dan pengalaman anak di rumah, serta keadaan sosial-ekonomi keluarga. Lingkungan
dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak (Slameto,
2010). Berkaitan dengan hal tersebut, Rahim (2008) mengemukakan bahwa orang tua
yang bersikap hangat dan demokratis bisa mengarahkan anak-anak mereka pada
kegiatan yang berorientasi Pendidikan, suka menantang anak untuk berpikir, dan
suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang dibutuhkan oleh anak-anak
sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah.
Menurut Pramesti
(2018) menuturkan bahwa faktor penghambat dalam membaca permulaan pada siswa
kelas I sekolah dasar yaitu
(1) Faktor Intelektual mencakup tingkat kecerdasan anak yaitu kemampuan siswa yang rendah disbanding dengan teman-temannya sehingga siswa tersebut lamban dalam membaca dan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) Faktor lingkungan lingkungan keluarga juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan mmebaca siswa, memcakup latar belakang dan pengalman siswa yang kurang , siswa sangat memerlukan keteladanan dalam membaca. Keteladanan tersebut harus ditunjukkan orang tua sesering mungkin.keadaan ekonomi keluarga yang rendah juga menyebabakan anak mengslami hambatan dalam membaca permulaan; (3) Motivasi, kurangnya motivasi dari pihak orang tua siswa untuk mendorng dan memberi semnagat untuk anaknya dalam membaca; (4) Minat, Kurangnya minat membaca siswa yang rendah menyebabkan tingkat keberhasilan anak dalam membaca sulit tercapai.
c. Solusi
untuk Mengatasi Kesulitan Belajar
Menurut Rahma
& Dafit (2021) ada beberapa solusi untuk mengatasi kesulitan membaca
permulaan pada siswa sekolah dasar khususnya kelas I yaitu (1) guru mengadakan
jam tambahan bagi siswa yang kesulitan membaca permulaan; (2) guru memberikan
perhatian yang lebih kepada siswa yang kesulitan membaca permulaan; (3) bagi
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengenali huruf bisa dilakukan dengan cara
yaitu huruf menjadi bahan untuk nyayian kemudian dinyanyikan bersama siswa,
mengidentifikasi huruf serta mendiskusikannya dari bentuk dan bunyi dari huruf
tersebut, menggunakan bahan bacaan yang tidak terlalu rumit, dan siswa diminta
menulis dan membacanya di kelas. Hal tersebut hampir sesuai dengan menurut
Udhiyanasari (2019) solusi atau upaya yang dapat diakukan guru untuk mengatasi
kesulitan membaca permulaan siswa diantaranya sebagai berikut.
1. Menggunakan
media pembelajaran yang menarik dan efektif, menggunakan metode pembelajaran
dengan bantuan gambar akan sangat memudahkan siswa dalam mengenal huruf.
2. Membacakan
dongeng dan menjelaskan berbagai macam manfaat dengan biasa membaca dapat
mendorong rasa percaya disi siswa. Selain itu percaya diri juga harus
ditimbulkan karena siswa yang mengalami kesulitan membaca sulit dalam mengikuti
pelajaran di kelas, sehingga sering dikucilkan oleh teman sekelasnya. Hal tersebut
juga dapat dilakukan dengan menimbulkan rasa percaya diri siswa dengan cara
memunculkan semangat belajar anak di kelas.
3. Memberikan
program khusus membaca remedial. Program tersebut mengacu pada pemberian
remedial kepada anak yang mengalami kesulitan membaca.
4. Memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan membaca.
C. SIMPULAN
Kesulitan membaca ialah suatu kondisi ditandai adanya
siswa yang belum mampu mengenali kata sehingga mengalami keterlambatan dalam
memahami sebuah bacaan. Keadaan ini ditandai dengan gejala prestasi belajar
yang rendah, hasil belajar yang kurang seimbang, keterlambatan dalam
mengerjakan tugas, adanya sikap kurang wajar, dan anak menunjukkan tingkah yang
berbeda. Hal-hal yang melatarbelakangi kesulitan membaca antara lain Kesehatan
fisik, kemampuan penginderaan, variasi mengajar guru, penggunaan media
pembelajaran, sarana prasarana, dan motivasi dan minat. Jika ditinjau dari segi
lainnya, faktor pendidik, psikologis, lingkungan dan sosial budaya, dan intelektual
turut andil dalam memengaruhi kesulitan membaca siswa. Adapun dalam rangka
mengatasi kesulitan membaca, guru dapat mengadakan jam tambahan bagi siswa yang
kesulitan membaca, memberikan perhatian lebih, menggunakan media atau metode
yang selaras untuk meningkatkan kemampuan membaca seperti bernyanyi, bercerita,
dan media kartu.
D. DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman,
Mulyono. (2012). Pendidikan bagi Anak Kesulitan Belajar. Rineka Cipta.
Ahmadi,
A. & W. Supriyono. (2013). Psikologi Belajar. Rineka Cipta.
Curtain,
H., Donato, R., & Gilbert, V. (2016). Elementary School Foreign Language
Programs in the United States. In Foreign Language Education in America
(pp.19-41). Palgrave Macmillan UK.
Fauzi. (2018).
Karakteristik Kesulitan Belajar Membaca Pada Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar. PERSPEKTIF
Ilmu Pendidikan, Vol. 32, No. 2, hlm. 95-105. https://doi.org/10.21009/PIP.322.2
Irham, M. &
A.N. Wiyani. (2013). Psikologi Pendidikan. Ar-Ruzz Media.
Muhyidin,
A., Rosidin, O., & Salpariansi, E. (2018). Metode Pembelajaran Membaca Dan
Menulis Permulaan Di Kelas Awal. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 4(1), 30.
https://doi.org/10.30870/jpsd.v4i1.2464
Nurani,
R. Z., Nugraha, F., & Mahendra, H. H. (2021). Analisis Kesulitan Membaca
Permulaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(3),
1462-1470. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.907
Pratiwi, I. M., & Ariawan, V. A. N. (2017).
Analisis kesulitan siswa dalam membaca permulaan di kelas satu sekolah
dasar. Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan, 26(1),
69-76. http://journal2.um.ac.id/index.php/sd/article/view/1332/698
Pridasari,
F., & Anafiah, S. (2020). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa
Kelas I Di Sdn Demangan Yogyakarta. TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 6(2),
432-439. https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/trihayu/article/view/8054
Rafika, N.,
Kartikasari, M., & Lestari, S. (2020). Analisis kesulitan membaca permulaan
pada siswa sekolah dasar. Prosiding Konferensi Ilmiah Dasar, 2,
301-306. http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/KID/article/view/1580/1238
Rahim, F. (2008). Pengajaran
Membaca di Sekolah Dasar. Bumi Aksara.
Rahma,
M., & Dafit, F. (2021). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1
Sekolah Dasar. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama, 13(2),
397-410. 10.37680/qalamuna.v13i2.979
Rahman,
B., & Haryanto, H. (2014). Peningkatan keterampilan membaca permulaan
melalui media flashcard pada siswa kelas I SDN Bajayau Tengah 2. Jurnal
Prima Edukasia, 2(2), 127-137. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article/view/2650
Rizkiana,
R. (2016). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD N Bangunrejo 2
Yogyakarta. Basic Education, 5(34), 3-236. https://eprints.uny.ac.id/40935/
Slameto.
(2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta.
Slavin,
E.R. (2014). Membaca Membuka Pintu Dunia Program Success for All Model yang
Jelas dan Kuat untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Sekolah Dasar. Pustaka
Pelajar.
Snowling, M. J. (2013). Early identification and
interventions for dyslexia: a contemporary view. Journal of Research in
Special Educational Needs, 13(1), 7-14. https://doi.org/10.1111/j.1471-3802.2012.01262.x
Sukirno.
(2009). Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. UMP Press.
Syah, M. (2012). Psikologi
Belajar. Rajawali Pers.
Tarigan,
H. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Udhiyanasari,
K. Y. (2019). Upaya Penanganan Kesulitan Membaca Permulaan Pada Anak
Berkesulitan Membaca Kelas II di SDN Manahan Surakarta. SPEED Journal:
Journal of Special Education, 3(1), 39-50. https://jurnal.ikipjember.ac.id/index.php/speed/article/view/203
Yani, A. (2019).
Kesulitan Membaca Permulaan pada Anak Usia Dini dalam Perspektif Analisis
Reading Readiness. Mimbar Pendidikan: Jurnal Indonesia untuk Kajian
Pendidikan, 4(2), 113-126. http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/4515
Yuliana, R. (2017, May). Pembelajaran membaca permulaan dalam tinjauan teori artikulasi penyerta. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP (Vol. 1, No. 2). https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/343-350
Zubaidah, E. (2013). Kesulitan Membaca Permulaan pada Anak Diagnosa dan Cara Mengatasinya. Universitas Negeri Yogyakarta
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar