MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN MEMBACA PEMAHAMAN DI ERA DIGITAL
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
A. PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Kemampuan
membaca merupakan hal penting dalam kehidupan manusia karena membaca
diperuntukkan untuk manusia bisa menimba ilmu sekaligus membuka pikiran yang
luas. Membaca akan membantu peserta didik dalam mendapatkan informasi dan
wawasan baru yang sebelumnya belum diperoleh, ketika peserta didik gemar
membaca maka akan banyak pula informasi yang diperoleh. Menurut Sari dkk (2021)
membaca dipandang sebuah kebutuhan pokok terutama bagi insan akademik, hal ini
dapat meningkatkan daya saing dan kualitas manusia pada masa yang akan datang.
Sejalan dengan hal itu, Somadayo (2011, hlm. 4) mengemukakan bahwa membaca merupakan
sebuah kegiatan interaktif untuk menemukan serta memahami sebuah arti atau
makna yang terkandung di dalam sebuah tulisan. Kegiatan membaca dikehidupan
sehari-hari sangat perlu ditingkatkan karena dengan membaca akan meningkatkan
kemampuan berpikir, serta meningkatkan kreativitas dan imajinasi bagi individu
ataupun kelompok dalam memahami sebuah arti atau makna yang terkandung dalam
sebuah teks bacaan.
Timbulnya
semangat dalam mencari dan mendapatkan sebuah pengetahuan didorong oleh proses
pembelajaran yang menarik. Proses pembelajaran dalam pelaksanaannya menjadi
tanggung jawab guru, sehingga pembelajaran yang menarik akan menumbuhkan
kemauan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran menarik
bisa dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan atau rencana yang sebelumnya
sudah disusun baik. Salah satu pertimbangan dalam proses pembelajaran yaitu
pemmilihan model pembelajaran. Ketepatan dalam memilih model pembelajaran
menjadi poin penting agar terciptanya pembelajaran yang menarik sehingga akan
meningkatkan kemampuan peserta didik, begitu juga dalam minat membaca. Abidin
(2012, hlm. 59) menjelaskan bahwa pembelajaran membaca merupakan serangkaian
aktivitas yang dilakukan peserta didik untuk mencapai keterampilan membaca.
Pembelajaran membaca bukan semata-mata dilakukan agar peserta didik mampu
membaca, melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh aktivitas mental dan
kemampuan berpikir peserta didik dalam memahami, mengkritisi, dan memproduksi
sebuah wacana tertulis.
Pada
jenjang sekolah dasar proses membaca terbagi menjadi dua yaitu membaca
permulaan dan membaca pemahaman. Membaca permulaan merupakan proses pengenalan
huruf dan mengenalkan cara membaca dari mulai awal, sedangkan membaca pemahaman
yaitu proses dimana peserta didik diharapkan mampu menggali sebuah arti atau
makna yang terdapat pada teks yang dibaca. Membaca pemahaman pada peserta didik
dapat diperoleh berbagai informasi secara aktif reseptif, maksudnya dengan
memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, peserta didik dapat
memperoleh berbagai informasi dalam waktu yang relatif singkat. Tarigan (dalam Abidin,
2012, hlm. 59) menyatakan bahwa membaca pemahaman reading for undersanding
merupakan jenis membaca untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan,
resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi dalam usaha memperoleh
pemahaman terhadap teks, membaca menggunakan strategi tertentu.
Banyak
hal yang menjadi sumber permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Sanjaya
(2007) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan dalam suatu proses pembelajaran itu sendiri. Artinya, bahwa
strategi pembelajaran pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan
yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai model pembelajaran, sehingga dapat
diartikan bahwa model pembelajaran di sini adalah sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mengembangkan
kemampuan membaca pemahaman siswa, ada beberapa model pembelajaran yang
kemungkinan dapat digunakan secara efektif dan efisien. Sesuai pernyataan yang
dikemukakan oleh Abbas (2006), strategi dan substansi pembelajaran harus
dipilih atau disusun secara cermat berdasarkan pada teori-teori yang sudah ada.
Tidak tepatnya pemilihan model pembelajaran akan mengakibatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan hal
tersebut, perlu diciptakan suatu kondisi yang dapat menumbuhkembangkan
aktivitas siswa dalam membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Penelitian
yang dilakukan oleh Sampurna (2021) menemukan bahwa masih melihat kondisi siswa
1) siswa masih kurang berkonsentrasi pada saat membaca, 2) kurangnya memahami
isi dari bacaan 3) pada saat membaca, siswa masih ribut. Hal ini disebabkan
oleh jarangnya guru mengelompokkan siswa pada saat pembelajaran, sehingga siswa
kurang berinteraksi dengan temannya. Siswa hanya diminta membaca tanpa tahu
makna dari bacaannya, sehingga mereka tidak berinteraksi dengan temannya untuk
menemukan ide. Guru juga belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang
tepat ketika pembelajaran membaca berlangsung, sehingga siswa kurang paham
terhadap kegiatan pembelajaran dan siswa menjadi cepat bosan dalam belajar.
perlu diupayakan perbaikan untuk meningkatkan keterampilan membaca.
Penerapan
strategi guru pada keterampilan membaca pemahaman digunakan oleh peneliti
sebagai solusi dalam meningkatkan membaca pemahaman peserta didik, menurut Iriani
(2017, hlm. 91) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang. Strategi yang
digunakan oleh guru harus sesuai dengan keadaan peserta didik serta materi yang
akan diberikan kepada peserta didik, sehingga guru harus dapat menentukan
strategi yang tepat untuk diterapkan pada setiap mata pelajaran yang akan
diajarkan. Guru harus mampu mengetahui yang dibutuhkan oleh peserta didik, maka
dari itu guru harus dapat berinteraksi dengan peserta didik dengan baik.
Kegiatan pembelajaran saat ini mampu mengikuti perkembangan zaman dengan
mendesain model dan metode pembelajaran yang dapat menjadikan peserta didik
menjadi lebih mandiri dengan disajikannya materi oleh guru.
Banyaknya
upaya yang telah dilakukan guru untuk meningkatkan aktivitas, peran, serta
kualitas peserta didik dan pembelajaran diantaranya dengan memilih model dan
metode pembelajaran yang tepat. Penggunaan model dan metode pada pembelajaran
merupakan hal yang semestinya dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan gambaran kegiatan pembelajaran yang memuat metode,
teknik, pendekatan. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat metode pembelajaran
yaitu menfokuskan pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Penggunaan model
dan metode pada pembelajaran merupakan hal yang semestinya dilakukan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan gambaran kegiatan
pembelajaran yang memuat metode, teknik, pendekatan. Dalam kegiatan
pembelajaran terdapat metode pembelajaran yaitu menfokuskan pada tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Kegiatan membaca dipahami sebagai proses
interaktif yang mengharuskan pembaca berinteraksi dengan teks menggunakan apa
yang pembaca ketahui sebelumnya untuk membantu pembentukan pemahaman atas isi
teks bacaan. Timbulnya kemauan untuk memperoleh pengetahuan salah satunya
ditunjang oleh proses pembelajaran yang menarik.
Perkembangan teknologi digital
berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan ini memberikan banyak sekali
dampak dalam aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi membidik segala
usia masyarakat, segala ditawarkan kepada masyarakat, masyarakat kini hidup
berdampingan dengan teknologi, segala bidang kehidupan bergerak kearah moderen
banyak dari mereka yang merasa terbantu dengan berkembangnya teknologi ini.
Perubahan demi perubahan mulai terjadi, beragam efek mulai muncul, salah satu
perubahan kegiatan masyarakat yang juga ikut berkembang mengikuti perkembangan
zaman adalah aktivitas literasi. Perubahan kebiasaan membaca akibat
perkembangan teknologi juga bisa menjadi salah satu hal yang mempengaruhi
kemampuan membaca. Membaca yang tadinya
sangat identik dengan buku cetak kini sudah beranjak berubah kearah media
noncetak atau digital.
Berdasarkan
riset yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016
Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca. Dua aspek
penting dalam membaca, yaitu keteramplan mekanis serta keterampilan pemahaman.
Untuk mendapatkan keterampilan pemahaman dalam membaca perlu diperhatikan
beberapa jenis membaca yang sesuai agar mendapat keterampilan pemahaman yang
diinginkan. Ketika membaca pemahaman, pembaca tidak hanya dituntut untuk
sekadar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi pembaca juga harus mampu
menganalisis, mengevaluasi serta mengaitkan bacaan dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
b. Fokus
Kajian Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Model
pembelajaran membaca pemahaman
2. Membaca pemahaman di era digital
B. KAJIAN
TEORI
a. Model
pembelajaran membaca pemahaman
Menurut
Rahman (2020, hlm. 46) Ragam model pembelajaran yang dapat dilakukan guna
meningkatan keterampilan membaca pemahaman, diantaranya : (1) Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) (2) Question
Answer Relationship (3) Generating Interaction
Schemata and Text (4) Explore-Ask-Read-Tell-Harvest
(5) Turnamen Membaca (6) Reading
Workshop. Model cooperative integrated reading and composition
(CIRC) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Slavin. Menurut
Steven, Madden, Slavin dan Farnish (1995, hlm. 2) model cooperative
integrated reading and composition (CIRC) merupakan suatu model
pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh
kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) menurut Slavin dalam Suyitno (2005,
hlm. 3-4) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain:
1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. 2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu. 3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya. 5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. 6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. 7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. 8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Strategi
Question-Answer Relationship (QAR) yang dikembangkan oleh Raphael pada tahun
1986 (Ruddell, 2005, hlm. 372). Strategi QAR adalah sebuah rancangan kegiatan
di mana siswa mengkategorikan pertanyaan pemahaman sesuai dengan bagaimana dan
dari apa sumber pertanyaan terjawab (Raphael dalam Ruddell, 2005, hlm. 372).
Strategi ini dirancang agar kegiatan belajar mengajar lebih efektif dan dapat
mencapai kompetensi yang diharapkan khususnya dalam pembelajaran membaca pemahaman.
Seperti yang diungkapkan oleh Raphael (dalam Wiesendanger, 2001, hlm. 108)
bahwa tujuan dari strategi QAR adalah untuk mengajar siswa agar fokus pada
makna dalam konteks. Hal ini juga mendorong siswa untuk menguraikan informasi
yang diperoleh dari bacaan. Strategi QAR dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan komprehensif dengan memberikan sarana
sistematis. Tiga tingkatan pertanyaan tersebut menurut Wiesendanger (2001, hlm.
108) meliputi:
a. Teks Eksplisit – “right there”
(ada dalam teks): pada tingkatan pertanyaan ini jawaban dapat ditemukan dalam
teks bacaan, biasanya sebagai frasa yang 21 terkandung dalam satu kalimat.
Jenis pertanyaan tersebut memiliki level pertanyaan pada tingkat literal. b.
Teks Implisit – “think and search” (berpikir dan mencari): pada
tingkatan pertanyaan ini jawaban dapat ditemukan dalam teks bacaan, namun
pertanyaan pada tingkatan tersebut memiliki level berpikir yang lebih tinggi
dibandingkan tingkat pertama. Jawaban dapat ditemukan secara implisit dalam
suatu paragraf atau dalam keseluruhan bacaan. Jenis pertanyaan ini memiliki
level pertanyaan pada tingkat inferensial. c. Informasi bacaan dan pengetahuan
pembaca – “on my own”: menuntut siswa untuk berpikir tentang apa yang
telah diketahui dari membaca dan pengalaman (pengetahuan sebelumnya) untuk
merumuskan jawaban. Jenis pertanyaan ini memiliki level pertanyaan tingkat
aplikasi dan evaluasi.
Generating
Interaction Schemata and Text adalah strategi pengajaran yang digunakan untuk mengajar
teks ekspositori dan naratif (Richardson, 2000). Ini memberikan siswa cara
untuk meringkas informasi dengan membuang informasi yang tidak penting dan
berfokus pada kata-kata kunci atau ide-ide dari bagian tersebut. Selain itu,
ini membantu siswa memperoleh pemahaman keseluruhan yang lebih baik dari materi
yang baru saja mereka baca (Hana dkk., 2015, hlm.
42). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Saepudin dkk (2019) menjelaskan Berdasarkan analisis hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi GIST lebih banyak efektif
daripada strategi KWL. Efektivitas dianalisis dengan tiga tes, yaitu rata-rata,
tes ketuntasan klasikal dan peningkatannya kedua strategi. Pengaruh motivasi
terhadap belajar menggunakan strategi GIST lebih baik meningkat kemampuan
literasi bahasa Inggris siswa dibandingkan dengan strategi KWL. Faktor kedua
pembelajaran tersebut strategi yang digunakan skema dan kolom. GIST yaitu divisualisasikan
untuk menumbuhkan minat siswa dalam proses belajar dan meningkatkan kemampuan literasi
bahasa Inggris.
Generating
Interaction between Schemata and Text (GIST) dapat digunakan sebagai alternatif dalam
pengajaran membaca. Schuder dkk (1989) menyatakan bahwa GIST adalah strategi
yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memprediksi pesan dengan
menggunakan pengetahuan awal mereka saat membaca teks. Menurut Harrrell (2000,
hlm. 61) GIST adalah strategi yang digunakan untuk mendukung pemahaman teks
informasi. GIST meminta siswa untuk meringkas pesan teks dengan menggunakan
kata-kata mereka sendiri sehingga siswa lebih memahami tentang teks yang mereka
baca. Cunningham (dalam Johari, 2013) menyatakan bahwa ringkasan adalah
sintesis dari ide-ide penting dari sebuah teks. Meringkas mengharuskan siswa
untuk menentukan apa yang penting dalam apa yang mereka baca untuk memadatkan
informasi dan dimasukkan ke dalam kata-kata mereka sendiri. Didukung oleh
Braxton (2009, hlm. 8) dengan menerapkan GIST, siswa tidak perlu mempelajari
aturan tertentu tetapi mereka dapat menghapus, menggeneralisasi, dan mengganti
bagian teks. GIST juga meningkatkan kemampuan siswa dalam meringkas bagian
teks.
Reading
workshop memperkenalkan kolaborasi melalui interaksi
dalam kelompok kecil, sehingga siswa dapat berbagi pengetahuan dan informasi
dari apa yang telah mereka baca. Setelah memperoleh informasi, siswa akan
mendiskusikan pendapatnya dengan kelompoknya (Nadila, 2016). Langkah awal
pembelajaran Reading workshop adalah mini lesson. Mini Lesson adalah
kegiatan singkat yang dilakukan oleh guru untuk mengajarkan metode pemahaman
membaca, dan mendorong siswa untuk membaca. Langkah kedua adalah membaca dengan
keras. Kegiatan membaca nyaring diubah dengan memberikan arahan kepada siswa
untuk mengikuti instruksi guru. Guru mengajari siswa mengakses majalah online
untuk mencari judul yang disebutkan oleh guru. Selanjutnya, langkah ketiga dari
model lokakarya membaca adalah membaca dan berunding secara mandiri. Siswa membacakan
cerita yang dipilihkan oleh guru. Mereka membaca cerita bersama-sama dengan
kelompok. Setelah itu, guru menanyakan prediksi yang telah dicatat siswa
sebelum membaca. Selanjutnya, langkah keempat adalah membaca terbimbing. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami
oleh siswa, berkaitan dengan isi bacaan. Pada langkah respon dan refleksi,
siswa mendapatkan lembar kerja yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang isi
cerita. Pertanyaan dalam LKS terdiri dari dua kategori, yaitu pertanyaan
literat dan pertanyaan inferensial. Pertanyaan literal adalah bentuk pertanyaan
yang dijawab dengan mencari dalam bacaan secara langsung (Setiyadi, 2019, hlm,
168).
Menurut
Abidin (2012, hlm. 164) mengemukakan bahwa metode turnamen membaca merupakan
salah satu metode pembelajaran membaca yang menekankan pada pemahaman siswa
dalam memahami suatu wacana yang dibacanya melalui kerjasama dalam suatu
kelompok dengan menggunakan berbagai keterampilan sosial dan terdapat unsur
games dan turnamen didalamnya. Metode pembelajaran turnamen membaca merupakan
merupakan metode yang diturunkan dari model kooperatif Team Game
Turnament yang digagas oleh Slavin namun sudah banyak perubahan. Adapun tahapan
dalam metode Turnamen membaca menurut Abidin (2012, hlm.112-113) yaitu :
Prabaca yang tediri dari (1) Tahap persiapan dan (2) Tahap penyajian materi,
kemudian b) Tahap Membaca yang terdiri dari (3) Tahap kegiatan kelompok, (4)
Tahap turnamen akademik, (5) Tahap perhitungan skor, (6) Tahap penghargaan
kelompok dan yang terakhir c) Tahap Pascabaca yang terdiri dari (7) Penutup.
b. Membaca
pemahaman di era digital
Pada
era digital abad 21 dunia mengalami kemajuan teknologi yang modern termasuk
dalam KBM yang terlihat dalam penyampaian latihan secara tidak langsung dengan
akses internet (Youtube), Ruang tidak terbatas karena di ikuti secara online
(Classroom), mejadi bebas kertas (Paperless) penggunaan akses internet dalam
pengiriman jawaban sehingga peserta didik tidak perlu mecatat dan dapat di
lihat secara berulang bahkan di download dan jawaban setiap tugas tidak
memerlukan banyak kertas, cukup mengetik dan mengirim foto pada kolom jawaban
di platform yang tersedia (Classroom, Whatsaap, Google formulir) (Wulandari
dkk, 2021). Fasilitas fisik menjadi akses jaringan, durasi waktu lebih cepat
Rosenberg (Subroto, 2015). Akses internet digunakan juga dalam pembelajaran
bahasa Indonesia pada kegiatan membaca pemahaman sebagai kegiatan yang dapat
dilakukan dimanapun dan kapanpun saat belajar ataupun sebelum belajar Adhitiya
dalam (Chrismawati dkk., 2021) dilakukan secara natural manusia dan benda yang
saling terkait (Madyawati, 2017). Untuk memperoleh kecakapan dalam diri agar
dapat berfikir secara kritis dapat terlihat dari kemampuan peserta didik dalam
mendapatkan, mengidentifikasi, mengkalsifikasi, mengakses, menemukan,
mengevaluasi dan memanfaatkan informasi secara efektif, etis dan efisien
(Khairil, 2020).
Revolusi Industri 4.0 dalam ranah pendidikan terkait
dengan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, agar tujuan pembelajaran
tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Adanya teknologi diharapkan dapat
membantu siswa dalam mengakses segala informasi guna memperkaya pengetahuannya.
Revolusi Industri 4.0 telah menggeser konsep literasi lama menjadi literasi
baru. Literasi baru berkaitan dengan literasi individu untuk membaca data,
menggunakan teknologi, dan meningkatkan kualitas diri (Rahman, Sakti, Widya,
& Yugafiati, 2018). Komponen yang perlu diperhatikan dalam literasi baru
adalah kemampuan siswa dalam membaca data. Peringkat siswa Indonesia masih
berada pada posisi rendah dalam minat baca, membaca cepat, dan literasi. Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman bacaan siswa berada pada kategori
kurang Kemampuan membaca mereka masih dalam tahap literate, artinya mereka
hanya mampu membaca, tetapi tidak memiliki kognisi untuk memahami suatu bacaan.
Pernyataan ini ditegaskan Gubernur DKI Jakarta selaku penggiat literasi, Anies
Baswedan Ph.D., dalam sambutannya memperingati Hari Pendidikan Nasional di
salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia yang menyatakan bahwa,
“Indonesia sedang krisis literasi, masih banyak siswa Indonesia yang sudah
pandai membaca dan memiliki minat membaca, namun daya bacanya rendah. Mereka
tidak ingin menjumpai bacaan dengan muatan informatif dan edukatif, serta
menghindari bacaan yang halamannya terlalu tebal.”
Menurut
Yaumi (2016), sebagian besar masyarakat Indonesia belum mencapai tahap
menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan dasar. Rahman (2018) menjelaskan
bahwa dalam hal kebiasaan membaca, masyarakat saat ini masih menganggap bahwa
membaca adalah kegiatan membuang waktu, bukan dengan sengaja menghabiskan
waktu, yang menunjukkan bahwa membaca tidak menjadi kebiasaan, melainkan
sebagai kegiatan yang tidak penting. Berdasarkan temuan UNDP dalam Human
Development Index 2010, kondisi minat baca di Indonesia masih sangat rendah,
karena Indonesia menduduki peringkat 112 dari 175 negara. Hal ini sejalan
dengan hasil survei UNESCO (United Nation Education Society and Cultural
Organization) tahun 2011, mengungkapkan bahwa indeks membaca masyarakat
Indonesia sangat rendah, yaitu hanya berkisar 0,001 (Anita, Nenden, & Nana,
2017). Hal ini menunjukkan bahwa ada satu dari seribu orang Indonesia yang
memiliki minat baca yang tinggi.
C. SIMPULAN
Membaca
pemahaman pada siswa sekolah dasar begitu penting karena ini akan menjadi
penunjang siswa dalam memaknai sebuah teks bacaan. Ketertarikan siswa dalam
membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bahan ajar, model pembelajaran
yang digunakan atau dari kemampuan siswa itu sendiri. Model pembelajaran untuk
mengembangkan membaca pemahaman pada siswa menjadi penting karena ini akan
mendorong dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar membaca. Membaca
pemahaman dalam model pembelajarannya amat beragam mulai dari (1) Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) (2) Question
Answer Relationship (3) Generating
Interaction Schemata and Text (4) Explore-Ask-Read-Tell-Harvest
(5) Turnamen Membaca (6) Reading
Workshop. Dari berbagai model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman bisa
dipilih dan disesuaikan dengan situasi kondisi di lapangan dan bisa juga
dipertimbangkan dari aspek kemampuan siswanya.
Membaca pemahaman semakin berkembang dengan adanya
industry teknologi. Kemajuan teknologi menjadi tantangan sekaligus kesempatan
dalam dunia pendidikan termasuk membaca pemahaman pada siswa sekolah dasar.
Proses membaca pemahaman akan menjadi terbantu dengan teknologi yang didalamnya
terdapat beberapa bahan bacaan misalnya. Berbagai visual atau audio-visual
tersebar diberbagai jaringan. Hal ini semestinya menjadi sebuah kesempatan oleh
guru untuk bisa mengembangkan siswanya pada aspek membaca pemahaman.
D. DAFTAR
PUSTAKA
Abbas, T. (2006). Brainware
Management. PT. Gramedia.
Abidin. Y. (2012). Pembelajaran
Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. PT Refika Aditama.
Anita, A., Nenden, R., &
Nana, N. (2017). Analisis minat membaca remaja di kabupaten Sumedang. In 2nd
International Multiliteracy Conference and Workshop for Students and Teachers.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Chrismawati, M., &
Septiana, I. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Flipped Classroom
Berbantuan Media Power Point dan Audio Visual di Sekolah Dasar. Edukatif:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 1928-1934. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.695
Hana, A. M., & Faridi, A. (2015). The
effectiveness of gist (generating interactions between schemata and text) and
KWL (know, want, and learned) strategies to improve reading achievement of male
and female students. English Education Journal, 5(2). https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eej/article/view/9803
Harrel, Adrienne. L. (2000).
Fifty Strategies for Teaching English Language Learners. New Jersey:
Prantice-Hall Inc.
Iriani, S. (2017)
Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Sdn 004
Pagaran Tapah Darussalam. Primary: Jurna Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
6(1), 89-9. http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v6i1.4092
Johari, I., & Rozimela,
Y. (2013). THE EFFECT OF GENERATING INTERACTION BETWEEN SCHEMATA AND TEXT
(GIST) STRATEGY AND MOTIVATION ON STUDENTS’READING COMPREHENSION OF HORTATORY
EXPOSITION TEXT AT SMA 3 PADANG. English Language Teaching (ELT), 1(1).
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/elt/article/view/4550
Khairil, A. (2020). Arah
Dan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Pada Era Revolusi Industri 4.0.
Pustaka Diksi.
Madyawati, L. (2017). Strategi
Pengembangan Bahasa Pada Anak. KENCANA.
Nadila, A. (2016). The use
of reading workshop model in teaching reading comprehension of narrative text
to Senior High School students. Journal of English Language Teaching,
4(2), 1–9. https://doi.org/10.24036/jelt.v4i2.5814
Rahman, Sakti, W. A., Widya,
R. N., & Yugafiati, R. (2018). Elementary education literacy in the era of
industrial revolution 4.0. Advances in Social Science, Education and
Humanities Research (ASSEHR), 257, 190–193. https://doi.org/10.2991/icollite-18.2019.41
Richardson, J., and Morgan,
R. (2000). Reading to Learn in the Content Areas. Belmont, CA:
Wadssworth.
Ruddell, M. R. (2005). Teaching
Content Reading and Writing. Hoboken: Wiley
Saepudin, A., Sulistyorini, S., & Utanto,
Y. (2019). The Effectiveness of GIST (Generating Interaction between Schemata
and Text) and KWL (Know, Want to Know, Learned) Strategies on Students English
Literacy towards Learning Motivation. Innovative. Journal of Curriculum and
Educational Technology, 8(2), 51-58. https://doi.org/10.15294
/ijcet.v8i2.31339
Sampurna, I. (2021).
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantu Media Gambar Untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Educatio
FKIP UNMA, 7(4), 2116-2120.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i4.1752
Sanjaya, Wina. (2013). Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenada Media Group
Sari, E. I., Wiarsih, C.,
& Bramasta, D. (2021). Strategi Guru Dalam Meningkatkan Keterampilan
Membaca Pemahaman Pada Peserta Didik di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal
Educatio FKIP UNMA, 7(1), 74-82. https://doi.org/10.31949/educatio.v7i1.847
Schuder, T., Clewell, S.,
& Jackson, N. (1989). "Getting the gist of expository text."
Children’s comprehension of text. In K.D. Muth, (Ed.), Newark, Del:
International Reading Association, 1989.
Setiyadi, R., Kuswendi, U., & Ristiana, M.
G. (2019, August). Learning of Reading Comprehension through Reading Workshop
in the Industry 4.0. In Elementary School Forum (Mimbar Sekolah Dasar) (Vol.
6, No. 2, pp. 160-173). https://eric.ed.gov/?id=ej1265580
Slavin, R. E., Madden, N., & Steven, R. J.
(1989). Cooperative learning models for the 3 R’s. Educational Ledership.
47 (4) hlm 22-28.
Somadayo. S. (2011). Strategi
dan Teknik Pembelajaran Membaca. Graha Ilmu.
Subroto, G. (2015). Peran
dan Tantangan TIK (Internet) dalam Pembangunan Pendidikan Indonesia. Jurnal
Teknodik, 118-134. https:// index.php/jurnalteknodik/article/view/154
Suyitno, A. (2005). Mengadopsi pembelajaran
circ dalam meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal dongeng.
Seminar Nasional FPMIPA UNNES.
Wiesendanger, K. D. (2001). Strategies
for Literacy Education. New Jersey: Merril.
Wulandari, N. M. R., Wulan,
N. S., & Wahyudin, D. (2021). Analisis Kemampuan Membaca Pemahaman dalam Pembelajaran
Multiliterasi Siswa Sekolah Dasar. EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 3(5),
2287-2298. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.833
Yaumi, M. (2016). Pendidikan
karakter: landasan, pilar & implementasi. Prenadamedia Group:
Prenadamedia Group.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar