PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

  BAB I  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Suatu sistem adalah jalinan antar beberapa komponen yang saling terkait dan saling mempengaru

PRAKTIK PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN DAN KESULITAN MENULIS PERMULAAN

 A.    PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang

Mempelajari ilmu bahasa ialah suatu usaha yang menjadi hal utama dalam kehidupan. Anak-anak mulai belajar bahasa dari hari pertama mereka dilahirkan. Mereka belajar memahami dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan ide, pemikiran, dan perasaan serta berkomunikasi dengan orang lain. Selama perkembangan bahasa awal, anak belajar keterampilan yang penting untuk pengembangan literasi (membaca dan menulis). Tahap ini, dikenal sebagai emergent literacy, dimulai sejak lahir dan berlanjut hingga tahun-tahun prasekolah (Roth dan Paul, 2006). Pada tingkat permulaan, siswa sekolah dasar diberi pengetahuan dan pemahaman mengenai membaca, menulis, dan menghitung (calistung). Begitu pun, implementasi Kurikulum 2013 di sekolah dianggap sesuai oleh pemerintah dan masyarakat karena berdasarkan kondisi dan situasi siswa dalam belajar. Kaitannya dengan penguasaan dan pemahaman kebahasaan, difokuskan pada membaca dan menulis tanpa mengesampingkan kemampuan berhitung. Hal dasar inilah yang diajarkan kepada anak di sekolah. Bagi Rukiati dan Sumayana (2014), kedua kemampuan ini menjadi landasan dalam pemerolehan bidang-bidang ilmu yang lainnya di sekolah.

Mengintegrasian keterampilan membaca dan menulis dapat meningkatkan pembelajaran siswa di semua disiplin ilmu karena mengharuskan siswa untuk lebih aktif terlibat dalam hal yang dipelajari. Dengan keterlibatan ini, keberhasilan akademik menjadi lebih besar, pada gilirannya meningkatkan motivasi siswa. Meski begitu, kegiatan membaca dan menulis perlu dikelola dengan hati-hati, tidak cukup dengan memantapkan membaca atau membiarkan anak (siswa) membaca begitu saja. Siswa perlu dibimbing dalam “Bagaimana membaca?”, panduan yang tidak selalu diberikan oleh instruktur tingkat perguruan tinggi. Demikian pula, tugas menulis perlu dibangun dengan cermat agar efektif. Pertimbangan utama yang disorot adalah pentingnya memotivasi siswa untuk membaca dan menulis (Nolen, 2007). Metode pembelajaran yang digunakan hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengatasi kesulitan belajar. Siswa yang mengalami kesulitan membaca dan menulis permulaan harus mendapatkan perhatian yang cukup karena belum mencapai tujuan yang diharapkan.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar menulis permulaan harus memperoleh perhatian yang cukup, karena banyak siswa yang belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum tuntas dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan (Masrup, 2012). Kemampuan menulis permulaan sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dengan kemampuan membaca permulaan. Pada pembelajarannya siswa diajarkan untuk bisa menuliskan lambang-lambang tulis yang kemudian dirangkaikan menjadi sebuah struktur lambanglambang maka bisa menjadi sebuah yang berarti. Dengan perlahan-lahan anak akan dibimbing pada sebuah kemampuan menuangkan sebuah pendapat, pikiran, perasanan yang dibuat dalam wujud bahasa tulis menggunakan lambang-lambang yang telah dimilikinya. Inilah yang disebut dengan kemampuan menulis yang sebetulnya. Akan tetapi pada kenyataanya yang ada di lapangan masih banyak permasalahan yang merujuk pada ketidakmampuan siswa menulis, ditemukan beberapa siswa yang pandai menulis. 

b.     Fokus Kajian Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus kajian masalah dalam makalah ini yaitu:

1.     Praktik pembelajaran menulis permulaan

2.     Kesulitan menulis permulaan 

B.    KAJIAN TEORI

a.     Praktik Pembelajaran Menulis Permulaan

Menurut Pramestuti (2010) menulis permulaan dilaksanakan secara bertahap, mulai dari mengajarkan sikap dan cara memegang pensil dengan benar dan dilanjutkan dengan berbagai latihan menulis lainnya. Latihan menulis permulaan juga bisa dilakukan dengan menggoreskan pensil secara miring, tegak, datar, dan membentuk lingkaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kelas 1 SD merupakan suatu pelatihan awal dalam menulis permulaan, oleh karena itu dalam proses pembelajaran, keterampilan menulis sangat diperlukan, dikarenakan keterampilan menulis tidak diperoleh secara instan, tetapi melalui latihan dan praktek (Rahmadani, 2019, hlm. 34). Keterampilan menulis permulaan ada enam aspek, menjiplak berbagai bentuk gambar, menebalkan berbagai bentuk gambar, menebalkan lingkaran dan menebalkan bentuk huruf, menulis kata yang dilihatnya ataupun dari diktean guru, menyalin kalimat sederhana serta melengkapi kalimat sederhana yang belum selesai (Simamora dkk, 2020, hlm. 11).

Dalam pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan, ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu tidak memaksa anak atau siswa, karena akan membuat anak atau siswa merasa di bawah tekanan dan akhirnya kegiatan menulis dianggap sebagai kegiatan yang membosankan. Dunia anak adalah bermain, sehingga belajar dapat disiasati dengan pembelajaran edukatif (Aeni, 2011). Kemampuan menulis pada kelas awal (kelas I dan II) disebut dengan menulis permulaan (Ningsih, 2019). Membaca dan menulis permulaan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa untuk membuka cakralawa pengetahuan agar mampu menjadi generasi yang literat atau melek literasi. Kemampuan menulis dianggap sebagai kegiatan lebih mengarah pada kinestetik serta tingkat kognitif yang lebih rumit yang harus dipertimbangkan dalam perpaduaannya dengan kemampuan membaca. Selanjutnya, seseorang membaca dan menulis untuk berbagai alasan, di antaranya adalah untuk kesenangan dan hobi, untuk tetap menjalin hubungan dengan keluarga dan teman, mendapatkan informasi, membantu memecahkan masalah, membuat pilihan dan keputusan, belajar tentang dunia dan mengkomunikasikan pemikiran, dan untuk tujuan kerja.

Djuanda dkk (2006, hlm. 297) menjelaskan bahwa menulis berhubungan dengan keterampilan bahasa yang lainnya yaitu membaca, berbicara dan menyimak. Menulis, membaca, berbicara, maupun menyimak memiliki fungsi yang sama yaitu mengkomunikasikan pesan melalui bahasa. menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi yang menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis dan dilakukan untuk keperluan mencatat dan mengkomunikasikan pesan melalui bahasa. Kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar secara terus menerus. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang bunyi, anak harus berlatih dari cara memegang alat tulis serta menggerakan tanganya dengan memperhalikan apa yang harus dituliskan. Anak harus dilatih mengamati lambang bunyi tertentu, belajar mengenal menulis permulaan ini dilaksanakan setelah anak mampu mengenal huruf-huruf.

Kemampuan menulis diajarkan di sekolah dasar sejak kelas awal sampai dengan kelas VI. Kemampuan menulis di kelas I dan II merupakan kemampuan awal atau tahap permulaan. Oleh karena itu pembelajaran menulis di kelas dan II disebut pembelajaran menulis permulaan, Zuhdi & Budiasih (2001). Lebih lanjut ditegaskan keberhasilan pengajaran menulis permulaan sangat ditentukan oleh proses pengenalan menulis permulaan itu sendiri. Seperti kita ketahui, kemampuan menulis dapat dicapai dengan latihan berkali-kali melalui proses bimbingan yang intensif. Dalam hal ini peranan guru sangat menentukan. Guru perlu memiliki kemampuan menulis yang baik, disamping itu guru juga harus mampu mengajarkanya. Tompkins (1990, hlm. 23) menjelaskan pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di sekolah dasar tidak bisa dipisahkan dengan pembelajaran membaca permulaan, walaupun keduanya merupakan dua kemampuan yang berbeda. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif.

Praktik dalam menulis permulaan di sekolah dasar mempunyai beberapa metode, antara sebagai berikut:

1.     Metode Abjad

Metode abjad disebut juga metode sintetis karena mempelajari aksara dengan cara merangkai huruf- huruf yang dilafalkan dalam abjad. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis permulaan dengan metode abjad sebagai berikut:1) guru mengenalkan bentuk huruf dari a sampai z satu persatu; 2) guru secara berulang-ulang menuliskan abjad secara berurutan sampai siswa mengenal abjad demi abjad; dan 3) setelah siswa mengenal semua abjad tersebut, kemudian guru merangkaikannya menjadi suku kata (Muhyidin dkk, 2018).

2.     Metode SAS

Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pembelajarannya dimulai dengan menampilkan struktur kalimat secara utuh dahulu. Hal inilah yang menjadi landasan utama metode ini, kalimat utuh itu kemudian dianalisis menjadi kata. Kata dianalisis menjadi suku kata. Selanjutnya suku kata dianalisis menjadi huruf atau bunyi. Bunyi disintesiskan menjadi suku kata. Suku kata disintesiskan menjadi kata. Kata disintesiskan menjadi kalimat kembali bentuk semula.

3.     Metode Global

Metode global bisa juga dikatakan sebagai metode kalimat. Hal ini dikarenakan alur proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat global. Penggunaan gambar pada metode ini akan sangat membantu. Seperti contoh ketika dituliskan kalimat yang diperkenankan “ini gita”, maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah gambar seorang anak perempuan. Berbeda dengan metode SAS, metode global melalui proses deglobalisasi (proses penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yaitu kata, suku kata dan huruf). Artinya huruf-huruf yang telah terurai itu tidak dikembalikan lagi pada satuan di atasnya. Demikian juga dengan suku-suku kata, tidak dirangkaikan lagi menjadi kata, kata-kata menjadi kalimat (Halimah, 2014).

Adapun langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan di sekolah dasar yaitu sebaga berikut:

1.     Menentukan pilihan pokok bahasan yang telah tercantum dalam silabus

Sebagai contoh kita mengambil kompetensi dasar yang berkaitan dengan menulis permulaan. Indikator yang ingin dicapai yaitu siswa siswi dapat menulis huruf a, i, n, dan m.

2.     Menyiapkan contoh-contoh kalimat yang mengandung huruf a, i, n, dan m. baik berupa suku kata, aaupun huruf-huruf yang dibuat pada kertas karton yang diberi warna, dalam bentuk huruf cetak atau huruf tegak bersambung.

3.     Merencanakan strategi penyampaian agar siswa-siswi menjadi senang.

4.     Siswa dilatih dalam cara memegang alat tulis, cara meletakkan buku, cara menggunakan penghapus, cara menggerakkan tangan ke atas, ke bawah, kesamping kiri, ke samping kanan, melengkung, diagonal, patah-patah, lurus dan sebagainya.

5.     Menulis pola kalimat sederhana.

Contoh:

Ini nini                           i = i

ini nini

Ini nini                           n = n

ini nini

6.     Mengulang kalimat tadi menjadi beberapa baris.

Contoh:

ini nini

ini nini

ini nini

ini nini

7.     Pisahkan huruf tegak bersambung itu dan tunjukkan kepada siswa-siswi cara menulisnya, kemudian rekatkan kembali seperti semula.

Contoh:

i          n       i                n       i       n       i

i          n       i                n       i       n       i

ini nini                           ini nini

8.     Siswa-siswi dilatih menuliskan pola kalimat sederhana.

Ini nia                = ini nia

Ini mini              = ini mini

Ini mina             = ini mina

Ini nina              = ini nina

Ini nani              = ini nani

Ini nana              = ini nana

Ini mama            = ini mama

Ini mama ina      = ini mama ina

Ini mama ani      = ini mama ani

Ini mama aini    = ini mama aini 

b.     Kesulitan Menulis Permulaan

Pada dasarnya setiap siswa mempunyai beberapa kesulitan dalam belajar. Pada tingkat dasar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia dalam hal ini keterampilan berbahasa, siswa tidak sedikit yang mengalami kesulitan belajar baik dalam menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Menurut Abdurrahman (2003) menuturkan bahwa proses belajar menulis pada hakikatnya suatu proses neurofisiologis. Pada saat menulis akan terjadi peningkatan aktivitas pada susunan saraf pusat dan bagian-bagian organ tubuh.

Kesulitan dalam menulis disebut juga dengan disgrafia. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suhartono (2016) mengatakan disgrafia adalah anak yang mengalami kesulitan dalam belajar terutama dalam kegiatan menulis. Menurut Dinata dkk (2015) menuturkan bahwa anak yang memiliki disgrafia adalah anak yang mengalami gangguan menulis. Ciri-ciri siswa yang mengalami disgrafia menurut Gunadi (2011) yaitu sebagai berikut:

1)    Tidak konsisten dalam menulis huruf

2)    Mencampurkan huruf kecil dan huruf besar dalam menulis

3)    Menulis dengan ukuran huruf yang tidak seimbang

4)    Tampak berusaha keras saat mengkomunikasikan tulisan

5)    Susah memegang pena ataupun pensil

Timotius (2018) mengatakan bahwa disgrafia dikenal dengan tiga macam yaitu disgrafia visual, disgrafia auditoris, dan afasia. Disgrafia auditoris merupakan gejala disgrafia visual antara lain huruf ditulis terbali, ada yang tidak ditulis, salah tulis menjadi bentuk cerminannya, huruf tidak sama besar, tidak mengikuti garis, jarak antar huruf tidak teratur. Disgrafia visual disebabkan karena adanya gangguan di lobus parietalis kiri. Kerusakan pada broca ditandai dengan kesalahan penamaan benda, kalimatnya tidak sesuai dengan tata bahasa, kesulitan mengeja. Gangguan mennulis juga dipengaruhi oleh gangguan wicara. Disgrafia auditoris ialah gejala disgrafia auditoris yaitu bunyi-bunyi yang hampir sama pengucapannya dikacaukan seperti t dan d; c dan j; p dan b. afasia adalah keadaan kehilangan daya berbahasa. Kerusakan dapat terjadi di pusat broca dan Wernicke. Pusat broca adalah pusat perbendaharaan kata-kata.

Strategi menangani kesulitan menulis (disgrafia) melalui pembelajaran partisipatif di sekolah yang digunakan oleh guru yaitu 1) berikan motivasi kepada siswa; 2) gunakan media pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran menulis; 3) gunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi kesulitan dalam menulis dan 4) sumber belajar yang tepat. Teori Learner dalam Abdurrahman (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis yaitu (1) perilaku, yaitu anak yang memiliki konsentrasi yang lemah atau perhatiannya mudah teralihkan; (2) persepsi, yaitu anak yang sulit membedakan bentuk huruf. Dari teori tersebut, terlihat bahwa faktor penyebab kesulitan membaca menulis permulaan dari dalam diri siswa khususnya dalam perilaku siswa.

Menurut widiyaningrum & Hasanudin (2019) menjelaskan bahwa Jenis kesulitan Membaca Menulis Permulaan siswa yaitu 1) siswa saat membaca tidak lancar dan masih mengeja, 2) kedua pelafalan kurang jelas, 3) sering lupa huruf dan lupa bentuk huruf a-z, 4) siswa masih kesulitan membedakan beberapa huruf saat membaca seperti b, d, p, 5) menuliskan kata masih kurang huruf atau kurang lengkap, 6) siswa masih belum bisa merangkai sebuah kalimat. Jenis kesulitan ini termasuk kedalam masalah fonologi, morfologi dan sintaksis. Adapun faktor penyebab kesulitan membaca menulis ini adalah 1) belum matangnya umur, 2) suka bermain dari pada belajar, 3) suka ramai sendiri saat guru mengajar, 4) belajar di rumah ketika ada PR, 5) kurangnya perhatian orang-orang terdekat, 6) guru kurang memberikan perhatian, dan 7) guru kurang tegas. 

C.    SIMPULAN

Menulis merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap. Pembelajaran bahasa Indonesia yang didalam mempunyai beberapa keterampilan yaitu keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Keterampilan menulis begitu diperlukan karena menulis tidak diperoleh secara mendadak tetapi melalui latihan dan praktik. Keterampilan menulis permulaan mempunyai enam aspek yaitu 1) menjiplak 2) menebalkan bentuk gambar 3) menebalkan huruf 4) menulis kata yang dilihat 5) menyalin kalimay sederhana dan 6) melengkapi kalimat. Kemampuan menulis diajarkan  di sekolah dasar sejak dibangku kelas I sampai kelas VI. Kemamuan menulis di kelas I dan II dikatakan pembelajaran menulis permulaan.

Proses pembelajaran tidak luput dari kesulitan belajar, termasuk kesulitaan belajar dalam menulis permulaan. Kesulitan dalam menulis disebut dengan disgrafia. Disgrafia terbagi menjadi tiga yaitu disgrafia visual, disgrafia auditoris dan afasia. Strategi dalam mengatasi kesulitan menulis yaitu ada beberapa cara 1) memberikan semangat dan motivasi kepada siswa untuk beajar; 2) gunakan media pembelajaran yang unik dan menarik sehingga siswa akan tertarik untuk belajar; 3) metode pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan situasi serta kondisi di kelas; 4) sumber belajar yang diambil oleh guru diharapkan beragam tidak hanya satu. 

D.    DAFTAR PUSTAKA

Roth, Froma P. and Paul, Diane R. (2006). Early Reading and Writing Development, Artikel (Online), http://www.getreadytoread.org/early-learning-childhood-basics/early-literacy/early-reading-and-writing-development

Rukiati, Enung dan Sumayana, Yena. (2014). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas rendah MI/SD. CV. Kaka Media Network.

Nolen, S. B. (2003). The development of motivation to read and write in young children. In annual meeting of the American Educational Research Association, Chicago, IL.

Aeni, A. N. (2011). Menanamkan Disisplin Pada Anak Melalui Dairy Activity Menurut Ajaran Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam - Ta’lim, 9(1), 17–30.

Pramestuti, D. (2010). Pembelajaran Menulis Permulaan Pada Siswa Kelas Ia Rsbi Sd Negeri Cemara Dua No. 13 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. (Skripsi). Fakultas Ilmu Keguruan Dan Pendidikan, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ningsih, I. H. (2019). Peran Guru Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan Menghadi Abad 21. Basindo : Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, Dan Pembelajarannya, 3(1), 38–43. Https://Doi.Org/10.17977/Um007v3i12019p038

Simamora, D. A., Aryaningrum, K., & Ayurachmawati, P. (2022). PENERAPAN METODE SAS (STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK) DALAM KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN PADA SISWA KELAS 1 SD. JRPD (Jurnal Riset Pendidikan Dasar)5(1), 9-16. https://doi.org/10.26618/jrpd.v5i1.6362

Rahmadani. N. (2019). Peningkatan Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Penerapan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas). Journal of Teaching and Learning Research. 1 (1) p. 33-40.

Masrup, M. (2012). Keefektifan Pembelajaran Menulis Permulaan dengan Metode Menabung Kata dan Metode Selusur (VAKT) pada Siswa Sekolah Dasar. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1(2). https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/699

Timotius, K. H. (2018). Otak dan Perilaku. Andi Ofset.

Gunadi, T. (2011). Merekapun Bisa Sukses. Penebar Swadaya Group.

Dinata, R. H., Yarmis, H., & Elsa, E. (2015). Meningkatkan Kemampuan Menulis Kata Difgraf Melalui Metode Multisensori Pada Anak Disgraphia. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khsusus, 1(3), 465–476. https://doi.org/10.24036/jupe70960.64

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta.

Djuanda, D., Noi Resmini., & Dian, Indihadi. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. UPI PRESS.

Tompkins, G.E. (1990). Teaching Writing: balancing process and product. Macmillan.

Zuhdi, D. & Budiasih. (2001). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.Yogyakarta. PAS.

Widyaningrum, H. K., & Hasanudin, C. (2019). Kajian Kesulitan Belajar Membaca Menulis Permulaan (MMP) di Sekolah Dasar. Pedagogia: Jurnal Pendidikan8(2), 189-199. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v8i2.2219

Halimah, A. (2014). Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di SD/MI. AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam1(2), 190-200. https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/view/550

Muhyidin, A., Rosidin, O., & Salpariansi, E. (2018). Metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas awal. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 4(1), 30-42. http://dx.doi.org/10.30870/jpsd.v4i1.2464

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN