Hakikat Membaca Pemahaman dan Model Pembelajaran CIRC
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
A. PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Pembelajaran
Bahasa mencakup 4 kriteria yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Kegiatan yang bersifat reseptif yaitu kegiatan menyimak dan membaca seddangkan
kegiatan produktif yaitu kegiatan berbicara dan menulis (Pujabakti dkk, 2021,
hlm. 84). Siswa diharapkan mampu menguasai empat keterampilan tersebut guna
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi individu maupun
kelompok. Salah satu yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan membaca.
Membaca ialah proses pengucapan simbol-simbol beserta dengan penerimaan makna
dari bacaan tersebut. Kemampuan membaca merupakan kemampuan awal yang harus
dimiliki oleh siswa sekolah dasar (Rahayu, 2018, hlm. 49). Siswa yang
mempunnyai kemampuan membaca yang tinggi akan memudahkan siswa dalam memahami
materi yang dipelajari. Menurut Alfahad (2015, hlm. 73) mengatakan bahwa
keterampilan membaca diperoleh secara bertahap, diintegrasikan kemudian menjadi
otomatis.
Kegiatan
membaca dapat membantu kita dalam memahami kejadian dari sebuah tulisan. Proses
memahami kejadian dari tulisan bisa dikatakan sebagai membaca pemahaman (Mustajab
dkk, 2021, hlm. 195). Sejalan dengan itu, Nurhidayah (2017, hlm. 43) mengatakan
bahwa membaca pemahaman dapat dipahami sebagai kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam memahami isi suatu bacaan. Siswa dapat dikatakan mahir dalam
membaca pemahaman ketika ia mampu memahami arti kata, menyimpulkan isi dari
bacaan, menceritakan kembali dan menjawab pertanyaan dari isi bacaan. Menurut
Mustajab dkk (2021, hlm. 195) menjelaskan membaca pemahaman merupakan kegiatan
membaca secara teliti dan seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci baik
tekstual maupun kontekstual dari bahan bacaan tersebut untuk mencapai hasil
yang optimal dalam pembelajaran. Temuan Somadayo (2016, hlm. 136) menjelaskan
bahwa penyebab siswa mengalami hambatan dalam proses membaca pemahaman
dikarenakan memiliki hambatan-hambatan sebagai berikut.
(1) mengidentifikasi tema, topik, atau judul wacana, (2) menilai organisasi wacana tentang ide pokok, ide penjelas, kalimat topik, kalimat penjelas, dan jenis alinea, (3) menemukan informasi berupa fakta, definisi, atau konsep, (4) Mampu memahami makna kata, istilah, dan ungkapan, dan (5) menarik simpulan tentang hal, konsep, masalah, atau pendapat. (Sumadayo, 2016, hlm. 136)
Sejalan dengan itu,
penelitian yang dilakukan oleh Pujabakti dkk (2021, hlm. 86) mengatakan dari
hasil tes terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa diperoleh nilai rata-rata
51,4 dengan ketuntasan belajar siswa hanya sebesar 8,3 % dari jumlah siswa
sebanyak 24 siswa. Dari evaluasi tersebut terlihat bahwa pemahaman siswa
terhadap bacaan yang di bacanya masih rendah. Rendahnya kemampuan membaca siswa
ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kesadaran akan pentingnya
membaca masih kurang, pembiasaan literasi yang dilakukan masih belum
terlaksanakan dengan baik, masih belum ada tindak lanjut terhadap hasil bacaan
yang telah mereka baca. Pembelajaran yang berlangsung di kelas pun lebih
berpusat pada guru, guru lebih aktif daripada siswa dalam menemukan isi bacaan,
siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru daripada mencari tahu sendiri isi
bacaan tersebut. Selain itu, siswa masih terlihat belum dapat menceritakan
kembali isi bacaan menggunakan bahasa mereka sendiri dan masih belum dapat
menyampaikan inti dari isi bacaan yang mereka baca (Pujabakti dkk, 2021, hlm.
86).
Penelitian yang dilakukan
oleh Puspita dan Rahman (2018, hlm. 201) menyebutkan fakta di lapangan
berbicara bahwa sebagian siswa sekolah dasar terutama kelas 5 di kabupaten
Bandung masih ada yang belum memiliki kemampuan membaca pemahaman yang baik.
Hal ini dibuktikan dengan kemampuan mengungkapkan makna yang tersirat masih
rendah, siswa belum mampu dalam menemukan ide pokok, kata kunci dengan tepat,
siswa belum mampu menyimpulkan isi teks dengan tepat dan siswa belum mampu
menguraikan teks dalam bentuk peta konsep. Sejalan dengan hal itu Humairoh
& Rahman (2016, hlm. 10) menyatakan rendahnya kemampuan membaca pemahaman
siswa ditandai dengan banyaknya siswa yang masih belum mengerti isi dari bacaan
yang dibaca, serta siswa tidak dapat menemukan kalimat utama yang ada dalam
bacaan.
Dari pemaparan di atas
menunjukkan bahwa membaca pemahaman memiliki beberapa kendala yang harusnya
diantisipasi oleh guru. Model pembelajaran begitu penting dalam proses
pembelajaran karena ini akan menjadi patokan guru dalam cara mengajar kepada
siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Pujabakti dkk (2021) menuturkan bahwa
kendala yang terjadi pada proses membaca pemahaman yang terfokus dan
mempertimbangkan karakteristik siswa. Kemampuan siswa dalam hal kerja sama akan
menjadi pondasi awal untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa,
oleh karena itu model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) merupakan model yang tepat untuk memecahkan
permasalahan tersebut. Sejalan dengan itu, (Ariawan dkk, 2018, hlm. 97) mengemukakan bahwa salah satu upaya dalam
menyelesaikan permasalahan membaca pemahaman yaitu dengan implementasi model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Model CIRC ialah model yang akan membantu siswa dalam pengembangan
keterampilan membaca dan menulis siswa secara menyeluruh. Model CIRC
memberikan kelebihan pada siswa dalam bekerja sama dalam pemahaman materi
pembelajaran (Kartika & Morelent, 2018).
b. Fokus
Kajian Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Hakikat
membaca pemahaman
2. Tujuan
membaca pemahaman
3. Model
pembelajaran cooperative integrated reading and composition (CIRC)
B. KAJIAN
TEORI
a. Hakikat
Membaca Pemahaman
Proses
dalam menimba ilmu adalah dengan membaca. Membaca adalah semangat dalam
memperoleh ilmu yang mengarah pada pengetahuan yang luas. Menurut Setiyadi dkk
(2019, hlm. 161) menjelaskan bahwa
membaca merupakan sebuah proses mental yang melibatkan aktivitas kognitif,
terutama kesadaran metakognitif, melalui perolehan makna dari sebuah teks.
Dalam hal penguasaan membaca, pada dasarnya hubungan antara menguasai
keterampilan membaca dan strategi metakognitif yang digunakan memiliki hubungan
(Tristiantri & Sumantri, 2016). Membaca pemahaman adalah membaca dengan
memahami bahan bacaan yang melibatkan asosiasi yang tepat (koneksi) antara
makna dan simbol kata, penilaian konteks yang ada pada makna, pilihan makna
yang benar, organisasi ide saat membaca bahan dibaca, penyimpanan ide, dan
penggunaan dalam berbagai kegiatan sekarang atau masa depan (Ahuja & G.C.
Ahuja, 2010). Membaca pemahaman adalah tingkat lanjut dalam tahap membaca di
mana siswa dapat memahami isi bacaan, pilih isi bacaan diimplementasikan dalam
kehidupan mereka, dan menumbuhkan sikap ingin tahu dan kritis (Ortlieb, 2013,
hlm. 150).
Membaca
pemahaman adalah dianggap sebagai keterampilan yang diperlukan untuk kecakapan
berbahasa. Ini adalah keterampilan penting untuk tujuan akademis dan
profesional ketika mempelajari suatu bahasa. Pembelajar adalah prediktor paling
akurat dari peningkatan kesuksesan akademik dan karir perkembangan. Membaca pemahaman
memiliki berbagai metode yang beragam karena membutuhkan pemahaman pada sebuah teks
(Lems dkk., 2010). Pembaca juga harus
sepenuhnya memahami teks
untuk memahami apa penulis
coba sampaikan. Lebih-lebih lagi, pembaca dapat menginterpretasikan pengalamannya, menghubungkan informasi baru dengan apa yang mereka sudah tahu, dan temukan jawabannya pertanyaan kognitif dalam teks melalui pemahaman bacaan (Tarigan, 2015). Sejalan dengan itu, menurut Utami dkk (2021, hlm. 90) menjelaskan
membaca Pemahaman adalah keterampilan
bahasa yang diajarkan dan dipraktikkan dalam kurikulum nasional Indonesia.
Sejak tahun ajaran 2013-2014 kurikulum
mengalami pergeseran, dengan cara pandang baru yang dikenal dengan kurikulum
2013 (K13).
Menurut teori taksonomi Bloom yang telah direvisi,
sebagaimana dikutip dalam Anderson dkk (2001), HOTS dibagi menjadi tiga bagian yaitu
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Siswa diharapkan tidak hanya mampu
berkreasi dan menghasilkan sesuatu tetapi juga berpikir kritis dengan
menganalisis dan mengevaluasi hal-hal yang ditemuinya dalam kehidupan
sehari-hari. Karena adanya harapan terhadap siswa ini, maka kegiatan belajar
mengajar juga harus beradaptasi. Guru diharapkan dapat membuat penilaian HOTS
yang memungkinkan berpikir kritis siswa. Karena pengujian adalah salah satu
bagian penting dari proses belajar-mengajar, pertanyaan HOTS sekarang menjadi
isu terkini dalam banyak mata pelajaran dan konteks.
Membaca
pemahaman menjadi salah satu faktor yang vital dalam pembelajaran membaca,
karena dengan memiliki kemampuan membaca pemahaman siswa akan mudah menyerap
semua informasi yang disajikan dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman
dari pembaca. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Somadayo (2011, hlm 10)
membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif
melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta
dihubungkan dengan isi bacaan. Membaca pemahaman merupakan faktor penting dalam
pembelajaran khususnya dalam proses belajar mengajar. Sejalan dengan pendapat
tersebut Abidin (2012, hlm 9) menyatakan salah satu problematikan pembelajaran
membaca dewasa ini yaitu “pembelajaran membaca jarang sekali dilaksanakan untuk
mendorong siswa agar memiliki kecepatan dan gaya membaca yang tepat melainkan
hanya ditujukan untuk kepentingan praktis belaka yakni siswa mampu menjawab
pertanyaan . dampaknya adalah bahwa siswa hanya memiliki kecepatan membaca yang
rendah bahkan diikut oleh tingkat pemahaman yang rendah pula”.
b. Tujuan
Membaca Pemahaman
Membaca
pemahaman sangat penting untuk keberhasilan akademik jangka panjang dan
bergantung pada keterampilan bahasa yang muncul di awal kehidupan. Membaca
pemahaman bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi mencakup isi dan
memahami makna bacaan. Selain itu, tujuan membaca pemahaman adalah agar pembaca
dapat memahami isi bacaan dan memberikan tanggapan terhadap bacaan tersebut. Menurut
Tusfiana (Tusfiana & Trynasari, 2020) kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam mengkontruksi pesan yang terdapat dalam isi bacaan dengan menghubungkan
pengetahuan dengan ide pokok serta inti dari bacaan yang dibaca. Membaca
pemahaman dapat pula diartikan sebagai proses sebagai proses sungguh-sungguh
yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang
terkandung dalam sebuah bacaan (Nindy Rahayu, 2017). Dapat disimpulkan bahwa
membaca pemahaman adalah kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama
dengan tujuan memahaminya secara rinci baik yang tersurat maupun yang tersirat
dari bahan bacaan tersebut untuk mencapai hasil yang optimal dalam
pembelajaran.
Rasmini
dan Juanda (2007, hlm. 80) mengemuakakan bahwa membaca pemahaman yaitu reading
for understanding adalah salah satu bentuk kegiatan membaca dengan tujuan
utama untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut membaca pemahaman merupakan suatu proses memahami
suatu bacaan dengan menganalisis isi teks bacaan dengan tujuan untuk menyerap
informasi yang ingin disampaikan oleh penulis, sehingga tercipta interaksi
secara tidak langsung antara penulis dengan pembaca. Pembelajaran membaca
pemahaman haruslah disajikan dengan model pembelajaran yang mengarahkan pada
pembelajaran khusus untuk membaca. Banyak sekali model yang dapat digunakan
seperti model cooperative integrated reading and composition (CIRC) dan cooperative
script. Kedua model tersebut merupakan model pembelajaran cooperative
learning yang dapat digunakan utnuk pembelajaran membaca.
c. Model
Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Model
cooperative integrated reading and composition (CIRC) merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan oleh Slavin. Menurut Steven, Madden, Slavin dan
Farnish (1995, hlm. 2) model cooperative integrated reading and composition
(CIRC) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan
suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian
yang penting. Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) menurut
Slavin dalam Suyitno (2005, hlm. 3-4) memiliki delapan komponen. Kedelapan
komponen tersebut antara lain:
1)
Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5
siswa. 2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai
ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui
kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu. 3) Student creative,
melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. 4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus
dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang
membutuhkannya. 5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian
skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok
yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil
dalam menyelesaikan tugas. 6) Teaching group, yakni memberikan materi
secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. 7) Facts test,
yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. 8) Whole-class
units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Sedangkan model cooperative script
merupakan sebuah model pembelajaraan kooperatif yang dikembangkang oleh
Dansereu. Menurut Dansereu (dalam Nurzaman, 2011, hlm. 18) Cooperative
script adalah model pembelajaran berkelompok dengan cara berpasangan untuk
mempelajari bagian-bagian dari materi pelajaran secara bergantian, bergantian
disini yakni setiap pasangan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar.
Pembelajaran model cooperative script akan melatih siswa untuk kerja kelompok
dalam mengembangkan ide-ide dalam pembelajaran. Adapun Langkah-langkah
pembelajaran model cooperative script menurut Rahman (2014, hlm. 6)
terdapat enam langkah sebagai berikut:
1)
Guru mengelompokkan siswa untuk berpasangan; 2) Guru membagikan teks materi
pembelajaran kepada siswa untuk dibaca dan diringkas 3) Guru menetapkan siswa
yag pertama berperan sebagi pembicara, dan siswa yang berperan sebagai
pendengar 4) Siswa sebagai pembicara membacakan ringkasan teks dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan, sedangkan pendengar: a.
Menyimak/mengoreksi/m enunjukan ide-ide pokok yang seharusnya dikemukakan; dan
b. Membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi yang berhubungan 5) Siswa yang berperan sebagai
pembicara berubah tugas menjadi pendengar 6) Guru bersama murid membuat
simpulan sebelum menutup pembelajaran.
Berdasrakan paparan diatas bahwa dua
model pembelajaran kooperatif ini dapat digunakan dalam pembelajaran membaca,
karena berdasarkan langkah-langkah pembelajarannya kedua model cooperative
learning ini menekankan pada pembelajaran membaca untuk mengekplorai kemampuan
membaca siswa bersama kelompoknya.
C. SIMPULAN
Membaca
merupakan proses penyerapan ilmu yang menyertakan aktivitas kognitif melalui
pemahaman dari sebuah teks. Proses membaca diterapkan sejak anak usia dini yang
dimaksudkan agar mejadi modal utama menyerap ilmu. Membaca permulaan menjadi
salah satu proses awal agar siswa mampu membaca dengan baik dan benar. Setelah
membaca permulaan tahap yang akan dilalui selanjutnya yaitu membaca pemahaman.
Membaca pemahaman dapat diartikan sebagai proses membaca yang disertai dengan
ketepatan dalam proses memaknai pada saat membaca kemudian mampu memahami
penggunaan makna teks sehingga bisa diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan membaca pemahaman yaitu untuk mencari dan memperoleh serta
memahami isi bacaan dan memberikan tanggapan pada bacaan tersebut. Sebagian
pendapat mengemukakan bahwa membaca pemahaman bertujuan untuk memahami isi
pesan atau makna yang terdapat pada sebuah bacaan.
Model
pembelajaran untuk memperdalam proses membaca pemahaman yaitu salah satunya
dengan model cooperative integrated reading and composition (CIRC). Model ini
merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu
bacaan secara menyeluruh kemudian dibagi menjadi bagian-bagian yang penting.
Adapun model pembelajaran Cooperative script juga dapat digunakan untuk
mengembangkan membaca pemahaman pada siswa. Model Cooperative script model
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk mempelajari bagian-bagian dari
pelajaran secara bergantian.
Abidin, Y. (2012). Pembelajaran membaca
berbasis karakter. Refika Aditama.
Ahuja, P., & G.C. Ahuja.
(2010). Membaca secara efektif dan efisien. PT. Kiblat Buku Utama.
Alfahad, M. F. (2015).
PENERAPAN QUANTUM SPEED READING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT BAHASA
INDONESIA. Riksa Bahasa: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, 1(1),
72-77. https://doi.org/10.17509/rb.v1i1.8701
Anderson, L. W., Krathwohl,
D. R., & Bloom, B. S. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education. Longman.
Ariawan, V. A. N., Utami, N.
T., & Rahman, R. (2018). Peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa
sekolah dasar melalui implementasi model CIRC berbantuan media cetak. Al-Aulad:
Journal of Islamic Primary Education, 1(2). https://doi.org/10.15575/al-aulad.v1i2.3529
Humairoh, S., & Rahman,
R. (2016). PENGARUH MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
DAN COOPERATIVE SCRIPT (CS) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH
DASAR. Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 11(1).
https://doi.org/10.17509/md.v11i1.3782
Kartika, D., & Morelent,
Y. (2018). The Influence of the CIRC and TTW Learning Model and Learning
Motivation toward Grade 8 Students’ Report Writing Skills at SMP Muhammadiyah
Padang. Theory and Practice in Language Studies, 8 (3), 278-284. http://dx.doi.org/10.17507/tpls.0803.01
Lems, K., Miller, L. D.,
& Soro, T. M. (2010). Teaching Reading to English Language Learners:
Insights from Linguistics. Guilford Press.
Mustajab, A., Rahmawati, P., Selestin, Y. D.,
& Widya, A. F. (2021). Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa pada Model
Pembelajaran PQ4R Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Sikola:
Jurnal Kajian Pendidikan dan Pembelajaran, 2(3), 194-202. https://doi.org/10.24036/sikola.v2i3.99
Nindy Rahayu, T. A. D. (2017). Pengaruh
Penggunaan Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Refiew)
Tehadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1
Punggur. Promosi: Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi, 5(2),
109–117. http://dx.doi.org/10.24127/ja.v5i2.1220
Nurhidayah, I., Mulyasari,
E., & Robandi, B. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ
untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 2(4), 42-51. https://doi.org/10.17509/jpgsd.v2i4.14005
Nurzaman, I. (2011). Keefektifan
model cooperative script dengan magazine picture untuk meningkatkan motivasi
dan kemampuan menulis kreatif narasi siswa. [Tesis]. Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.
Ortlieb, E. (2013). Using
anticipatory reading guides to improve elementary students comprehension. International
Journal of Instruction, 6(2), 145–162. https://dergipark.org.tr/en/pub/eiji/issue/5137/70006
Pujabakti, R. R., Hartati, T., & Mulyasari,
E. (2021). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 6(2), 84-93. https://doi.org/10.17509/jpgsd.v6i2.40035
Puspita, R. D. & Rahman
(2018). MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BERBANTUAN PEMBELAJARAN
TEMATIK TERPADU BERNUANSA MODEL INTERACTIVE-COMPENSATORY. Pendas:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 2(2), 198-209. http://dx.doi.org/10.23969/jp.v2i2.557
Rahayu, R. A., dkk. (2018).
Keterampilan Membaca Pemahaman Dengan Metode PQ4R (Preview, Question, Read,
Reflect, Recite, Review) Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. Vol. 3 (2), 46-56. https://doi.org/10.17509/jpgsd.v3i2.14068
Rahman. (2013). Model-model mengajar dan
bahan pembelajara. Alqa Print.
Rasmini, N., & Juanda, D. (2007).
Pendidikan bahasa & sastra Indonesia di kelas tinggi. UPI Press.
Setiyadi, R., Kuswendi, U.,
& Ristiana, M. G. (2019). Learning of Reading Comprehension through Reading
Workshop in the Industry 4.0. In Elementary School Forum. Mimbar Sekolah
Dasar. 6(2), 160-173. https://doi.org/10.53400/mimbar-sd.v6i2.17397
Slavin, R. E., Madden, N., & Steven, R. J.
(1989). Cooperative learning models for the 3 R’s. Educational Ledership.
47 (4) hlm 22-28.
Somadayo, S. (2016).
Pengaruh Model Pembelajaran PQRST Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Ditinjau
dari Minat Baca. Edukasi, 13(1), 31–40.
https://doi.org/10.33387/j.edu.v13i1.24
Somadoyo, S. (2011). Strategi
dan teknik pembelajaran membaca. Graha Ilmu.
Suyitno, A. (2005). Mengadopsi pembelajaran
circ dalam meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal dongeng.
Seminar Nasional F.MIPA UNNES.
Tusfiana, I. A., &
Trynasari, D. (2020). Kesulitan Membaca Pemahaman Siswa SD. Proseding Konferensi
Ilmiah Dasar.
Utami, M. A., Rahman, R.,
& Albiansyah, A. (2021). Analysis of Teachers-Constructed Reading
Comprehension Test. English Language in Focus (ELIF), 3(2), 89-98. https://doi.org/10.24853/elif.3.2.89-98
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar