PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN MEMBACA PEMAHAMAN DI ERA DIGITAL

 A.    PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang

Kemampuan membaca merupakan hal penting dalam kehidupan manusia karena membaca diperuntukkan untuk manusia bisa menimba ilmu sekaligus membuka pikiran yang luas. Membaca akan membantu peserta didik dalam mendapatkan informasi dan wawasan baru yang sebelumnya belum diperoleh, ketika peserta didik gemar membaca maka akan banyak pula informasi yang diperoleh. Menurut Sari dkk (2021) membaca dipandang sebuah kebutuhan pokok terutama bagi insan akademik, hal ini dapat meningkatkan daya saing dan kualitas manusia pada masa yang akan datang. Sejalan dengan hal itu, Somadayo (2011, hlm. 4) mengemukakan bahwa membaca merupakan sebuah kegiatan interaktif untuk menemukan serta memahami sebuah arti atau makna yang terkandung di dalam sebuah tulisan. Kegiatan membaca dikehidupan sehari-hari sangat perlu ditingkatkan karena dengan membaca akan meningkatkan kemampuan berpikir, serta meningkatkan kreativitas dan imajinasi bagi individu ataupun kelompok dalam memahami sebuah arti atau makna yang terkandung dalam sebuah teks bacaan.

Timbulnya semangat dalam mencari dan mendapatkan sebuah pengetahuan didorong oleh proses pembelajaran yang menarik. Proses pembelajaran dalam pelaksanaannya menjadi tanggung jawab guru, sehingga pembelajaran yang menarik akan menumbuhkan kemauan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran menarik bisa dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan atau rencana yang sebelumnya sudah disusun baik. Salah satu pertimbangan dalam proses pembelajaran yaitu pemmilihan model pembelajaran. Ketepatan dalam memilih model pembelajaran menjadi poin penting agar terciptanya pembelajaran yang menarik sehingga akan meningkatkan kemampuan peserta didik, begitu juga dalam minat membaca. Abidin (2012, hlm. 59) menjelaskan bahwa pembelajaran membaca merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan peserta didik untuk mencapai keterampilan membaca. Pembelajaran membaca bukan semata-mata dilakukan agar peserta didik mampu membaca, melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh aktivitas mental dan kemampuan berpikir peserta didik dalam memahami, mengkritisi, dan memproduksi sebuah wacana tertulis.

Pada jenjang sekolah dasar proses membaca terbagi menjadi dua yaitu membaca permulaan dan membaca pemahaman. Membaca permulaan merupakan proses pengenalan huruf dan mengenalkan cara membaca dari mulai awal, sedangkan membaca pemahaman yaitu proses dimana peserta didik diharapkan mampu menggali sebuah arti atau makna yang terdapat pada teks yang dibaca. Membaca pemahaman pada peserta didik dapat diperoleh berbagai informasi secara aktif reseptif, maksudnya dengan memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, peserta didik dapat memperoleh berbagai informasi dalam waktu yang relatif singkat. Tarigan (dalam Abidin, 2012, hlm. 59) menyatakan bahwa membaca pemahaman reading for undersanding merupakan jenis membaca untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, membaca menggunakan strategi tertentu.

Banyak hal yang menjadi sumber permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Sanjaya (2007) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan dalam suatu proses pembelajaran itu sendiri. Artinya, bahwa strategi pembelajaran pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai model pembelajaran, sehingga dapat diartikan bahwa model pembelajaran di sini adalah sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mengembangkan kemampuan membaca pemahaman siswa, ada beberapa model pembelajaran yang kemungkinan dapat digunakan secara efektif dan efisien. Sesuai pernyataan yang dikemukakan oleh Abbas (2006), strategi dan substansi pembelajaran harus dipilih atau disusun secara cermat berdasarkan pada teori-teori yang sudah ada. Tidak tepatnya pemilihan model pembelajaran akan mengakibatkan kemampuan membaca pemahaman siswa tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan hal tersebut, perlu diciptakan suatu kondisi yang dapat menumbuhkembangkan aktivitas siswa dalam membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Sampurna (2021) menemukan bahwa masih melihat kondisi siswa 1) siswa masih kurang berkonsentrasi pada saat membaca, 2) kurangnya memahami isi dari bacaan 3) pada saat membaca, siswa masih ribut. Hal ini disebabkan oleh jarangnya guru mengelompokkan siswa pada saat pembelajaran, sehingga siswa kurang berinteraksi dengan temannya. Siswa hanya diminta membaca tanpa tahu makna dari bacaannya, sehingga mereka tidak berinteraksi dengan temannya untuk menemukan ide. Guru juga belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat ketika pembelajaran membaca berlangsung, sehingga siswa kurang paham terhadap kegiatan pembelajaran dan siswa menjadi cepat bosan dalam belajar. perlu diupayakan perbaikan untuk meningkatkan keterampilan membaca.

Penerapan strategi guru pada keterampilan membaca pemahaman digunakan oleh peneliti sebagai solusi dalam meningkatkan membaca pemahaman peserta didik, menurut Iriani (2017, hlm. 91) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang. Strategi yang digunakan oleh guru harus sesuai dengan keadaan peserta didik serta materi yang akan diberikan kepada peserta didik, sehingga guru harus dapat menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan pada setiap mata pelajaran yang akan diajarkan. Guru harus mampu mengetahui yang dibutuhkan oleh peserta didik, maka dari itu guru harus dapat berinteraksi dengan peserta didik dengan baik. Kegiatan pembelajaran saat ini mampu mengikuti perkembangan zaman dengan mendesain model dan metode pembelajaran yang dapat menjadikan peserta didik menjadi lebih mandiri dengan disajikannya materi oleh guru.

Banyaknya upaya yang telah dilakukan guru untuk meningkatkan aktivitas, peran, serta kualitas peserta didik dan pembelajaran diantaranya dengan memilih model dan metode pembelajaran yang tepat. Penggunaan model dan metode pada pembelajaran merupakan hal yang semestinya dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan gambaran kegiatan pembelajaran yang memuat metode, teknik, pendekatan. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat metode pembelajaran yaitu menfokuskan pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Penggunaan model dan metode pada pembelajaran merupakan hal yang semestinya dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan gambaran kegiatan pembelajaran yang memuat metode, teknik, pendekatan. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat metode pembelajaran yaitu menfokuskan pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kegiatan membaca dipahami sebagai proses interaktif yang mengharuskan pembaca berinteraksi dengan teks menggunakan apa yang pembaca ketahui sebelumnya untuk membantu pembentukan pemahaman atas isi teks bacaan. Timbulnya kemauan untuk memperoleh pengetahuan salah satunya ditunjang oleh proses pembelajaran yang menarik.

          Perkembangan teknologi digital berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan ini memberikan banyak sekali dampak dalam aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi membidik segala usia masyarakat, segala ditawarkan kepada masyarakat, masyarakat kini hidup berdampingan dengan teknologi, segala bidang kehidupan bergerak kearah moderen banyak dari mereka yang merasa terbantu dengan berkembangnya teknologi ini. Perubahan demi perubahan mulai terjadi, beragam efek mulai muncul, salah satu perubahan kegiatan masyarakat yang juga ikut berkembang mengikuti perkembangan zaman adalah aktivitas literasi. Perubahan kebiasaan membaca akibat perkembangan teknologi juga bisa menjadi salah satu hal yang mempengaruhi kemampuan membaca.  Membaca yang tadinya sangat identik dengan buku cetak kini sudah beranjak berubah kearah media noncetak atau digital.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca. Dua aspek penting dalam membaca, yaitu keteramplan mekanis serta keterampilan pemahaman. Untuk mendapatkan keterampilan pemahaman dalam membaca perlu diperhatikan beberapa jenis membaca yang sesuai agar mendapat keterampilan pemahaman yang diinginkan. Ketika membaca pemahaman, pembaca tidak hanya dituntut untuk sekadar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi pembaca juga harus mampu menganalisis, mengevaluasi serta mengaitkan bacaan dengan pengetahuan yang dimilikinya.

b.     Fokus Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu :

1.     Model pembelajaran membaca pemahaman

2.     Membaca pemahaman di era digital 

B.    KAJIAN TEORI

a.     Model pembelajaran membaca pemahaman

Menurut Rahman (2020, hlm. 46) Ragam model pembelajaran yang dapat dilakukan guna meningkatan keterampilan membaca pemahaman, diantaranya : (1) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) (2) Question Answer Relationship (3) Generating Interaction Schemata and Text (4) Explore-Ask-Read-Tell-Harvest (5) Turnamen Membaca (6) Reading Workshop. Model cooperative integrated reading and composition (CIRC) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Slavin. Menurut Steven, Madden, Slavin dan Farnish (1995, hlm. 2) model cooperative integrated reading and composition (CIRC) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) menurut Slavin dalam Suyitno (2005, hlm. 3-4) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain:

1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. 2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu. 3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya. 5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. 6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. 7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. 8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. 

Strategi Question-Answer Relationship (QAR) yang dikembangkan oleh Raphael pada tahun 1986 (Ruddell, 2005, hlm. 372). Strategi QAR adalah sebuah rancangan kegiatan di mana siswa mengkategorikan pertanyaan pemahaman sesuai dengan bagaimana dan dari apa sumber pertanyaan terjawab (Raphael dalam Ruddell, 2005, hlm. 372). Strategi ini dirancang agar kegiatan belajar mengajar lebih efektif dan dapat mencapai kompetensi yang diharapkan khususnya dalam pembelajaran membaca pemahaman. Seperti yang diungkapkan oleh Raphael (dalam Wiesendanger, 2001, hlm. 108) bahwa tujuan dari strategi QAR adalah untuk mengajar siswa agar fokus pada makna dalam konteks. Hal ini juga mendorong siswa untuk menguraikan informasi yang diperoleh dari bacaan. Strategi QAR dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan komprehensif dengan memberikan sarana sistematis. Tiga tingkatan pertanyaan tersebut menurut Wiesendanger (2001, hlm. 108) meliputi:

a. Teks Eksplisit – “right there” (ada dalam teks): pada tingkatan pertanyaan ini jawaban dapat ditemukan dalam teks bacaan, biasanya sebagai frasa yang 21 terkandung dalam satu kalimat. Jenis pertanyaan tersebut memiliki level pertanyaan pada tingkat literal. b. Teks Implisit – “think and search” (berpikir dan mencari): pada tingkatan pertanyaan ini jawaban dapat ditemukan dalam teks bacaan, namun pertanyaan pada tingkatan tersebut memiliki level berpikir yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pertama. Jawaban dapat ditemukan secara implisit dalam suatu paragraf atau dalam keseluruhan bacaan. Jenis pertanyaan ini memiliki level pertanyaan pada tingkat inferensial. c. Informasi bacaan dan pengetahuan pembaca – “on my own”: menuntut siswa untuk berpikir tentang apa yang telah diketahui dari membaca dan pengalaman (pengetahuan sebelumnya) untuk merumuskan jawaban. Jenis pertanyaan ini memiliki level pertanyaan tingkat aplikasi dan evaluasi.

Generating Interaction Schemata and Text adalah strategi pengajaran yang digunakan untuk mengajar teks ekspositori dan naratif (Richardson, 2000). Ini memberikan siswa cara untuk meringkas informasi dengan membuang informasi yang tidak penting dan berfokus pada kata-kata kunci atau ide-ide dari bagian tersebut. Selain itu, ini membantu siswa memperoleh pemahaman keseluruhan yang lebih baik dari materi yang baru saja mereka baca (Hana dkk., 2015, hlm. 42). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Saepudin dkk (2019) menjelaskan Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi GIST lebih banyak efektif daripada strategi KWL. Efektivitas dianalisis dengan tiga tes, yaitu rata-rata, tes ketuntasan klasikal dan peningkatannya kedua strategi. Pengaruh motivasi terhadap belajar menggunakan strategi GIST lebih baik meningkat kemampuan literasi bahasa Inggris siswa dibandingkan dengan strategi KWL. Faktor kedua pembelajaran tersebut strategi yang digunakan skema dan kolom. GIST yaitu divisualisasikan untuk menumbuhkan minat siswa dalam proses belajar dan meningkatkan kemampuan literasi bahasa Inggris.

Generating Interaction between Schemata and Text (GIST) dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengajaran membaca. Schuder dkk (1989) menyatakan bahwa GIST adalah strategi yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memprediksi pesan dengan menggunakan pengetahuan awal mereka saat membaca teks. Menurut Harrrell (2000, hlm. 61) GIST adalah strategi yang digunakan untuk mendukung pemahaman teks informasi. GIST meminta siswa untuk meringkas pesan teks dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri sehingga siswa lebih memahami tentang teks yang mereka baca. Cunningham (dalam Johari, 2013) menyatakan bahwa ringkasan adalah sintesis dari ide-ide penting dari sebuah teks. Meringkas mengharuskan siswa untuk menentukan apa yang penting dalam apa yang mereka baca untuk memadatkan informasi dan dimasukkan ke dalam kata-kata mereka sendiri. Didukung oleh Braxton (2009, hlm. 8) dengan menerapkan GIST, siswa tidak perlu mempelajari aturan tertentu tetapi mereka dapat menghapus, menggeneralisasi, dan mengganti bagian teks. GIST juga meningkatkan kemampuan siswa dalam meringkas bagian teks.

Reading workshop memperkenalkan kolaborasi melalui interaksi dalam kelompok kecil, sehingga siswa dapat berbagi pengetahuan dan informasi dari apa yang telah mereka baca. Setelah memperoleh informasi, siswa akan mendiskusikan pendapatnya dengan kelompoknya (Nadila, 2016). Langkah awal pembelajaran Reading workshop adalah mini lesson. Mini Lesson adalah kegiatan singkat yang dilakukan oleh guru untuk mengajarkan metode pemahaman membaca, dan mendorong siswa untuk membaca. Langkah kedua adalah membaca dengan keras. Kegiatan membaca nyaring diubah dengan memberikan arahan kepada siswa untuk mengikuti instruksi guru. Guru mengajari siswa mengakses majalah online untuk mencari judul yang disebutkan oleh guru. Selanjutnya, langkah ketiga dari model lokakarya membaca adalah membaca dan berunding secara mandiri. Siswa membacakan cerita yang dipilihkan oleh guru. Mereka membaca cerita bersama-sama dengan kelompok. Setelah itu, guru menanyakan prediksi yang telah dicatat siswa sebelum membaca. Selanjutnya, langkah keempat adalah membaca terbimbing. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami oleh siswa, berkaitan dengan isi bacaan. Pada langkah respon dan refleksi, siswa mendapatkan lembar kerja yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang isi cerita. Pertanyaan dalam LKS terdiri dari dua kategori, yaitu pertanyaan literat dan pertanyaan inferensial. Pertanyaan literal adalah bentuk pertanyaan yang dijawab dengan mencari dalam bacaan secara langsung (Setiyadi, 2019, hlm, 168).

Menurut Abidin (2012, hlm. 164) mengemukakan bahwa metode turnamen membaca merupakan salah satu metode pembelajaran membaca yang menekankan pada pemahaman siswa dalam memahami suatu wacana yang dibacanya melalui kerjasama dalam suatu kelompok dengan menggunakan berbagai keterampilan sosial dan terdapat unsur games dan turnamen didalamnya. Metode pembelajaran turnamen membaca merupakan merupakan metode yang diturunkan dari model kooperatif Team Game Turnament yang digagas oleh Slavin namun sudah banyak perubahan. Adapun tahapan dalam metode Turnamen membaca menurut Abidin (2012, hlm.112-113) yaitu : Prabaca yang tediri dari (1) Tahap persiapan dan (2) Tahap penyajian materi, kemudian b) Tahap Membaca yang terdiri dari (3) Tahap kegiatan kelompok, (4) Tahap turnamen akademik, (5) Tahap perhitungan skor, (6) Tahap penghargaan kelompok dan yang terakhir c) Tahap Pascabaca yang terdiri dari (7) Penutup.

b.     Membaca pemahaman di era digital

Pada era digital abad 21 dunia mengalami kemajuan teknologi yang modern termasuk dalam KBM yang terlihat dalam penyampaian latihan secara tidak langsung dengan akses internet (Youtube), Ruang tidak terbatas karena di ikuti secara online (Classroom), mejadi bebas kertas (Paperless) penggunaan akses internet dalam pengiriman jawaban sehingga peserta didik tidak perlu mecatat dan dapat di lihat secara berulang bahkan di download dan jawaban setiap tugas tidak memerlukan banyak kertas, cukup mengetik dan mengirim foto pada kolom jawaban di platform yang tersedia (Classroom, Whatsaap, Google formulir) (Wulandari dkk, 2021). Fasilitas fisik menjadi akses jaringan, durasi waktu lebih cepat Rosenberg (Subroto, 2015). Akses internet digunakan juga dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada kegiatan membaca pemahaman sebagai kegiatan yang dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun saat belajar ataupun sebelum belajar Adhitiya dalam (Chrismawati dkk., 2021) dilakukan secara natural manusia dan benda yang saling terkait (Madyawati, 2017). Untuk memperoleh kecakapan dalam diri agar dapat berfikir secara kritis dapat terlihat dari kemampuan peserta didik dalam mendapatkan, mengidentifikasi, mengkalsifikasi, mengakses, menemukan, mengevaluasi dan memanfaatkan informasi secara efektif, etis dan efisien (Khairil, 2020).

Revolusi Industri 4.0 dalam ranah pendidikan terkait dengan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Adanya teknologi diharapkan dapat membantu siswa dalam mengakses segala informasi guna memperkaya pengetahuannya. Revolusi Industri 4.0 telah menggeser konsep literasi lama menjadi literasi baru. Literasi baru berkaitan dengan literasi individu untuk membaca data, menggunakan teknologi, dan meningkatkan kualitas diri (Rahman, Sakti, Widya, & Yugafiati, 2018). Komponen yang perlu diperhatikan dalam literasi baru adalah kemampuan siswa dalam membaca data. Peringkat siswa Indonesia masih berada pada posisi rendah dalam minat baca, membaca cepat, dan literasi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman bacaan siswa berada pada kategori kurang Kemampuan membaca mereka masih dalam tahap literate, artinya mereka hanya mampu membaca, tetapi tidak memiliki kognisi untuk memahami suatu bacaan. Pernyataan ini ditegaskan Gubernur DKI Jakarta selaku penggiat literasi, Anies Baswedan Ph.D., dalam sambutannya memperingati Hari Pendidikan Nasional di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia yang menyatakan bahwa, “Indonesia sedang krisis literasi, masih banyak siswa Indonesia yang sudah pandai membaca dan memiliki minat membaca, namun daya bacanya rendah. Mereka tidak ingin menjumpai bacaan dengan muatan informatif dan edukatif, serta menghindari bacaan yang halamannya terlalu tebal.”

Menurut Yaumi (2016), sebagian besar masyarakat Indonesia belum mencapai tahap menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan dasar. Rahman (2018) menjelaskan bahwa dalam hal kebiasaan membaca, masyarakat saat ini masih menganggap bahwa membaca adalah kegiatan membuang waktu, bukan dengan sengaja menghabiskan waktu, yang menunjukkan bahwa membaca tidak menjadi kebiasaan, melainkan sebagai kegiatan yang tidak penting. Berdasarkan temuan UNDP dalam Human Development Index 2010, kondisi minat baca di Indonesia masih sangat rendah, karena Indonesia menduduki peringkat 112 dari 175 negara. Hal ini sejalan dengan hasil survei UNESCO (United Nation Education Society and Cultural Organization) tahun 2011, mengungkapkan bahwa indeks membaca masyarakat Indonesia sangat rendah, yaitu hanya berkisar 0,001 (Anita, Nenden, & Nana, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa ada satu dari seribu orang Indonesia yang memiliki minat baca yang tinggi. 

C.    SIMPULAN

Membaca pemahaman pada siswa sekolah dasar begitu penting karena ini akan menjadi penunjang siswa dalam memaknai sebuah teks bacaan. Ketertarikan siswa dalam membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bahan ajar, model pembelajaran yang digunakan atau dari kemampuan siswa itu sendiri. Model pembelajaran untuk mengembangkan membaca pemahaman pada siswa menjadi penting karena ini akan mendorong dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar membaca. Membaca pemahaman dalam model pembelajarannya amat beragam mulai dari (1) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) (2) Question Answer Relationship (3) Generating Interaction Schemata and Text (4) Explore-Ask-Read-Tell-Harvest (5) Turnamen Membaca (6) Reading Workshop. Dari berbagai model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman bisa dipilih dan disesuaikan dengan situasi kondisi di lapangan dan bisa juga dipertimbangkan dari aspek kemampuan siswanya.

Membaca pemahaman semakin berkembang dengan adanya industry teknologi. Kemajuan teknologi menjadi tantangan sekaligus kesempatan dalam dunia pendidikan termasuk membaca pemahaman pada siswa sekolah dasar. Proses membaca pemahaman akan menjadi terbantu dengan teknologi yang didalamnya terdapat beberapa bahan bacaan misalnya. Berbagai visual atau audio-visual tersebar diberbagai jaringan. Hal ini semestinya menjadi sebuah kesempatan oleh guru untuk bisa mengembangkan siswanya pada aspek membaca pemahaman. 

D.    DAFTAR PUSTAKA

Abbas, T. (2006). Brainware Management. PT. Gramedia.

Abidin. Y. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. PT Refika Aditama.

Anita, A., Nenden, R., & Nana, N. (2017). Analisis minat membaca remaja di kabupaten Sumedang. In 2nd International Multiliteracy Conference and Workshop for Students and Teachers. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Chrismawati, M., & Septiana, I. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Flipped Classroom Berbantuan Media Power Point dan Audio Visual di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan3(5), 1928-1934. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.695

Hana, A. M., & Faridi, A. (2015). The effectiveness of gist (generating interactions between schemata and text) and KWL (know, want, and learned) strategies to improve reading achievement of male and female students. English Education Journal5(2). https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eej/article/view/9803

Harrel, Adrienne. L. (2000). Fifty Strategies for Teaching English Language Learners. New Jersey: Prantice-Hall Inc.

Iriani, S. (2017) Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Sdn 004 Pagaran Tapah Darussalam. Primary: Jurna Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(1), 89-9. http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v6i1.4092

Johari, I., & Rozimela, Y. (2013). THE EFFECT OF GENERATING INTERACTION BETWEEN SCHEMATA AND TEXT (GIST) STRATEGY AND MOTIVATION ON STUDENTS’READING COMPREHENSION OF HORTATORY EXPOSITION TEXT AT SMA 3 PADANG. English Language Teaching (ELT)1(1). http://ejournal.unp.ac.id/index.php/elt/article/view/4550

Khairil, A. (2020). Arah Dan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Pada Era Revolusi Industri 4.0. Pustaka Diksi.

Madyawati, L. (2017). Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. KENCANA.

Nadila, A. (2016). The use of reading workshop model in teaching reading comprehension of narrative text to Senior High School students. Journal of English Language Teaching, 4(2), 1–9. https://doi.org/10.24036/jelt.v4i2.5814

Rahman, Sakti, W. A., Widya, R. N., & Yugafiati, R. (2018). Elementary education literacy in the era of industrial revolution 4.0. Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), 257, 190–193. https://doi.org/10.2991/icollite-18.2019.41

Richardson, J., and Morgan, R. (2000). Reading to Learn in the Content Areas. Belmont, CA: Wadssworth.

Ruddell, M. R. (2005). Teaching Content Reading and Writing. Hoboken: Wiley

Saepudin, A., Sulistyorini, S., & Utanto, Y. (2019). The Effectiveness of GIST (Generating Interaction between Schemata and Text) and KWL (Know, Want to Know, Learned) Strategies on Students English Literacy towards Learning Motivation. Innovative. Journal of Curriculum and Educational Technology, 8(2), 51-58. https://doi.org/10.15294 /ijcet.v8i2.31339

Sampurna, I. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantu Media Gambar Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Educatio FKIP UNMA7(4), 2116-2120. https://doi.org/10.31949/educatio.v7i4.1752

Sanjaya, Wina. (2013). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenada Media Group

Sari, E. I., Wiarsih, C., & Bramasta, D. (2021). Strategi Guru Dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Pada Peserta Didik di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Educatio FKIP UNMA7(1), 74-82. https://doi.org/10.31949/educatio.v7i1.847

Schuder, T., Clewell, S., & Jackson, N. (1989). "Getting the gist of expository text." Children’s comprehension of text. In K.D. Muth, (Ed.), Newark, Del: International Reading Association, 1989.

Setiyadi, R., Kuswendi, U., & Ristiana, M. G. (2019, August). Learning of Reading Comprehension through Reading Workshop in the Industry 4.0. In Elementary School Forum (Mimbar Sekolah Dasar) (Vol. 6, No. 2, pp. 160-173). https://eric.ed.gov/?id=ej1265580

Slavin, R. E., Madden, N., & Steven, R. J. (1989). Cooperative learning models for the 3 R’s. Educational Ledership. 47 (4) hlm 22-28.

Somadayo. S. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Graha Ilmu.

Subroto, G. (2015). Peran dan Tantangan TIK (Internet) dalam Pembangunan Pendidikan Indonesia. Jurnal Teknodik, 118-134. https:// index.php/jurnalteknodik/article/view/154

Suyitno, A. (2005). Mengadopsi pembelajaran circ dalam meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal dongeng. Seminar Nasional FPMIPA UNNES.

Wiesendanger, K. D. (2001). Strategies for Literacy Education. New Jersey: Merril.

Wulandari, N. M. R., Wulan, N. S., & Wahyudin, D. (2021). Analisis Kemampuan Membaca Pemahaman dalam Pembelajaran Multiliterasi Siswa Sekolah Dasar. EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN3(5), 2287-2298.  https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.833

Yaumi, M. (2016). Pendidikan karakter: landasan, pilar & implementasi. Prenadamedia Group: Prenadamedia Group.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN