PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

Hakikat Membaca Pemahaman dan Model Pembelajaran CIRC

 A.    PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa mencakup 4 kriteria yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan yang bersifat reseptif yaitu kegiatan menyimak dan membaca seddangkan kegiatan produktif yaitu kegiatan berbicara dan menulis (Pujabakti dkk, 2021, hlm. 84). Siswa diharapkan mampu menguasai empat keterampilan tersebut guna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi individu maupun kelompok. Salah satu yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan membaca. Membaca ialah proses pengucapan simbol-simbol beserta dengan penerimaan makna dari bacaan tersebut. Kemampuan membaca merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar (Rahayu, 2018, hlm. 49). Siswa yang mempunnyai kemampuan membaca yang tinggi akan memudahkan siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Menurut Alfahad (2015, hlm. 73) mengatakan bahwa keterampilan membaca diperoleh secara bertahap, diintegrasikan kemudian menjadi otomatis.

Kegiatan membaca dapat membantu kita dalam memahami kejadian dari sebuah tulisan. Proses memahami kejadian dari tulisan bisa dikatakan sebagai membaca pemahaman (Mustajab dkk, 2021, hlm. 195). Sejalan dengan itu, Nurhidayah (2017, hlm. 43) mengatakan bahwa membaca pemahaman dapat dipahami sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memahami isi suatu bacaan. Siswa dapat dikatakan mahir dalam membaca pemahaman ketika ia mampu memahami arti kata, menyimpulkan isi dari bacaan, menceritakan kembali dan menjawab pertanyaan dari isi bacaan. Menurut Mustajab dkk (2021, hlm. 195) menjelaskan membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca secara teliti dan seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci baik tekstual maupun kontekstual dari bahan bacaan tersebut untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran. Temuan Somadayo (2016, hlm. 136) menjelaskan bahwa penyebab siswa mengalami hambatan dalam proses membaca pemahaman dikarenakan memiliki hambatan-hambatan sebagai berikut.

(1) mengidentifikasi tema, topik, atau judul wacana, (2) menilai organisasi wacana tentang ide pokok, ide penjelas, kalimat topik, kalimat penjelas, dan jenis alinea, (3) menemukan informasi berupa fakta, definisi, atau konsep, (4) Mampu memahami makna kata, istilah, dan ungkapan, dan (5) menarik simpulan tentang hal, konsep, masalah, atau pendapat. (Sumadayo, 2016, hlm. 136) 

Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Pujabakti dkk (2021, hlm. 86) mengatakan dari hasil tes terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa diperoleh nilai rata-rata 51,4 dengan ketuntasan belajar siswa hanya sebesar 8,3 % dari jumlah siswa sebanyak 24 siswa. Dari evaluasi tersebut terlihat bahwa pemahaman siswa terhadap bacaan yang di bacanya masih rendah. Rendahnya kemampuan membaca siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kesadaran akan pentingnya membaca masih kurang, pembiasaan literasi yang dilakukan masih belum terlaksanakan dengan baik, masih belum ada tindak lanjut terhadap hasil bacaan yang telah mereka baca. Pembelajaran yang berlangsung di kelas pun lebih berpusat pada guru, guru lebih aktif daripada siswa dalam menemukan isi bacaan, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru daripada mencari tahu sendiri isi bacaan tersebut. Selain itu, siswa masih terlihat belum dapat menceritakan kembali isi bacaan menggunakan bahasa mereka sendiri dan masih belum dapat menyampaikan inti dari isi bacaan yang mereka baca (Pujabakti dkk, 2021, hlm. 86).

Penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Rahman (2018, hlm. 201) menyebutkan fakta di lapangan berbicara bahwa sebagian siswa sekolah dasar terutama kelas 5 di kabupaten Bandung masih ada yang belum memiliki kemampuan membaca pemahaman yang baik. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan mengungkapkan makna yang tersirat masih rendah, siswa belum mampu dalam menemukan ide pokok, kata kunci dengan tepat, siswa belum mampu menyimpulkan isi teks dengan tepat dan siswa belum mampu menguraikan teks dalam bentuk peta konsep. Sejalan dengan hal itu Humairoh & Rahman (2016, hlm. 10) menyatakan rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa ditandai dengan banyaknya siswa yang masih belum mengerti isi dari bacaan yang dibaca, serta siswa tidak dapat menemukan kalimat utama yang ada dalam bacaan.

Dari pemaparan di atas menunjukkan bahwa membaca pemahaman memiliki beberapa kendala yang harusnya diantisipasi oleh guru. Model pembelajaran begitu penting dalam proses pembelajaran karena ini akan menjadi patokan guru dalam cara mengajar kepada siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Pujabakti dkk (2021) menuturkan bahwa kendala yang terjadi pada proses membaca pemahaman yang terfokus dan mempertimbangkan karakteristik siswa. Kemampuan siswa dalam hal kerja sama akan menjadi pondasi awal untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa, oleh karena itu model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan model yang tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut. Sejalan dengan itu, (Ariawan dkk, 2018, hlm.  97) mengemukakan bahwa salah satu upaya dalam menyelesaikan permasalahan membaca pemahaman yaitu dengan implementasi model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model CIRC ialah model yang akan membantu siswa dalam pengembangan keterampilan membaca dan menulis siswa secara menyeluruh. Model CIRC memberikan kelebihan pada siswa dalam bekerja sama dalam pemahaman materi pembelajaran (Kartika & Morelent, 2018).

b.     Fokus Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu :

1.     Hakikat membaca pemahaman

2.     Tujuan membaca pemahaman

3.     Model pembelajaran cooperative integrated reading and composition (CIRC)

B.    KAJIAN TEORI

a.     Hakikat Membaca Pemahaman

Proses dalam menimba ilmu adalah dengan membaca. Membaca adalah semangat dalam memperoleh ilmu yang mengarah pada pengetahuan yang luas. Menurut Setiyadi dkk (2019, hlm.  161) menjelaskan bahwa membaca merupakan sebuah proses mental yang melibatkan aktivitas kognitif, terutama kesadaran metakognitif, melalui perolehan makna dari sebuah teks. Dalam hal penguasaan membaca, pada dasarnya hubungan antara menguasai keterampilan membaca dan strategi metakognitif yang digunakan memiliki hubungan (Tristiantri & Sumantri, 2016). Membaca pemahaman adalah membaca dengan memahami bahan bacaan yang melibatkan asosiasi yang tepat (koneksi) antara makna dan simbol kata, penilaian konteks yang ada pada makna, pilihan makna yang benar, organisasi ide saat membaca bahan dibaca, penyimpanan ide, dan penggunaan dalam berbagai kegiatan sekarang atau masa depan (Ahuja & G.C. Ahuja, 2010). Membaca pemahaman adalah tingkat lanjut dalam tahap membaca di mana siswa dapat memahami isi bacaan, pilih isi bacaan diimplementasikan dalam kehidupan mereka, dan menumbuhkan sikap ingin tahu dan kritis (Ortlieb, 2013, hlm. 150).

Membaca pemahaman adalah dianggap sebagai keterampilan yang diperlukan untuk kecakapan berbahasa. Ini adalah keterampilan penting untuk tujuan akademis dan profesional ketika mempelajari suatu bahasa. Pembelajar adalah prediktor paling akurat dari peningkatan kesuksesan akademik dan karir perkembangan. Membaca pemahaman memiliki berbagai metode yang beragam karena membutuhkan pemahaman pada sebuah teks (Lems dkk., 2010). Pembaca juga harus sepenuhnya memahami teks untuk memahami apa penulis coba sampaikan. Lebih-lebih lagi, pembaca dapat menginterpretasikan pengalamannya, menghubungkan informasi baru dengan apa yang mereka sudah tahu, dan temukan jawabannya pertanyaan kognitif dalam teks melalui pemahaman bacaan (Tarigan, 2015). Sejalan dengan itu, menurut Utami dkk (2021, hlm. 90) menjelaskan membaca Pemahaman adalah keterampilan bahasa yang diajarkan dan dipraktikkan dalam kurikulum nasional Indonesia. Sejak tahun ajaran 2013-2014 kurikulum mengalami pergeseran, dengan cara pandang baru yang dikenal dengan kurikulum 2013 (K13).

Menurut teori taksonomi Bloom yang telah direvisi, sebagaimana dikutip dalam Anderson dkk (2001), HOTS dibagi menjadi tiga bagian yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Siswa diharapkan tidak hanya mampu berkreasi dan menghasilkan sesuatu tetapi juga berpikir kritis dengan menganalisis dan mengevaluasi hal-hal yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Karena adanya harapan terhadap siswa ini, maka kegiatan belajar mengajar juga harus beradaptasi. Guru diharapkan dapat membuat penilaian HOTS yang memungkinkan berpikir kritis siswa. Karena pengujian adalah salah satu bagian penting dari proses belajar-mengajar, pertanyaan HOTS sekarang menjadi isu terkini dalam banyak mata pelajaran dan konteks.

Membaca pemahaman menjadi salah satu faktor yang vital dalam pembelajaran membaca, karena dengan memiliki kemampuan membaca pemahaman siswa akan mudah menyerap semua informasi yang disajikan dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman dari pembaca. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Somadayo (2011, hlm 10) membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Membaca pemahaman merupakan faktor penting dalam pembelajaran khususnya dalam proses belajar mengajar. Sejalan dengan pendapat tersebut Abidin (2012, hlm 9) menyatakan salah satu problematikan pembelajaran membaca dewasa ini yaitu “pembelajaran membaca jarang sekali dilaksanakan untuk mendorong siswa agar memiliki kecepatan dan gaya membaca yang tepat melainkan hanya ditujukan untuk kepentingan praktis belaka yakni siswa mampu menjawab pertanyaan . dampaknya adalah bahwa siswa hanya memiliki kecepatan membaca yang rendah bahkan diikut oleh tingkat pemahaman yang rendah pula”.

b.     Tujuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman sangat penting untuk keberhasilan akademik jangka panjang dan bergantung pada keterampilan bahasa yang muncul di awal kehidupan. Membaca pemahaman bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi mencakup isi dan memahami makna bacaan. Selain itu, tujuan membaca pemahaman adalah agar pembaca dapat memahami isi bacaan dan memberikan tanggapan terhadap bacaan tersebut. Menurut Tusfiana (Tusfiana & Trynasari, 2020) kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengkontruksi pesan yang terdapat dalam isi bacaan dengan menghubungkan pengetahuan dengan ide pokok serta inti dari bacaan yang dibaca. Membaca pemahaman dapat pula diartikan sebagai proses sebagai proses sungguh-sungguh yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan (Nindy Rahayu, 2017). Dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci baik yang tersurat maupun yang tersirat dari bahan bacaan tersebut untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran.

Rasmini dan Juanda (2007, hlm. 80) mengemuakakan bahwa membaca pemahaman yaitu reading for understanding adalah salah satu bentuk kegiatan membaca dengan tujuan utama untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut membaca pemahaman merupakan suatu proses memahami suatu bacaan dengan menganalisis isi teks bacaan dengan tujuan untuk menyerap informasi yang ingin disampaikan oleh penulis, sehingga tercipta interaksi secara tidak langsung antara penulis dengan pembaca. Pembelajaran membaca pemahaman haruslah disajikan dengan model pembelajaran yang mengarahkan pada pembelajaran khusus untuk membaca. Banyak sekali model yang dapat digunakan seperti model cooperative integrated reading and composition (CIRC) dan cooperative script. Kedua model tersebut merupakan model pembelajaran cooperative learning yang dapat digunakan utnuk pembelajaran membaca.

c.     Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Model cooperative integrated reading and composition (CIRC) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Slavin. Menurut Steven, Madden, Slavin dan Farnish (1995, hlm. 2) model cooperative integrated reading and composition (CIRC) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) menurut Slavin dalam Suyitno (2005, hlm. 3-4) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain:

1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. 2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu. 3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya. 5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. 6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. 7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. 8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Sedangkan model cooperative script merupakan sebuah model pembelajaraan kooperatif yang dikembangkang oleh Dansereu. Menurut Dansereu (dalam Nurzaman, 2011, hlm. 18) Cooperative script adalah model pembelajaran berkelompok dengan cara berpasangan untuk mempelajari bagian-bagian dari materi pelajaran secara bergantian, bergantian disini yakni setiap pasangan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar. Pembelajaran model cooperative script akan melatih siswa untuk kerja kelompok dalam mengembangkan ide-ide dalam pembelajaran. Adapun Langkah-langkah pembelajaran model cooperative script menurut Rahman (2014, hlm. 6) terdapat enam langkah sebagai berikut:

1) Guru mengelompokkan siswa untuk berpasangan; 2) Guru membagikan teks materi pembelajaran kepada siswa untuk dibaca dan diringkas 3) Guru menetapkan siswa yag pertama berperan sebagi pembicara, dan siswa yang berperan sebagai pendengar 4) Siswa sebagai pembicara membacakan ringkasan teks dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan, sedangkan pendengar: a. Menyimak/mengoreksi/m enunjukan ide-ide pokok yang seharusnya dikemukakan; dan b. Membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi yang berhubungan 5) Siswa yang berperan sebagai pembicara berubah tugas menjadi pendengar 6) Guru bersama murid membuat simpulan sebelum menutup pembelajaran.

Berdasrakan paparan diatas bahwa dua model pembelajaran kooperatif ini dapat digunakan dalam pembelajaran membaca, karena berdasarkan langkah-langkah pembelajarannya kedua model cooperative learning ini menekankan pada pembelajaran membaca untuk mengekplorai kemampuan membaca siswa bersama kelompoknya.

C.    SIMPULAN

Membaca merupakan proses penyerapan ilmu yang menyertakan aktivitas kognitif melalui pemahaman dari sebuah teks. Proses membaca diterapkan sejak anak usia dini yang dimaksudkan agar mejadi modal utama menyerap ilmu. Membaca permulaan menjadi salah satu proses awal agar siswa mampu membaca dengan baik dan benar. Setelah membaca permulaan tahap yang akan dilalui selanjutnya yaitu membaca pemahaman. Membaca pemahaman dapat diartikan sebagai proses membaca yang disertai dengan ketepatan dalam proses memaknai pada saat membaca kemudian mampu memahami penggunaan makna teks sehingga bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan membaca pemahaman yaitu untuk mencari dan memperoleh serta memahami isi bacaan dan memberikan tanggapan pada bacaan tersebut. Sebagian pendapat mengemukakan bahwa membaca pemahaman bertujuan untuk memahami isi pesan atau makna yang terdapat pada sebuah bacaan.

Model pembelajaran untuk memperdalam proses membaca pemahaman yaitu salah satunya dengan model cooperative integrated reading and composition (CIRC). Model ini merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian dibagi menjadi bagian-bagian yang penting. Adapun model pembelajaran Cooperative script juga dapat digunakan untuk mengembangkan membaca pemahaman pada siswa. Model Cooperative script model pembelajaran dengan cara berkelompok untuk mempelajari bagian-bagian dari pelajaran secara bergantian.

 D.    DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran membaca berbasis karakter. Refika Aditama.

Ahuja, P., & G.C. Ahuja. (2010). Membaca secara efektif dan efisien. PT. Kiblat Buku Utama.

Alfahad, M. F. (2015). PENERAPAN QUANTUM SPEED READING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT BAHASA INDONESIA. Riksa Bahasa: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya1(1), 72-77. https://doi.org/10.17509/rb.v1i1.8701

Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., & Bloom, B. S. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education. Longman.

Ariawan, V. A. N., Utami, N. T., & Rahman, R. (2018). Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa sekolah dasar melalui implementasi model CIRC berbantuan media cetak. Al-Aulad: Journal of Islamic Primary Education1(2). https://doi.org/10.15575/al-aulad.v1i2.3529

Humairoh, S., & Rahman, R. (2016). PENGARUH MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DAN COOPERATIVE SCRIPT (CS) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR. Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an11(1). https://doi.org/10.17509/md.v11i1.3782

Kartika, D., & Morelent, Y. (2018). The Influence of the CIRC and TTW Learning Model and Learning Motivation toward Grade 8 Students’ Report Writing Skills at SMP Muhammadiyah Padang. Theory and Practice in Language Studies, 8 (3), 278-284. http://dx.doi.org/10.17507/tpls.0803.01

Lems, K., Miller, L. D., & Soro, T. M. (2010). Teaching Reading to English Language Learners: Insights from Linguistics. Guilford Press.

Mustajab, A., Rahmawati, P., Selestin, Y. D., & Widya, A. F. (2021). Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa pada Model Pembelajaran PQ4R Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Sikola: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pembelajaran2(3), 194-202. https://doi.org/10.24036/sikola.v2i3.99

Nindy Rahayu, T. A. D. (2017). Pengaruh Penggunaan Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Refiew) Tehadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Punggur. Promosi: Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi, 5(2), 109–117. http://dx.doi.org/10.24127/ja.v5i2.1220

Nurhidayah, I., Mulyasari, E., & Robandi, B. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar2(4), 42-51. https://doi.org/10.17509/jpgsd.v2i4.14005

Nurzaman, I. (2011). Keefektifan model cooperative script dengan magazine picture untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan menulis kreatif narasi siswa. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Ortlieb, E. (2013). Using anticipatory reading guides to improve elementary students comprehension. International Journal of Instruction, 6(2), 145–162. https://dergipark.org.tr/en/pub/eiji/issue/5137/70006

Pujabakti, R. R., Hartati, T., & Mulyasari, E. (2021). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar6(2), 84-93. https://doi.org/10.17509/jpgsd.v6i2.40035

Puspita, R. D. & Rahman (2018). MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BERBANTUAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU BERNUANSA MODEL INTERACTIVE-COMPENSATORY. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar2(2), 198-209. http://dx.doi.org/10.23969/jp.v2i2.557

Rahayu, R. A., dkk. (2018). Keterampilan Membaca Pemahaman Dengan Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Vol. 3 (2), 46-56. https://doi.org/10.17509/jpgsd.v3i2.14068

Rahman. (2013). Model-model mengajar dan bahan pembelajara. Alqa Print.

Rasmini, N., & Juanda, D. (2007). Pendidikan bahasa & sastra Indonesia di kelas tinggi. UPI Press.

Setiyadi, R., Kuswendi, U., & Ristiana, M. G. (2019). Learning of Reading Comprehension through Reading Workshop in the Industry 4.0. In Elementary School Forum. Mimbar Sekolah Dasar. 6(2), 160-173. https://doi.org/10.53400/mimbar-sd.v6i2.17397

Slavin, R. E., Madden, N., & Steven, R. J. (1989). Cooperative learning models for the 3 R’s. Educational Ledership. 47 (4) hlm 22-28.

Somadayo, S. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran PQRST Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Ditinjau dari Minat Baca. Edukasi, 13(1), 31–40. https://doi.org/10.33387/j.edu.v13i1.24

Somadoyo, S. (2011). Strategi dan teknik pembelajaran membaca. Graha Ilmu.

Suyitno, A. (2005). Mengadopsi pembelajaran circ dalam meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal dongeng. Seminar Nasional F.MIPA UNNES.

Tusfiana, I. A., & Trynasari, D. (2020). Kesulitan Membaca Pemahaman Siswa SD. Proseding Konferensi Ilmiah Dasar.

Utami, M. A., Rahman, R., & Albiansyah, A. (2021). Analysis of Teachers-Constructed Reading Comprehension Test. English Language in Focus (ELIF), 3(2), 89-98. https://doi.org/10.24853/elif.3.2.89-98

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN