MEMBACA PERMULAAN DI KELAS I DI SEKOLAH DASAR
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MEMBACA
PERMULAAN DI KELAS I DI SEKOLAH DASAR
A. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Masalah
Manusia terdiri dari individualis sekaligus sosialis,
di mana untuk mengejawantahkan sosialitasnya manusia memerlukan sosialisasi
dengan manusia lain melalui komunikasi sehingga timbul rasa saling terhubung.
Proses komunikasi ini memerlukan pengantar berupa bahasa yang dapat dipahami
oleh kedua belah pihak supaya saling memberikan timbal balik. Bahasa menjadi
salah satu domain yang bersifat urgen untuk mentransfer informasi, pikiran, dan
perasaan kepada orang lain. Menurut Wiratno dan Santosa (2014) bahasa adalah
alat komunikasi yang teroganisasi dalam bentuk satuan-satuan, misalnya kata,
klasifikasi kata, klausa, dan kalimat yang ditunjukkan dalam bentuk lisan
ataupun tulisan. Dengan kata lain, bahasa merupakan kebutuhan esensial bagi
setiap manusia untuk saling melanjutkan hidup. Sejalan dengan itu, Wiratno dan
Santosa, 2014, hlm. 12) memaknai bahasa sebagai institusi sosial, pendidikan,
politik, dan hukum. Bahasa dapat dimaknai sebagai teks yakni bahasa dalam
penggunaannya atau bahasa yang bertugas untuk emnciptakan makna, selain itu
bahasa dimaknai sebagai isntitusi sosial yakni bahasa sebagai wujud dari
praktik sosial atau sebagai sarana untuk mengaktualisasikan pengetahuan.
Proses berbahasa tidak hanya diungkapkan melalui
lisan, tetapi juga didokumentasikan dalam bentuk bacaan. Upaya memahami bacaan
seyogianya memerlukan kemampuan membaca supaya makna bacaan atau bahkan
simbol-simbol bahasa dapat dipahami dengan tepat. Rahman dan Haryanto (2014) mengemukakan bahwa
keterampilan membaca adalah urgensi bagi siswa di sekolah dasar. Oleh karena
itu, keterampilan membaca merupakan bagian integral bagi kehidupan karena
setiap domain kehidupan tidak jauh dari kegiatan membaca.
Pembelajaran membaca permulaan untuk siswa di kelas I
diperlukan untuk mempersiapkan pada tingkatan membaca selanjutnya. Urgensi
membaca permulaan bagi siswa kelas I supaya siswa dapat membaca kata-kata dan
kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Siswa yang mampu membaca akan dapat
mengikuti pembelajaran dengan mudah, tetapi sebaliknya bagi siswa yang belum
mampu membaca akan lebih sulit mengikuti alur pembelajaran. Kebutuhan belajar
di kelas secara dominan merujuk pada kegiatan membaca, ini terlihat dari adanya
berbagai buku pelajaran, buku penunjang, dan sumber belajar lainnya. Adapun
indikator kemampuan membaca permulaan berdasarkan tingkat pencapaian
perkembangan siswa sesuai dengan Permendiknas RI Nomor 137 tahun 2014 yakni 1)
mengenal simbol-simbol huruf vokal dan konsonan, 2) mampu membedakan kata yang
memiliki huruf awalan yang sama, 3) mampu membedakan kata yang memiliki suku kata
awal yang sama, dan 4) mampu menyusun suku kata menjadi sebuah kata. Hal ini
mendorong guru untuk memperhatikan kelancaran dan ketetapan siswa dalam
melafalkan lambang bunyi, memahami simbol huruf konsonan dan vocal, membaca
kata dan kalimat sederhana dengan tepat sehingga diharapkan tidak ada
permasalahan dalam membaca permulaan.
Berdasarkan pemaparan tersebut tidak menutup
kemungkinan permasalahan siswa dalam membaca permulaan dapat dihindari. Menurut
Zubaidah (2013) kesalahan tersebut terdapat dalam proses mengenali huruf, kata,
dan kalimat yang terlihat dalam bunyi yang diucapkan. Sekaitan dengan kesulitan
membaca permulaan, hasil penelitian Pratiwi dan Ariawan (2017) menyatakan bahwa
siswa kelas I 1) belum mampu membaca diftong, vokal rangkap, dan konsonan
rangkap; 2) belum mampu membaca kalilmat; 3) membaca tersendat-sendat; 4) belum
mampu menyebutkan beberapa huruf konsonan; 5) belum mampu mengeja; 6) membaca
secara asal; 7) mudah lupa kata yang telah dieja; 8) menambah dan mengganti
kata; 9) mengeja dengan waktu yang cukup lama; dan 10) belum mampu membaca
tuntas. Lebih lanjut, Pratiwi dan Ariawan (2017) menyatakan bahwa secara
general siswa kelas rendah belum dapat membaca tulisan atau mengidentifikasi
lambang bunyi dengan tepat.
2. Fokus-Fokus
Kajian Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, maka fokus kajian masalah ini adalah sebagai berikut:
a. Hakikat Membaca Permulaan
b. Faktor yang Mempengaruhi Membaca
Permulaan Penerapan Pembelajaran Membaca Permulaan dengan Tanpa Buku dan dengan
Buku
1. Hakikat Membaca Permulaan
Aulina (2012) mendefinisikan membaca bukan hanya melafalkan
huruf atau kata demi kata, tetapi juga proses membangun yang melibatkan
berbagai hal, seperti aktivitas fisik, berpikir, psikolinguistik, dan
metakognitif. Tidak sesederhana mengulang bacaan, membaca merupakan aktivitas
menginterpretasikan tanda dan lambang menjadi makna, observasi makna kata, dan
memautkan pengalaman pembaca dengan teks yang dibaca.
Menurut Akhadiah (2011, hlm. 98) membaca permulaan merupakan tingkatan belajar membaca siswa sekolah dasar kelas awal yakni kelas I dan kelas II. Pembelajaran membaca di sekolah dasar selaras dengan level kelompok kelas rendah dan kelas tinggi. Siswa kelas rendah berada dalam tahapan membaca permulaan. Kapabilitas membaca permulaan di kelas awal menduduki peran krusial sebagai landasan pacu penentu keberhasilan kegiatan belajar siswa selama sekolah. Sebagaimana Solehuddin dkk. (2007) mengklasifikasikan tahap perkembangan membaca anak menjadi empat tahap, antara lain tahap pembaca pemula (the beginning reader), tahap pembaca tumbuh (emergent reader), pembaca awal (early reader), dan pembaca ahli (fluent reader). Hal ini dikuatkan oleh Aulia (2019) bahwa tujuan pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar ialah supaya siswa memiliki keterampilan untuk memahami dan melisankan tulisan melalui intonasi yang wajar sebagai titik tolak untuk membaca level lebih tinggi.
2. Faktor yang Mempengaruhi Membaca Permulaan
Beragam
faktor turut andil mempengaruhi siswa dalam proses membaca permulaan, pada
umunya kemampuan membaca yang dimaksud ialah tingkat pemahaman dan kecepatan
yang dimiliki oleh seseorang. Sebagaimana diungkapkan oleh Irdawati, Yunidar,
dan Darmawan (2014, hlm. 7) berikut ini beragam faktor-faktor yang mempengaruhi
membaca permulaan:
a) Tingkat
intelegensi;
b) Keterampilan
berbahasa;
c) Sikap
dan minat;
d) Keadaan
bacaan;
e) Habituasi
membaca;
f) Pengetahuan
tentang tata cara membaca;
g) Latar
belakang sosio-kultural dan ekonomi; dan
h) Regulasi
emosi.
Ketertarikan anak terhadap kegiatan membaca dapat meningkat tergantung pada faktor-faktor yang turut mempengaruhi. Secara sederhana, Iasha dan Iswara (2018) menyebutkan setidaknya terdapat tiga faktor yakni motivasi, lingkungan keluarga, dan bahan bacaan. Dengan kata lain, anak yang memiliki keinginan besar terhadap membaca cenderung memperhatikan guru Ketika memberi contoh bacaan yang tepat sehingga anak memiliki keterampilan membaca yang baik, begitupun sebaliknya. Brodin dan Renblad (2019) memaparkan salah satu keberhasilan anak dalam belajar ialah menempatkan anak dalam situasi dna llingkungan yang kondusif sekaligus adanya model, media, dan metode selaras kebutuhan anak. Hal ini dikarenakan, menurut Nahdi dan Yunitasari (2020) anak memiliki keinginan besar untuk menyerap segala informasi dan pengetahuan yang berada di lingkungan sekitar melalui kegiatan membaca dan menulis. Sejalan dengan itu, bahan bacaan berperan andil secara signifikan dalam mempengaruhi karena bahan bacaan dapat mempengaruhi minat dalam membaca dan kemampuan untuk memahami isi bacaan (Anggraeni, Hartati, & Nurani, 2019; Ramdhani, dkk., 2019).
3. Penerapan Pembelajaran Membaca Permulaan dengan Tanpa Buku dan dengan Buku
Pembelajaran membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilaksanakan
melalui dua tahap, yakni membaca periode tanpa buku dan membaca periode dengan
buku. Menurut Tarmidzi (2008) pelaksanaan membaca tanpa buku dilaksanakan
dengan memanfaatkan media atau alat peraga seperti kartu gambar, kartu huruf,
kartu kata, dan kartu kalimat, sementara itu membaca dengan buku memanfaatkan
buku pelajaran.
Pembelajaran permulaan diterapkan dalam dua tahap yakni pertama membaca tanpa buku dan kedua membaca dengan buku. Berdasarkan pemaparan Kurniaman dan Noviana (2016) terdapat lima putaran pembelajaran membaca tanpa buku, lebih rincinya sebagaimana berikut ini.
1) Putaran I: masa orientasi siswa dengan guru, teman sejawat, dan lingkungan, proses merekam bahasa anak melalui mengingat dalam hati bahasa yang dimengerti dan diucapkan siswa, meneliti hasil rekaman siswa, dan menyusun cerita edukatif;
2) Putaran II: menganalisis dan menyintesis lima kalimat dasar menjadi susunan baru;
3) Putaran III: menganalisis kalilmat menjadi kata, lalu menyintesiskan kata menjadi kalimat;
4) Putaran IV: menganalisis kalimat menjadi kata, kata mejadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat;
5) Putaran V: menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf, huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
Setelah putaran V selesai, ini berarti bahwa siswa telah berhasil selesai pada tahap membaca tanpa buku. (hlm. 150-152)
Lebih lanjut, Kurniaman dan Noviana (2016, hlm. 152) menekankan bahwa setelah rampungnya tugas siswa membaca tanpa buku kegiatan dilanjutkan dengan membaca dengan buku. Adapun kegiatan membaca dengan buku bertolak pada tiga kegiatan metode SAS yakni memperkenalkan struktur, menganalisis, dan menyinstesiskan kembali.
C. SIMPULAN
Lingkungan yang
ada disekeliling anak akan mempengaruhi proses belajar dan penguasaan bahasa
anak berlangsung secara terus-menerus, interaktif, dan bermakna yang diperoleh
dari lingkungannya. Ada masa tertentu dimana anak-anak menguasi sejumlah
pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan baca, tulis dan berhitung
sebelum mereka belajar membaca dan menulis secara konvensional. Pengetahuan
tersebut menyangkut konsep-konsep yang terdapat di dalam bacaan, tentang bentuk
kata-kata,ungkapan, maupun struktur kalimat. Siswa yang tidak mampu membaca dengan
baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran lainnya.
Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang
disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan
sumber-sumber belajar tertulis lainnnya. Tujuan membaca permulaan di kelas I SD
yakni agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar
dan tepat. Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca
permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar.
Keterampilan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat
berpengaruh terhadap keterampilan membaca lanjut.
Dalam melaksanakan
pengajaran membaca permulaan di dalam kelas dikenal berbagai metode
pembelajaran yang dapat diterapkan, yakni metode eja, metode bunyi, metode suku
kata, metode kata, metode global, dan metode SAS (Struktural Analitik dan
Sintetik). Kegiatan membaca harus dipadukan dengan kegiatan menulis, sebab
ketika siswa dapat membaca huruf atau kata, siswa juga harus mampu menuliskan
huruf atau kata tersebut. Faktor yang membedakan kesiapan tersebut adalah
tingkat intelegensi, kematangan mental, kestabilan emosional, kondisi fisik,
lingkungan keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, guru harus siap memberikan
pelayanan yang berbeda kepada setiap anak.
Proses
pembelajaran dengan berbantuan metode SAS dapat dilaksanakan dengan dua cara,
yakni dengan buku dan tanpa buku. Membaca tanpa buku dan membaca dengan buku
ialah dua tahap pembelajaran membaca berbantuan metode SAS. Membaca tanpa buku,
metode SAS diajarkan melalui proses merekam bahasa siswa, memvisualisasikan
gambar sambal bercerita, mengamati gambar, membaca gambar dengan kartu kalimat,
membaca kalimat secara struktural, proses analitik, proses sintetik sehingga
mengonstruksikan SAS secara utuh. Metode SAS dengan buku diajarkan melalui
proses membaca kalimat yang ditullis dengan huruf cetak. Penggunaan tanpa buku
dan dengan buku menjadi dua tahap yang berdampingan. Tahap pertama diawali
dengan membaca tanpa buku biasa digunakan pada pendidikan anak usia dini. Tahap
kedua mulai menggunakan buku, siswa membaca buku cerita, buku siswa, membaca
bacaan sederhana seperti iklan.
Alkaidah.
(2011). Bahasa Indonesia. Universitas Terbuka.
Anggraeni,
D., Hartati, S., & Nurani, Y. (2019). Implementasi Metode Bercerita dan
Harga Diri dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini. urnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 404–415. https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i2.224
Aulia,
M. dkk. (2019). Penggunaan Big Book dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 3(4), 963-969. https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i3.245
Aulina,
C.A. (2012). Pengaruh Permainan dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan
Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun. Pedagogia, 1(2), 131-143. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v1i2.36
Brodin,
J., & Renblad, K. (2019). Improvement of preschool children’s speech and
language skills. Early Child Development and Care, 0(0), 1–9. https://doi.org/10.1080/03004430.2018.1564917
Dzulhijjah,
S.M. (2022). Analisis Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Peserta Didik di Kelas 1 Sekolah
Dasar (Penelitian Studi Literatur). (Skripsi). Fakultas Ilmu Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Pasundan, Bandung.
Iasha,
Y. D., & Iswara, P. D. (2018). Big Book Media Development of Real Reading
Ability and Communication Ability of Students Using Dia Tampan Strategy
(Experimental Research at Class I SDIT Cendekia Purwakarta Purwakarta District,
Purwakarta Regency). International Conference on Elementary Education (ICEE)
Universitas Pendidikan Indonesia 2018, 233–243.
Irdawati.,
Yunidar., & Darmawan. (2014). Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1 di Min Buol. Jurnal Kreatif Online,
5(4), 1-14. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/12210
Kartika,
E., Kresnadi, H., & Halidjah, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Membaca
Permulaan Menggunakan Metode SAS di Kelas 1 SDN 44 Pulau Nyamuk. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran: Khatulistiwa, 2(10), 1-13. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/3610/3626
Kurniaman,
O. & Noviana, E. (2016). Metode Membaca SAS (Struktural Analitik Sintetik)
dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan di Kelas I SDN 79 Pekanbaru. Jurnal Primary
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau, 5(2), 149-157. http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v5i2.3705
Maimana,
Rizal, M.S., & Nurhaswinda. (2021). Penerapan Metode SAS untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Edumaspul: Jurnal
Pendidikan, 5(2), 166-172. https://ummaspul.e-journal.id/maspuljr/article/download/2016/632
Nahdi,
K. & Yunitasari, D. (2020). Literasi Berbahasa Indonesia Usia Prasekolah:
Ancangan Metode Dia Tampan dalam Membaca Permulaan. Jurnal Obsesi: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 434-441. 10.31004/obsesi.v4i1.372
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI Nomor 137 tahun 2014
Pratiwi,
I.M. & Ariawan, V.A.N. (2017). Analisis Kesulitan Siswa dalam membaca
Permulaan di Kelas Satu Sekolah Dasar. Sekolah Dasar, 26(1),
69-76. http://journal2.um.ac.id/index.php/sd/article/view/1332/698
Ramdhani,
S. dkk. (2019). Penanaman Nilai-Nilai Karakter melalui Kegiatan Storytelling
dengan Menggunakan Cerita Rakyat Sasak pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 153-160. https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i1.108
Saragih, E.E. (2018). Struktural Analitik Sintetik (SAS)
dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di Madrasah Ibtidaiyah. Attadib Journal of
Elementary Education, 2(1), 1-13. https://doi.org/10.32507/attadib.v2i1.244
Setyowati,
M. (2015). Metode SAS (Struktur, Analitis, dan Sintesis) dalam Pembelajaran
Seni Tari di Kelas Terampil Sanggar Dharmo Yuwono Purwokerto. (Skripsi).
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Solchan.
(2014). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Universitas Terbuka
Solehuddin
dkk. (2007). Pembaharuan Pendidikan TK. Universitas Terbuka.
Tarigan,
H.G. (2008). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa). Angkasa.
Tarmidzi, A. (2008). Penerapan
Pembelajaran Cooperative Make a Matchal. Bumi Aksara.
Wiratno, T. &
Santosa, R. (2014). Modul Llinguistik Umum: Bahasa, Fungsi Bahasa, dan
Konteks Sosial. Universitas Terbuka.
Yuliana,
R. (2017). “Pembelajaran Membaca Permulaan dalam Tinjauan Teori Artikulasi
Penyerta”. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017.
(hlm. 343-350).
Zubaidah,
E. (2013). Kesulitan Membaca Permulaan pada Anak Diagnosa dan Cara
Mengatasinya. Universitas Negeri Yogyakarta
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar